tag:blogger.com,1999:blog-3299256698102847952024-03-13T08:01:42.713-07:00Belajar Hukum IndonesiaOleh : Adv. Mislailawati, S.HAdv. Mislailawati, S.Hhttp://www.blogger.com/profile/09671250297231610030noreply@blogger.comBlogger25125tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-69860025902870094102012-03-16T21:12:00.009-07:002020-05-21T10:08:05.753-07:00Surat Berharga & Surat yang Berharga<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ( KUHD ), Surat terbagi atas 2 macam :</font><a name='more'></a></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><ol style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Surat berharga, dalam bahasa Belanda disebut Waarde Papier, atau di Negara-negara Anglo Saxon dikenal dengan istilah Negotiable Instruments.Yaitu surat yang yang diadakan oleh seseorang sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi, yang merupakan pembayaran harga sejumlah uang. Contoh : Wesel, Cek, Sertifikat deposito, Bilyet giro, Kartu kredit, Kartu ATM, dsb</font></li><li><font face="arial" size="2">Surat yang berharga, dalam bahasa Belanda disebut Papier Van Waarde atau dalam bahasa Inggrisnya Letter of Value.yaitu surat yang berisikan identitas diri seseorang dan tidak dapat diperjualbelikan atau dipindahtangankan. Contoh : Ijazah, Piagam, Sertifikat, akta otentik, dsb.</font></li></ol></div><span><font face="arial" size="2"><!--more--></font></span><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><u><b><font face="arial" size="4">Pengertian Surat Berharga dari berbagai doktrin :</font></b></u></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Menurut Molengraaff, surat berharga adalah akta-akta atau alat-alat yang menurut kehendak penerbitnya atau ketentuan undang-undang yang diperuntukkan semata-mata sebagai upaya bukti diri (legitimasi), akta-akta tersebut diperlukan untuk menagih.</font></li><li><font face="arial" size="2">Menurut Ribbius, surat berharga artinya surat yang pada umumnya harus harus didalam pemilikan seseorang untuk dapat melaksanakan hak yang ada didalamnya.</font></li><li><font face="arial" size="2">Menurut Purwo Sutjipto, surat berharga adalah surat bukti tuntutan hutang, pembawa hak dan mudah untuk diperjualbelikan.</font></li><li><font face="arial" size="2">Menurut Abdul Kadir Muhammad, Surat berharga adalah surat yang sengaja diterbitkan untuk sebagai pelaksana suatu prestasi.</font></li></ul></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><u><font face="arial" size="4">Fungsi surat berharga :</font></u></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><ol style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Sebagai alat pembayaran (alat ukur uang).</font></li><li><font face="arial" size="2">Sebagai alat untuk memindahkan hak tagih (diperjual-belikan dengan mudah atau sederhana).</font></li><li><font face="arial" size="2">Sebagai surat bukti hak tagih (surat legitimasi).</font></li><li><font face="arial" size="2">Sebagai pembawa hak</font></li></ol></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Tujuan penerbitan surat berharga adalah untuk berbagai pemenuhan prestasi berupa pembayaran sejumlah uang. Meskipun telah disebutkan bahwa surat wesel cek adalah dapat diperjual-belikan dengan mudah, tetapi dilakukan hanya ada insiden saja. Namun demikian , tidak harus selalu begitu atau bersifat mutlak karena tujuan penerbitannya bukanlah untuk diperjual-belikan.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><u><font face="arial" size="4">Klausul Atas Tunjuk & Atas Pengganti</font></u></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"><span> </span><span> </span><span> </span>Salah satu fungsi surat berharga adalah sebagai alat untuk memindahkan hak tagih. Artinya, dapat diperjual-belikan atau dipindah-tangankan kepada pemegang berikutnya setiap saat apabila dikehendaki oleh pemegangnya. Pemindahtangannan ini cukup dengan menyerahkan surat saja atau dengan menulis keterangan pada surat itu bahwa hak tagihnya dipindahkan kemudian ditandatangani dan diserahkan.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"> Klausula atas tunjuk berasal dari bahasa Belanda <i>Aan Toonder</i> dan Bahasa Inggris <i>To Bearer</i> yang berarti pemegang yang akan memperoleh tagihan tidak cukup hanya dengan membawa surat itu tanpa menunjukkan atau memperlihatkan kepaada pihak terkait. Pihak terkait baru akan membayarnya apabila pemegang surat itu menunjukkan dan menyerahkannya. Jadi, menunjukkan dalam arti yuridis menurut Hukum Dagang berarti memintakan pembayaran, siapa saja yang memegang dan menunjukkan surat itu, dialah yang berhak mendapatkan pembayaran.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Berdasarkan atas isi perikatannya, surat atas tunjuk dan atas pengganti terbagi atas 3 golongan (<i>Scheltema</i>, 1938:27-31), yaitu :</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><ol style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Surat-surat yang bersifat hukum kebendaan (<i>Zakenrechtelijke Papieren</i>)</font></li><li><font face="arial" size="2">Surat-surat tanda keanggotaan dari suatu persekutuan (<i>Lidmaatschapspapieren</i>)</font></li><li><font face="arial" size="2">Surat-surat tagihan utang (<i>Lidmaatschapspapieren</i>)</font></li></ol></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><u><font face="arial" size="4">Dasar Hukum yang Mengikat antara Penerbit dan Pemegang Surat Berharga.</font></u></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Terdapat 4 teori yang membahas tentang perikatan antara penerbit dan pemegang surat berharga (Zevenbergen, 1935:40-45), yaitu :</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><ul style="text-align: left;"><li><font color="#d52c1f" face="arial" size="2">Teori kreasi atau penciptaan (<i>Creatietheorie</i>),</font></li></ul><font face="arial" size="2">Teori ini awalnya dikemukakan oleh Einert seorang Sarjana Hukum Jerman pada tahun 1839, kemudian diteruskan oleh Kuntze dalam bukunya Die lehre von den inhaberpapieren tahun 1857, menurut teori ini, yang menjadi dasar hukum mengikatnya surat berharga antara penerbit dan pemegang adalah pada perbuatan “menandatangani” surat berharga itu.<br />Namun pernyataan sepihak dengan tanda tangan saja tidak mungkin menimbulkan perikatan. Untuk itu agar supaya timbulnya perikatan harus ada 2 pihak yang mengadakan persetujuan, sebab tanpa persetujuan tidak akan mungkin ada kewajiban.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Dengan demikian, jika surat berharga itu jatuh ke tangan orang yang tidak berhak dan tidak jujur, penerbit yang menandatangani tetap terikat untuk membayar. Padahal pada pasal 1977 ayat (2) KUHPerdata telah menyebutkan seorang yang kehilangan surat karena dicuri masih berhak menuntut kembali surat tersebut dari si pencuri atau penemunya selama tenggang waktu 3 (tiga) tahun, kecuali pemegang memperolehnya dari pasar umum.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><ul style="text-align: left;"><li><font color="#d52c1f" face="arial" size="2">Teori kepantasan (<i>Redelijkheidstheorie</i>)</font></li></ul></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Teori ini pertama kali dikemukakan seorang sarjana hukum Jerman bernama Grunhut, yang menyatakan bahwa penerbit yang menandatangani surat itu tetap terikat untuk membayar kepada pemegang, meskipun pemegang yang tidak jujur.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Namun teori ini masih berdasarkan pada teori penciptaan, bahwa penandatanganan surat berharga itu menimbulkan perikatan. Karena pada prinsipnya pernyataan sepihak tidak mungkin menimbulkan perikatan jika tidak ada persetujuan dari pihak lainnya.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><ul style="text-align: left;"><li><font color="#d52c1f" face="arial" size="2">Teori perjanjian (<i>Overeenkomstheorie</i>)</font></li></ul></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Teori ini dikemukakan oleh seorang sarjana hukum asal Jerman bernama Thoi, dalam bukunya Das Handelsrecht tahun 1987, menurut teori ini dasar hukum yang mengikatnya surat berharga antara penerbit dan pemegang adalah surat perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak yaitu penerbit yang menandatangani dan pemegang pertama yang menerima surat berharga itu.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Dalam perjanjian, disetujui bahwa pemegang pertama mengalihkan surat itu kepada pemegang berikutnya, penerbit tetap terikat dan bertanggungjawab untuk membayar.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Namun teori ini tidak memberikan penyelesaian yang memuaskan jika surat berharga itu beredar secara tidak normal, misalnya hilang atau dicuri.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><ul style="text-align: left;"><li><font color="#d52c1f" face="arial" size="2">Teori penunjukan (<i>Vertoningstheorie</i>)</font></li></ul></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Teori ini dikemukakan oleh sarjana hukum terkenal, yaitu Land dalam bukunya Beginseleen van het Hedendaagsche Wisselrecht tahun 1881, Wittenwall dalam bukunya Het Toonderpapier tahun 1893, dan Jerman oleh Rieser.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Menurut teori ini yang menjadi dasr hukum mengikatnya surat berharga antara penerbit dan pemegang yaitu perbuatan penunjukkan surat berharga itu kepada debitur. Debitur yang pertama adalah penerbit, oleh siapa surat berharga itu disuruh dipertunjukkan pada hari bayar, saat itulah timbul perikatan dan penerbit selaku debitur wajib membayarnya.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Namun teori ini tidak sesuai dengan fakta karena pembayaran adalah pelaksanaan dari suatu perjanjian atau perikatan, dengan demikian perikatan tersebut harus sudah ada terlebih dahulu sebelum pelaksanaannya. Teori ini pun dikatakan terlau jauh bertentangan dengan KUHD.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Didalam KUHD menentukan bahwa perikatan itu sudah ada sebelum hari bayar dan sebelum menunjukkan surat berharga itu. Dalam Pasal 142 KUHD yang menyatakan bahwa pemegang surat wesel bisa melaksanakan hak regresnya kepada para endosan, penerbit dan para debitur wesel lainnya pada hari bayarnya apabila terjadi nonpembayaran, bahkan sebelum hari pembayarannya. Hal ini dapat dilihat dari :</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><ol style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Apabila akseptasi seluruh atau sebagiannya ditolak.</font></li><li><font face="arial" size="2">Dalam hal kepailitan tersangkut, baik tersangkut akseptan maupun bukan akseptan, dan mulai saat berlakunya penundaan pembayaran yang diberikan kepadanya.</font></li><li><font face="arial" size="2">Dalam hal pailitnya penerbit, surat wesel yang tidak diperoleh akseptasinya.</font></li></ol></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">DAFTAR PUSTAKA :</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">- Dra. Farida Hasyim, M.Hum, Hukum Dagang, Sinar Grafika, Bandar Lampung, 2009.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">- Kuliah Hukum Kertas Berharga oleh Rosalinda, SH, STIHPADA Palembang, 2012</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 1.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.7567333-3.1179648 104.5988048 -2.8642518 104.91466179999999tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-62496523753090070502012-03-16T21:05:00.006-07:002020-05-21T10:08:14.475-07:00CEK<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: left;"><font face="arial" size="2"><span style="font-size: small;">Cek berasal dari bahasa Perancis </span><i style="font-size: small;">Cheque</i><span style="font-size: small;">. </span><span style="font-size: small;">Menurut Samiadji Soerjotjaroko, S.H :</span></font></div></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Cek adalah suatu surat yang memuat tanda tangan dari orang yang mengeluarkan cek tersebut, Pasal 178 KUHD.<span><a name='more'></a></span></font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Perkataan cek, yang harus dimuat dalam teks surat itu sendiri serta dinyatakan sebahasa dengan bahasa yang digunakan untuk membuat cek.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Dr. Lucas dalam bukunya <i>Cheque Giro Enbinnlandsehe Clearing</i> memberikan definisi bahwa cek adalah perintah pembayaran (kepada bank) dari orang yang membawanya atau orang yang namanya tersebut dalam cek sejumlah uang yang tertera diatasnya.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Sedangkan menurut Mr. M.H. Tirtaamidjaja, cek adalah Zicht wissel (<i>Bill of exchange payable demand</i>) yang waktu berlakunya hanya sebentar ditarik oleh seorang bankier. Tidak dapat diekseptir dan dapat ditetapkan baik atas nama atau aan order, ataupun aan toonder.</font></div><span><font face="arial" size="2"><!--more--></font></span><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ednd9bw-wiY/XsLg2UzzyFI/AAAAAAAAAg4/zqQyKqkzmE83AEpmBa-Xx4oAKR4kFGXUwCK4BGAsYHg/20200211_153143.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><font face="arial" size="2"><img border="0" data-original-height="3096" data-original-width="4128" src="https://1.bp.blogspot.com/-ednd9bw-wiY/XsLg2UzzyFI/AAAAAAAAAg4/zqQyKqkzmE83AEpmBa-Xx4oAKR4kFGXUwCK4BGAsYHg/s320/20200211_153143.jpg" width="320" /></font></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><font face="arial" size="2">Contoh Cek yang diterbitkan oleh Bank Sumsel Babel</font></td></tr></tbody></table></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b style="font-size: large;"><u><font face="arial" size="4">Sejarah Timbulnya Surat Cek</font></u></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"> Timbulnya uang sebagai alat tukar, mendorong berkembangnya perdagangan, yaitu perdagangan lokal, berubah menjadi perdagangan regional dan akhirnya berkembang dan menjadi perdagangan internasional atau perdagangan antarnegara.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><u><b><font face="arial" size="4">Syarat-syarat Formal Cek</font></b></u></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Berdasarkan pasal 178 KUHD setiap surat cek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><ol style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Istilah cek harus dimuatkan dalam teksnya sendiri dan disebutkan dalam bahasa surat tulis.</font></li><li><font face="arial" size="2">Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah yang tertentu</font></li><li><font face="arial" size="2">Nama orang yang harus membayar (tersangkut).</font></li><li><font face="arial" size="2">Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.</font></li><li><font face="arial" size="2">Tanggal dan tempat surat cek diterbitkan.</font></li><li><font face="arial" size="2">Tanda tangan orang yang menerbitkan.</font></li></ol></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Apabila surat cek tidak memenuhi salah satu syarat-syarat formal diatas, maka surat itu tidak berlaku sebagai surat cek, kecuali dalam hal-hal berikut :</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><ol style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Surat cek yang tidak menetapkan tempat pembayaran secara khusus, maka tempat yang tertulis disamping nama tersangkut (banker) dianggap sebagai tempat pembayaran. Jika disamping nama tersagkut itu terdapat lebih dari satu tempat yang disebutkan surat cek itu harus dibayar ditempat yang tersebut pertama.</font></li><li><font face="arial" size="2">Apabila tidak ada penunjukan tersebut, surat cek harus dibayar ditempat kantor pusat tersangkut (bankir).</font></li><li><font face="arial" size="2">Tiap-tiap surat cek yang menerangkan tempat diterbitkan dianggap ditandatangani ditempat tertulis disamping nama penerima.</font></li></ol><div dir="ltr" style="font-size: small; text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-size: small;"><font face="arial" size="2"><br /></font></span></div><b><u><font face="arial" size="4">Bentuk-bentuk Surat Cek khusus</font></u></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-size: small;"><font face="arial" size="2">Sama halnya dengan surat wesel, surat cek juga ada bentuk-bentuk khususnya, yaitu :</font></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><ol style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Surat cek atas pengganti penerbit, Pasal 183 ayat (1) KUHD.</font></li><li><font face="arial" size="2">Surat cek atas pengerbti sendiri, Pasal 183 ayat (3) KUHD.</font></li><li><font face="arial" size="2">Surat cek untuk perhitungan orang ketiga, Pasal 183 ayat (2) KUHD.</font></li><li><font face="arial" size="2">Surat cek incasso, Pasal 183a ayat (1) KUHD.</font></li><li><font face="arial" size="2">Surat cek berdomisili, Pasal 185 KUHD.</font></li></ol><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><u><font face="arial" size="4">Surat Cek Kosong</font></u></b></div></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"> Surat cek kosong adaalh cek yang diajukan kepada bank namun dana nasabah pada bank tidak mencukupi untuk membayar surat cek ybs (Surat Edaran Bank Indonesia, 16 Mei 1975 No.SE 8/7 UPPB).</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><u><b><font face="arial" size="4">Masalah Cek Kosong</font></b></u></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"> Masalah yang sering kali terjadi dengan cek kosong ini adalah sbb :</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><ol style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Kelemahan Pasal 180 KUHD yang berhubungan dengan penerbit surat cek dan penyediaannya dana pada bankir.</font></li><li><font face="arial" size="2">Rahasia bank seperti diatur dalam pasal 40 UU Perbankan.</font></li><li><font face="arial" size="2">Spekulasi dari pihak pemilik rekening giro, yaitu penerbit surat cek.</font></li><li><font face="arial" size="2">Administrasi bank yang kurang waspada.</font></li></ol></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><u><font face="arial" size="4">Cara Mengatasi Permasalah Cek Kosong</font></u></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"> Untuk mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan penerbitan surat cek kosong dapat dilakukan berbagai upaya, baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"> Yang bersifat preventif berupa penyempurnaan pasal-pasal dalam KUHD dan peningkatan efektivitas administrasi bank serta pengawasan yang rapi.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"> Adapun yang bersifat represif berupa penyelesaian cek kosong secara perdamaian menurut peraturan yang berlaku dan kesepakatan pihak-pihak dan penyelesaian lewat pengadilan secara perdata.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><u><font face="arial" size="4">Isi Hak Regres</font></u></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"> Hak regres yang dapat dituntut oleh pemegang surat cek adalah sbb :</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><ol style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Jumlah surat cek yang tidak dibayar.</font></li><li><font face="arial" size="2">Bunga 6% dihitung sejak hari perlihatkan.</font></li><li><font face="arial" size="2">Biaya protes atau pernyataan yang sama dengan biaya notifikasi, dan biaya-biaya lainnya.</font></li></ol></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">Bagi yang telah memenuhi wajib regresnya dapat pula menuntut debitur wajib regres lainnya secara rembours. Hal-hal yang dapat dituntut adalah :</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><ol style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Jumlah uang seluruhnya yang telah dibayar.</font></li><li><font face="arial" size="2">Bunga 6% dihitung sejak hari surat cek itu dibayar.</font></li><li><font face="arial" size="2">Semua biaya yang telah dikeluarkan (Pasal 223 KUHD).</font></li></ol></div><ol start="1" style="margin-top: 0in;" type="1">
</ol>
</div>
Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.7567333-3.1179648 104.5988048 -2.8642518 104.91466179999999tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-29832509333191799752011-11-20T19:14:00.006-08:002020-05-21T10:09:00.464-07:00Sejarah KUHP<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2">
Induk peraturan hukum pidana Indonesia adalah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). KUHP ini mempunyai nama <span><a name='more'></a></span>asli Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch Indie (WvSNI) yang diberlakukan di Indonesia pertama kali dengan Koninklijk Besluit (Titah Raja) Nomor 33 15 Oktober 1915 dan mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 1918. WvSNI merupakan turunan dari WvS negeri Belanda yang dibuat pada tahun 1881 dan diberlakukan di negara Belanda pada tahun 1886. Walaupun WvSNI notabene turunan (copy) dari WvS Belanda, namun pemerintah kolonial pada saat itu menerapkan asas konkordansi (penyesuaian) bagi pemberlakuan WvS di negara jajahannya. Beberapa pasal dihapuskan dan disesuaikan dengan kondisi dan misi kolonialisme Belanda atas wilayah Indonesia.<span><br /></span></font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"><br /></font><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable" style="width: 87.04%;"></table><font face="arial" size="2">Jika diruntut lebih ke belakang, pertama kali negara Belanda membuat perundang-undangan hukum pidana sejak tahun 1795 dan disahkan pada tahun 1809 pada saat pemerintahan Lodewijk Napoleon. Kodifikasi hukum pidana nasional pertama ini disebut dengan Crimineel Wetboek voor Het Koninkrijk Holland. Namun baru dua tahun berlaku, pada tahun 1811 Perancis menjajah Belanda dan memberlakukan Code Penal (kodifikasi hukum pidana) yang dibuat tahun 1810 saat Napoleon Bonaparte menjadi penguasa Perancis. Pada tahun 1813, Perancis meninggalkan negara Belanda.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"><br /></font><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable" style="width: 87.04%;"></table><font face="arial" size="2">Namun demikian negara Belanda masih mempertahankan Code Penal itu sampai tahun 1886. Setelah perginya Perancis pada tahun 1813, Belanda melakukan usaha pembaharuan hukum pidananya (Code Penal) selama kurang lebih 68 tahun (sampai tahun 1881). Selama usaha pembaharuan hukum pidana itu, Code Penal mengalami bebarapa perubahan, terutama pada ancaman pidananya. Pidana penyiksaan dan pidana cap bakar yang ada dalam Code Penal ditiadakan dan diganti dengan pidana yang lebih lunak. Pada tahun 1881, Belanda mengesahkan hukum pidananya yang baru dengan nama Wetboek van Strafrecht sebagai pengganti Code Penal Napoleon dan mulai diberlakukan lima tahun kemudian, yaitu pada tahun 1886.</font></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><font face="arial" size="2"><br /></font><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable" style="width: 87.04%;"></table><font face="arial" size="2">Sebelum negara Belanda mengesahkan Wetboek van Strafrecht sebagai penogganti Code Penal Napoleon pada tahun 1886, di wilayah Hindia-Belanda sendiri ternyata pernah diberlakukan Wetboek van Strafrecht voor Europeanen (Kitab Undang-undang Hukum Pidana Eropa) dengan Staatblad Tahun 1866 Nomor 55 dan dinyatakan berlaku sejak 1 Januari 1867. Bagi masyarakat bukan Eropa diberlakukan Wetboek van Strafrecht voor Inlander (Kitab Undang-undang Hukum Pidana Pribumi) dengan Staatblad Tahun 1872 Nomor 85 dan dinyatakan berlaku sejak 1 Januari 1873.</font><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable" style="width: 87.04%;"></table><font face="arial" size="2">Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa pada masa itu terdapat juga dualisme hukum pidana, yaitu hukum pidana bagi golongan Eropa dan hukum pidana bagi golongan non-Eropa. Kenyataan ini dirasakan Idenburg (Minister van Kolonien) sebagai permasalahan yang harus dihapuskan. Oleh karena itu, setelah dua tahun berusaha pada tahun 1915 keluarlah Koninklijk Besluit (Titah Raja) Nomor 33 15 Oktober 1915 yang mengesahkan Wetboek van Strafrecht voor Netherlands Indie dan berlaku tiga tahun kemudian yaitu mulai 1 Januari 1918.</font><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable" style="width: 87.04%;"></table><font face="arial" size="2"><br /></font><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable" style="width: 87.04%;"></table><font face="arial" size="2">DAFTAR PUSTAKA :</font><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable" style="width: 87.04%;"></table><font face="arial" size="2">- R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Politeia, Sukabumi, 1988</font><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable" style="width: 87.04%;"></table><font face="arial" size="2">- Rohman Hasyim, SH, MH, Diktat Hukum Pidana, STIHPADA Palembang, 2011</font><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable" style="width: 87.04%;"></table><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody><tr><td style="padding: 0.75pt;" valign="top"></td></tr></tbody></table>
</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-14553644801224797212011-11-20T19:09:00.007-08:002020-05-21T10:16:16.286-07:00Perbandingan Sistem Hukum Civil Law dan Common Law<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 28.35pt; text-indent: -25.5pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 28.35pt; text-align: left; text-indent: -25.5pt;"><b style="color: #b51200; font-family: arial; font-size: large; text-indent: -25.5pt;"><u><font face="arial">Sistem hukum civil law</font></u></b></div></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 28.35pt; text-indent: -25.5pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 28.35pt; text-indent: -25.5pt;"><div style="text-align: left;"><font face="arial"><span style="font-family: arial; font-size: small; text-indent: -25.5pt;">Sistem hukum eropa kontinental adalah suatu sistem hukum dengan ciri-ciri adanya berbagai ketentuan-<span><a name='more'></a></span></span><span style="font-family: arial; font-size: small; text-indent: -25.5pt;"></span><span style="font-family: arial; font-size: small; text-indent: -25.5pt;">ketentuan dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya hampir 60% dari populasi dunia tinggal di negara yang menganut sistem hukum ini. sistem hukum yang juga dikenal dengan nama civil law ini berasal dari romawi</span></font></div><font face="arial" size="2"><span></span></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 28.35pt; text-indent: -25.5pt;"><font face="arial" size="2">perkembangan diawali dengan penduduk romawi atas prancis pada masa itu sistem ini dipraktekan dalam interaksi antara kedua bangsa untuk mengatur kepentingan mereka. proses ini berlangsung bertahun-tahun, sampai-sampai negara prancis sendiri menagdopsi istem hukum ini untuk diterapkan pada bangsanya sendiri. bangsa prancis membawa sistem ini ke negeri belanda, dengan proses yang sama dengan masuknya ke prancis. selanjutnya sistem ini berkembang ke itali, jerman, portugal, spanyol, dan sebagainya sistem ini pun berkembang ke seluruh daratan benua eropa. ketika bagsa-bangsa eropa mulai mencari koloni di asia, afrika, dan amerika latin, sistem hukum ini digunakan oleh bangsa-bangsa eropa tersebut untuk mengatur masyarakat pribumi didaerah jajahannya. misalnya belanda menjajah indonesia pemerintah penjajah menggunakan sistem hukum eropa kontinental untuk mengatur masyarakat di negeri jajahannya. apabila terdapat suatu peristiwa hukum yang melibatkan orang belanda atau keturunannya dengan orang pribumi, sistem hukum ini yang menjadi dasar pengaturanya selama kurang lebih empat abad di bawah kekuasaan portugis dan seperempat abad pendudukan indonesia, sistem huium eropa kontinental yang berlaku.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 28.35pt; text-indent: -25.5pt;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 28.35pt; text-indent: -25.5pt;"><font color="#b51200" face="arial" size="4"><b><u>Sistem hukum Common law</u></b></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 28.35pt; text-indent: -25.5pt;"><font face="arial" size="2">Sistem huku anglo-saxon sitem adalah sutau sistem hukum yang d dasarkan pada yurisprudens, yaitu keputusan-keputusan hakim yang terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya sistem hukum ini diterapakan di irlandia, inggris, auastralia, selandia baryu. afrika selatan, kanada (kecuali provinsi quebec) dan amerika serikat (walaupun negara bagian louisiana mempergunakan sistem hukum ini bersamaan dengan sistem hukum eropa kontinental napoleon). selain negara-negara tersebut beberapoa negara lain juga menerapkan sitem hukum anglo-saxon campuran, misalnya pakistan, india, dan nigeria yangh menerapkan sebagian besar sistem hukum anglo-saxon, namun juga memberlakukan hukum adat dan hukum agama. sistem hukum anglo-saxon, sebenarnya penerapanya lebih mudah terutama pada masyarakat pada negara-negara berkembang karena sesuai dengan perkembangan zaman. pendapat para ahli dan praktisi hukum lebih menonjol digunakan oleh hakim, dalam memutuskan perkara.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 28.35pt; text-indent: -25.5pt;"><font face="arial" size="2">di inggris unifikasi hukum dilaksanakan dan dilselesaikan oleh benc dan bar dari pengadilan bench dan bar ini sangat di hormati oleh rakyat inggris, oleh karena mampu mewakili rasa keadilan dari m,asyarakat selkalipun bench dan bar merupakan pegawai pemerintah selama periode revolusi industri, para hakim dan penasehat hukum yang merupakan penjabaran dari hobeas, corpus, centorari dan madamus tetap tidak memihak selama masa revolusi dan hukum yang dibentuk pengadilan justru mendukung kekauatan-kekauatan sosial politik yang menghendaki perubahan dari masyarakat agraris ke masayarakat industri. dengan demikian di inggris pada masa revolusi lembaga-lembaga hukum tetap berada di tangan pengadilan yang beribawa</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 28.35pt; text-indent: -25.5pt;"><font face="arial" size="2">di negara-negara common law hukum kebiasaan berkembang ketika pemikiran manusia tentang hukum masih bersifat kaku. tugas menciptaka hukum kebiasaan semula di tangani oleh the court of chancery, the court of chancery ini digunakan oleh raja untuk menhadapai kekauasaan dari pengadilan. perkembangan tersebut kemudian menghasilakan perbedaan antara apa yang disebut dengan "law" dan "equity" di lai pihak. secara historis equity merupakan lembaga hukum terpisah dari law dan merupakan reaksi terhadap ketidakmampuan hukum kebasaan yang dikembangkan pengadilan dalam mengatasi adanya kerugian-kerugian yang di timbulkan oleh suatu pelanggaran hukum.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 28.35pt; text-indent: -25.5pt;"><font face="arial" size="2">di negara-negara yang menganut system common law hukum kebiasaan yang di kembangkan melalui keputusan pengadilan telah berlangsung sejak lama dan tidak dipengarui oleh adanya perbedaan antara hukum piblik dan hukum privat. berdasarka uraian diatas jelas terlihat bahwa negara-negara yang menganut common law system bahwa hukum itu dibentuk oleh pengadilan satu-satunya karakteristik yang sama dari kedua sistem hukum tersebut adalah sama.</font></div><div><br /></div></div>
</div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-26766801335792913412011-10-30T07:40:00.005-07:002020-06-05T22:24:36.286-07:00ESENSIALIA KAIDAH HUKUM<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Membatasi sikap / tindak perilaku manusia agar tidak keluar dari norma-norma yang berlaku.<span><a name='more'></a></span></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Penyimpangan kaidah hukum terbagi 2, yaitu :</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial"><span><!--more--></span><font size="2"><br /></font></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font color="#b51200" face="arial" size="6"><u><b>Penyelewengan</b></u></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Penyimpangan dari kaidah hukum / norma yang berlaku dan tidak didasari oleh dasar-dasar hukum yang sah dan tidak dibenarkan.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Pelaku ybs akan mendapat sanksi hukum sesuai dengan perbuatannya, yakni dalam bentuk hukum sbagai berikut :</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><font face="arial"><br /></font></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">1. Hukum Perdata (<i>Onrechtmatigdaad</i>)</font></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Hukum yang mengatur hak antar manusia dengan manusia, manusia dengan badan hukum, serta badan hukum dengan badan hukum.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Penyelewengan dalam hukum perdata terjadi apabila perbuatan yang dilakukan itu merugikan orang lain, atau perbuatan itu melanggar hukum.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Diatur dalam pasal 1365 KUHPerdata :</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">”Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian bagi orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut”. </font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Contoh :</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Jasa pengiriman paket kilat mengirim paket barang berisikan makanan dari Palembang menuju Jakarta lewat jalur udara. Oleh karena keterlambatan / penundaan penerbangan dikarenakan cuaca buruk, pengiriman paket barang berisikan makanan tsb mengalami keterlambatan selama 3 hari.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Maka pihak jasa pengiriman paket kilat tidak daapt dihukum berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata oleh karena keterlambatan pengiriman paket tsb bukan karena kesengajaan / keinginan pihak pengiriman melainkan karena musibah / gejala alam yang tak dapat diduga.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">2. Hukum Pidana (<i>Straftbaarfeit</i>)</font></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Hukum yang mengatur tentang suruhan dan larangan yang bila dilanggar akan dikenakan sanksi.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Dasar hukum pidana diatur dalam pasal 10 KUHPidana :</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Hukuman pokok :</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">- Hukuman Mati</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">- Hukuman Penjara</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">- Hukuman Kurungan</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">- Hukuman Denda</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Hukuman Tambahan :</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">- Pencabutan hak-hak tertentu</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">- Perampasan barang-barang tertentu</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">- Pengumuman keputusan hakim</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">3. Hukum Tata Negara (<i>Excess De Pouvoir</i>)</font></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Disebut juga “pelampauan kewenangan”</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Contoh :</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Seorang angggota TNI menangkap seorang buronan kasus pencurian lalu memeriksa dan menahannya di Markas Koramil.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Disebut sebagai penyalahgunaan kekuasaan karena sebetulnya seorang anggota TNI tidak mempunyai wewenang untuk menangkap, memeriksa, serta menahan seseorang yang diduga bersalah. karena itu semua adalah wewenang dari anggota Kepolisian.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">4. Hukum Administrasi Negara (<i>Deteournement De Pouvoir</i>)</font></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Disebut juga “penyalahgunaan kewenangan”</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Memberikan bagaimana cara organ-organ negara melaksanakan fungsinya.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Contoh :</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Seorang Camat menerbitkan dan menandatangani Akte Kelahiran seorang bayi yang baru lahir.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Disebut sebagai penyalahgunaan kewenangan karena seorang Camat tidak mempunyai kewenangan untuk menerbitkan akte kelahiran. Karena kewenangan untuk menerbitkan akte kelahiran hanya dimiliki oleh Kantor Catatan Sipil.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><font color="#b51200" face="arial" size="6"><u>Pengecualian / Dispensasi</u></font></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Adalah suatu bentuk penyimpangan kaedah / norma yang berlaku namun masih ada unsur-unsur pembenaran diantara beberapa kesalahan tsb.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4"><i>Noodtoestand / Uitluitingsgrond</i></font></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Adalah keadaan dimana suatu kepentingan hukum dalam bahaya dan untuk menghindarkan bahaya itu, terpaksa dilanggar kepentingan hukum yang lain.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Dalam “<i>noodtoestand</i>” (keadaan terpaksa) harus dilihat adanya :</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">- Pertentangan antara dua kepentingan hukum.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">- Pertentangan antara dua kepentingan hukum dan kewajiban hukum.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">- Pertentangan antara dua kewajiban hukum</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Contoh :</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Sebuah perahu karam ditengah laut. Dua orang penumpang mengapung berpegang pada sebuah papan yang hanya kuat menahan satu orang saja. terjadilah perebutan diantara keduanya, untuk menolong dirinya dari tenggelam maka orang yang satu mendorong orang yang lain sehingga mengakibatkan orang itu tenggelam dan mati. Meskipun perbuatan tsb merupakan suatu tindak pidana pembunuhan (Pasal 338 KUHPidana) namun perbuatannya tidak dapat dihukum.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4"><i>Wettelijkvoorschrift</i></font></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Adalah menjalankan perintah Undang-undang. Apa yang diperintahkan oleh suatu undang-undang atau wewenang yang diberikan oleh sesuatu undang-undang untuk melakukan sesuatu hal tidak dapat dianggap tindak pidana.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Pasal 50 KUHPidana berbunyi :</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">“Barang siapa melakukan perbuatan untuk menjalankan peraturan undang-undang, tidak boleh dihukum."</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Contoh :</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Seorang anggota Polisi dalam melaksanakan tugas kedinasannya menangkap seorang buronan yang mencoba melarikan diri, dan pada akhirnya seorang anggota Polisi tsb harus melepaskan tembakan dan mengenai buronan tsb, meskipun itu termasuk dalam kategori Penganiayaan (Pasal 351 KUHPidana) namun anggota Polisi tsb tidak dapat dihukum karena sedang dalam melaksanakan tugas kedinasannya.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4"><i>Overmacht</i></font></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Pasal 48 KUHPidana :</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">"Berbunyi barang siapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana".</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Kata “daya paksa” ini adalah salinan dari kata belanda “<i>Overmacht</i>”, yang artinya kekuatan atau daya yang lebih besar.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Yang menjadi persoalan adalah, apakah dayapaksa yaitu yang memaksa itu merupakan paksaan pisik, terhadap mana orang yang terkena tak dapat menghindarkan diri, atau merupakan paksaan psychis, dalam batin, terhadap mana meskipun secara pisik orang masih dapat menghindarkannya, namun daya itu adalah demikian besarnya. Sehingga dapat dimengerti kalau tidak kuat menahan daya tersebut. Kekuatan pisik yang mutlak yang tak dapat dihindari dinamakan vis absoluta, sedangkan kekuatan <i>psychis</i> dinamakan <i>vis compulsive</i>, karena sekalipun tidak memaksa secara mutlak, tetapi memaksa juga. </font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Contoh : </font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Seseorang bernama A tengah terpojok disebuah ruangan tertutup dihadang dan ingin dibunuh oleh B dengan memegang sebilah pisau, namun dengan daya dan upayanya A mencoba melawan yang pada akhirnya B tertusuk pisaunya sendiri. Maka disini A tidak dapat dihukum adanya unsur <i>Overmacht</i>.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Apakah dayapaksa merupakan alasan pembenar atau pemaaf? </font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Daya paksa merupakan alasan pembenar, demikian Van Hamel menulis : sebab jika dalam hal yang demikian ketentuan hukum masih tetap dipertahankan, maka di situ ternyata bahwa tata hukum atau menghendaki supaya orang mempunyai keberanian yang luar biasa (heldenmoend) seperti dalam halnya Karneades jika hal yang tak mungkin sama sekali (dwaasheid) seperti kalau pada saat yang sama orang harus datang di dua pengadilan. Karenanya, dalam dayapaksa disitu tata hukum menerima siapa saja yang terjadi (<i>berust in het gebeurde</i>). Perbuatan pidana yang dilakukan orang karena pengaruh daya paksa diterima sebagai benar. Pompe dan Jonkers antara lain juga yang berpendapat sama.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><u><font color="#b51200" face="arial" size="6">KEBERLAKUAN KAIDAH HUKUM</font></u></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="4"><b>- Sasaran</b></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">o Wilayah (<i>Ruimtegebied</i>)</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">o Pribadi (<i>Personengebied</i>)</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">o Waktu (<i>Tijsgebeid</i>)</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">o Ihwal (<i>Zaaksgebied</i>)</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">- Landasan</font></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">o Yuridis</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><span> <span> </span></span>§ Teori <i>Zevengergen</i></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><span> <span> </span> </span>§ Teori <i>Kelsen, Bruggink</i></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><span> <span> </span> </span>§ Teori <i>Radbruch</i></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><span> <span> </span> </span>§ Teori <i>Logemann</i></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">o Sosiologis</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><span> </span><span> </span>§ Teori Paksaan</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><span> </span><span> </span>§ Teori Pengakuan</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">o Filosofi</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><span> </span><span> </span>§ Cita hukum</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="1">DAFTAR PUSTAKA :</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="1">- AKP (Purn) R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bogor, 1988</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="1">- Solahuddin,.S.H,. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta, 2007</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="1">- Kuliah ”Pengantar Ilmu Hukum”, oleh Bpk. Yuli A. Triputra,.S.H,.M.Hum, Palembang, 2011</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /></div></div></div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-65624289609740113522011-10-18T09:25:00.005-07:002020-05-21T10:09:22.219-07:00NOODWEER ( Pembelaan Darurat )<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Diatur dalam pasal 49 KUHPidana :<span><a name='more'></a></span></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Barang siapa melakukan suatu perbuatan, yang terpaksa dilakukannya untuk mempertahankan dirinya atau diri orang lain, mempertahankan kehormatan atau harta benda sendiri atau kepunyaan orang lain dari pada serangan yang melawan hak dan mengancam dengan segera pada saat itu juga, tidak boleh dihukum.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Melampaui batas pertahanan yang sangat perlu, jika perbuatan itu dengan sekonyong-konyong dilakukan karena perasaan tergoncang dengan segera pada saat itu juga, tidak boleh dihukum<br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><i>Noodweer</i> adalah pembelaan yang diberikan karena sangat mendesak terhadap serangan yang mendesak dan tiba-tiba serta mengancam dan melawan hukum.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="4">Unsur-unsurnya :</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">1. Serangan yang nyata.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><span> a. </span>Melawan hukum.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><span> b. </span>mendesak dan sekonyong-konyong mengancam.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">2. Ditujukan kepada</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><span> </span>a. Badan sendiri atau orang lain.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><span> </span>b. Kehormatan kesusilaan, atau</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><span> </span>c. Barang milik sendiri / orang lain.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="4">Pada asas Subsideriteit :</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">- Pembelaan yang diberikan tidak boleh melampaui batas keperluan dan keharusan.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">- Pembelaan yang melampaui batas pembelaan terbatas yang disebabkan oleh suatu tekanan jiwa yang hebat karena adanya serangan orang yang akan mengancam disebut ”<i>Nood Weerexes</i>”.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Perbedaan <i>Nood Weer</i> dan <i>Nood Weerexes</i> :</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><table border="1" bordercolor="#888" cellspacing="0" style="border-collapse: collapse; border-color: rgb(136, 136, 136); border-width: 1px; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: left; width: 60px;"><b><font face="arial" size="2">NO</font></b></td><td style="text-align: center; width: 60px;"><b><font face="arial" size="2">NOOD WEER</font></b></td><td style="text-align: center; width: 60px;"><b><font face="arial" size="2">NOOR WEEREXES</font></b></td></tr><tr><td style="text-align: center; width: 60px;"><font face="arial" size="2"> 1</font></td><td style="width: 60px;"><div style="text-align: left;"><font face="arial" size="2"> Sifat melawan hukum hilang</font></div></td><td style="width: 60px;"><div style="text-align: left;"><font face="arial" size="2">Perbuatan tetap melawan hukum, tidak dapat dipidana karena serangan yang mengancam seketika..</font></div></td></tr><tr><td><font face="arial" size="2"> 2</font></td><td style="text-align: left;"><font face="arial" size="2"> Si Penyerang tidak boleh dipukuli lebih dari maksud pembelaan yang perlu</font></td><td style="text-align: left;"><font face="arial" size="2"> Pembuat melampaui batas-batas pembelaan darurat karena keguncangan jiwa yang hebat.</font></td></tr><tr><td><font face="arial" size="2"> 3</font></td><td style="text-align: left;"><font face="arial" size="2"> Suatu dasar pembenaran</font></td><td style="text-align: left;"><font face="arial" size="2">Suatu dasar Pemaaf (<i>Sculduitsluitinggrond</i>)</font></td></tr></tbody></table><div style="text-align: center;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div style="text-align: left;"><font face="arial" size="2">Supaya orang dapat mengatakan dirinya dalam keadaan “pembelaan darurat” dan tidak dapat dihukum itu, harus dapat dipenuhi 3 macam syarat-syarat sbb :</font></div></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><font face="arial"><span style="font-size: small;">1. Perbuatan yang dilakukan itu harus terpaksa untuk mempertahankan (membela). Pertahanan atau pembelaan itu harus </span><i style="font-size: small;">Noodzakelijk</i><span style="font-size: small;"> (perlu sekali, terpaksa, dalam keadaan darurat). Boleh dikatakan tidak ada jalan lain. Sebenarnya hampir tidak ada suatu pembelaan yang terpaksa. Kebanyakan pembelaan itu dapat dihindarkan dengan jalan melarikan diri atau menyerah pada nasib yang dideritanya, bukan itu yang dimaksud. Disini harus ada keseimbangan yang tertentu antara pembelaan yang dilakukan dengan seranganya. Untuk membela kepentingan yang tidak berarti misalnya orang tidak boleh membunuh atau melukai orang lain.</span></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Seorang pencuri mangga tidak dapat dibunuh begitu saja oleh pemilik mangga tsb tanpa mendapat hukuman. Bilamana orang masih dapat menghindarkan suatu serangan dengan cara lain, misal dengan menangkis atau merebut senjatanya, sehingga penyerang dapat dibuat tak berdaya. Maka pembelaan dengan kekerasan tidak boleh dipandang sebagai terpaksa. Sebaliknyapun tidak mungkin orang disuruh menerima saja terhadap serangan-serangan yang dilakukan kepadanya misalnya melarikan diri sebagai pengecut. Tetapi disini yang diminta adalah bahwa serangan dan pembelaan yang diadakan itu harus seimbang dan dalam hal ini hakimlah yang harus menguji dan memutuskannya.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><font face="arial" size="2">2. Pembelaan atau pertahanan itu dilakukan hanya terhadap kepentingan-kepentingan yang tersebut diatas yaitu badan, kehormatan dan barang diri sendiri atau orang lain. Badan ialah tubuh. Kehormatan ialah kehormatan sexuil yang biasanya diserang dengan perbuatan-perbuatan tidak senonoh atau cabul, memegang bagian-bagian tubuh yang menurut kesusilaan tidak boleh dilakukan, misalnya kemaluan, buah dada, dll. Kehormatan dalam arti nama baik tidak termasuk disini. Barang ialah segala sesuatu yang berwujud, termasuk juga binatang.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Ada sarjana yang berpendapat bahwa hak milik dan ketenteraman rumah-tangga masuk juga dalam pengertian ini. Selanjutnya pembukaan itu bukan untuk diri sendiri. Akan tetapi juga untuk orang lain seperti keluarga, teman dan orang lain siapa saja.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><font face="arial" size="2">3. Harus ada serangan melawan hak dan mengancam dengan sekonyong-konyong atau pada ketika itu juga. Melawan hak artinya penyerang melakukan serangan itu melawan hak orang lain atau tidak mempunyai hak untuk itu.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><i><font face="arial" size="2">Contoh kasus :</font></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Seorang pencuri yang akan mengambil barangnya orang lain, lalu diketahui oleh pemilik barang, kemudian menyerang yang punya barang itu dengan pisau belati, dsb. Disini orang itu boleh melawan untuk mempertahankan diri atas barangnya yang dicuri itu, sebab pencuri telah menyerang dengan melawan hak.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Lain halnya dengan seorang anggota Polisi yang untuk kepentingan pemeriksaan perkara menyita suatu barang, sedang pemilik barang itu menyerang kepadanya. Penyerang tidak dalam pembelaan darurat, karena perbuatan polisi itu tidak melawan hak.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><font face="arial" size="2">apabila ada seseorang diserang oleh binatang orang lain dan mempertahankan diri dengan membacok binatang itu dengan pedang, tidak dapat dikatakan pembelaan darurat karena binatang tidak dapat menyerang dengan melawan hak. Orang itu dapat membebaskan diri dengan mengatakan ia dalam ”<i>overmacht</i>” tersebut dalam pasal 48 KUHPidana.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Selanjutnya, serangan itu harus sekonyong-konyong atau mengancam pada ketika itu juga, maksudnya serangan itu masih paans mengancam. Jika seorang pencuri mengambil barang orang lain, sedang pencuri dan barang itu telah tertangkap, maka orang tidak boleh membela dengan memukuli pencuri itu, karena pada waktu itu sudah tidak ada serangan sama sekali dari pencuri, baik terhadap barang maupun orangnya.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Berdasarkan pada Pasal 49 ayat 2 KUHPidana, yang biasa disebut ”<i>Noodweer-exces</i>” adalah pembelaan darurat yang melampaui batas. Seperti halnya pembelaan darurat, disinipun harus ada serangan yang sekonyong-koyong dilakukan atau mengancam pada saat itu juga. Batas-batas keperluan pembelaan itu dilampaui. Misalnya seseorang yang diserang dengan tangan kosong oleh orang lain, membela diri menembakkan pistol, sedangkan sebenarnya pembelaan dengan memukul kayu saja sudah cukup. Melampaui batas-batas ini oleh undang-undang diperkenankan asal saja disebabkan perasaan tergoncang hebat yang timbul karena serangan itu, perasaan tergoncang hebat misalnya karena jengkel atau marah sekali yang biasa disebut dengan ”mata gelap”.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><i><font face="arial" size="2">Contoh kasus :</font></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Seorang angggota Polisi melihat isterinya sedang diperkosa oleh orang lain, lalu mencabut pistol yang dibawanya dan menembakkannya beberapa kali kepada orang itu.</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Boleh dikatakan ia melampaui batas-batas pembelaan darurat karena biasanya dengan tidak perlu menembak beberapa kali, orang itu akan menghentikan perbuatannya dan melarikan diri. Apabila dapat dinyatakan oleh hakim, bahwa bolehnya melampaui batas-batas itu disebabkan karena marah yang amat sangat. Maka seorang anggota Polisi itu tidak dapat dihukum oleh karena perbuatannya itu, (Namun mungkin masih akan dikenakan sanksi disiplin / pelanggaran kode etik dari kesatuannya).</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><font face="arial" size="2"> DAFTAR PUSTAKA :</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><font face="arial" size="2">- Rohman Hasyim, S.H.,M.H, Diktat Hukum Pidana–STIHPADA, Palembang, 2006</font></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><font face="arial" size="2">- R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Bogor, 1988</font></div></div>
</div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-2053175401280266162011-10-18T09:12:00.005-07:002020-05-21T10:09:33.966-07:00OVERMACHT<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b><u><font face="arial" size="2"><span lang="FI" style="font-family: castellar, serif; font-size: 20pt; line-height: 150%;"></span></font></u></b></div>
<div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="FI"><font face="arial" size="2">Diatur dalam pasal 48 KUHPidana :<span><a name='more'></a></span></font></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span lang="FI"><font face="arial" size="2">”Barang
siapa melakukan perbuatan karena terpaksa oleh sesuatu kekuasaan yang tidak
dapat dihindarkan <u>tidak boleh dihukum”.</u></font></span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<font face="arial" size="2"><br /></font></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="FI"><font face="arial" size="2">Kata “terpaksa” harus diartikan, baik paksaan <i>bathin</i> maupun paksaan <i>lahir</i>, <i>rohani</i> maupun <i>jasmani.</i></font></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="FI"><font face="arial" size="2"> Kekuasaan
yang sama sekali tidak dapat dihindarkan yaitu kekuasaan yang berlebih,
kekuasaan yang pada umumnya dianggap tidak dapat dilawan yang disebut <i><u>”Overmacht”<span><br /></span></u></i></font></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<font face="arial" size="2"><br /></font></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="FI"><font face="arial" size="2">Menurut Mr. J. E. Jonkers, Daya Paksa (<i>Overmacht</i>)
dibedakan atas 3 macam, yaitu :</font></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm; text-align: justify;" type="1"><li><font face="arial" size="2"><span style="text-align: justify;">Daya
Paksa Mutlak (</span><i style="text-align: justify;">Absolute Overmacht</i><span style="text-align: justify;">)</span></font></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="NL"><font face="arial" size="2">Daya
Paksa Relatief (<i>Relatief Overmacht</i>)</font></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="NL"><font face="arial" size="2">Keadaan
Darurat (<i>Noodtoestand</i>)</font></span></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<font face="arial" size="2"><br /></font></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm; text-align: justify;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><b><u><span lang="FI"><font color="#b51200" face="arial" size="4">Daya Paksa Mutlak ( <i>Absolute
Overmacht </i>).</font></span></u></b></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<span lang="FI"><font face="arial" size="2">Dalam hal ini orang itu tidak
dapat berbuat lain, ia mengalami sesuatu yang sama sekali tidak dapat mengelakkannya,
ia tidak mungkin memilih jalan lain.</font></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<i><span lang="FI"><font face="arial" size="2">Contoh Kasus :</font></span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<font face="arial" size="2"><span lang="FI">a.<span style="font: 7pt "times new roman";"> </span></span><span lang="FI">Seseorang dipegang oleh orang lain yang
lebih kuat tenaganya, dilemparkan kearah kaca jendela sehingga pecah dan
mengakibatkan kejahatan ”pengrusakan barang” <u>(Pasal 170 KUHPidana,</u> dalam
peristiwa semacam ini dengan tidak usah ada ketentuan pasal 48 KUHPidana yang
mudah dimengerti pula, bahwa orang kedua tsb tidak dapat dihukum, karena segala
sesuatu yang melakukan suatu peristiwa pidana tsb ialah orang pertama, maka orang yang pertama inilah
yang berbuat dan dialah yang harus dihukum.</span></font></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<font face="arial" size="2"><span lang="FI">b.<span style="font: 7pt "times new roman";"> </span></span><span lang="FI">Sebuah Jasa Pengiriman Paket Kilat
mengirim suatu paket barang berisikan makanan dari Palembang ke Jakarta dengan
melalui jalur udara, namun karena adanya keterlambatan / penundaan penerbangan
dikarenakan cuaca buruk, maka pihak Pengiriman Paket Barang Kilat mengirimnya
dengan jalur darat sehingga baru sampai ketempat tujuan selama 2 hari sehingga
makanan didalamnya basi. Oleh karenanya pihak Jasa Pengiriman Paket Kilat tidak
dapat dipersalahkan berdasarkan <u>Pasal 1356 KUHPerdata</u> karena
keterlembatan tsb bukan karena kesengajaan / keinginan dari pihak Jasa
Pengiriman Paket Kilat melainkan karena musibah alam yang tidak dapat diduga
sebelumnya.</span></font></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<font face="arial" size="2"><br /></font></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol start="2" style="margin-top: 0cm; text-align: justify;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><b><u><span lang="NL"><font color="#b51200" face="arial" size="4">Daya Paksa Relatief ( <i>Relatief
Overmacht </i>).</font></span></u></b></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="FI"><font face="arial" size="2">Disini
kekuatan dan atau kekuasaan yang memaksa orang itu tidaklah mutlak, tidak
penuh. Orang yang dipaksa itu masih ada kesempatan memilih atau berbuat hal
lain.</font></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="FI"><font face="arial" size="2">Kekuasana,
kekuatan, dorongan atau paksaan physiek atau pyschich terhadap orang yang
bersangkutan bersifat relative atau nisbi.</font></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="FI"><font face="arial" size="2"> <i>Contoh Kasus :</i></font></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="FI"><font face="arial" size="2">Seorang
bernama A menodongkan senjata api kearah kepala B dengan bermaksud memaksanya
membakar rumah. Jika B tidak lekas membakar rumah itu maka kepala B akan
ditembak. Dalam fikiran memang mungkin B menolak suruhan A untuk membakar rumah
itu, sehingga ditembak mati. Akan tetapi jika B menuruti perintah A membakar
rumah itu, meskipun ia berbuat suatu kejahatan tetapi toch tidak dihukum,
karena adanya paksaan tsb.</font></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<font face="arial" size="2"><br /></font></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<span lang="FI"><font face="arial" size="2">Perbedaan kekuasaan yang
bersifat <i>Absolute</i> dan <i>Relatief</i> itu ialah :<br />
Bahwa pada yang bersifat
absolute dalam segala sesuatunya orang yang memaksa itu sendirilah yang berbuat
semaunya, sedangkan pada yang relatief maka orang yang dipaksa itulah yang
berbuat , meskipun dalam paksaan kekuatan.</font></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<font face="arial" size="2"><br /></font></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<span lang="FI"><font face="arial" size="2"> Tidak semua kekuasaan yang memaksa dapat membebaskan
orang dari hukuman. yang dapat membebaskan itu hanyalah suatu kekuasaan yang
begitu besarnya sehingga sama sekali tidak dapat dihindarkan lagi, tidak harus
dilawan. Jika suatu paksaan itu beresiko akan dipukul tangan saja, itu tidak dapat
sebagai ”<i>Overmacht</i>” karena ia masih dapat melawan atau menghindarkan pukulan tangan
itu.</font></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<span lang="FI"><font face="arial" size="2"> Jadi dalam hal ini dalam kasus pembakaran rumah tsb,
orang yang dipaksa untuk membakar rumah tsb tetap dapat dihukum. jadi paksaan
itu harus ditinjau dari berbagai sudut, misalnya apakah orang yang dipaksa itu
lebih lemah dari orang yang memaksa, apakah tidak ada jalan lain, apakah
paksaan itu benar-benar seimbang apabila dituruti dan sebagainya. Hakimlah yang
harus menguji dan memutuskan hal ini. Polisi hanyalah mengumpulkan bahan-bahan
serta alat-alat buktinya saja yang akan diajukan untuk menjadi pertimbangan
hakim.</font></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<font face="arial" size="2"><br /></font></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol start="3" style="margin-top: 0cm; text-align: justify;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><b><u><span lang="FI"><font color="#b51200" face="arial" size="4">Keadaan Darurat ( <i>Noodtoestand </i>)</font></span></u></b></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<span lang="FI"><font face="arial" size="2">Bedanya dengan kekuasaan yang
bersifat relatief bahwa ialah pada keadaan darurat ini orang yang dipaksa itu
sendirilah yang memilih peristiwa pidana manakah yang ia lakukan itu, sedangkan
pada kekuasan yang bersifat relatief orang itu tidak memilih, dalam hal ini
yang mengambil inisiatif ialah orang
yang memaksa .</font></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<i><span lang="FI"><font face="arial" size="2">Contoh kasus :</font></span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<font face="arial" size="2"><span lang="SV">a.<span style="font: 7pt "times new roman";"> </span></span><span lang="SV">Sebuah perahu karam ditengah laut. Dua orang
penumpang mengapung berpegang pada sebuah papan yang hanya kuat menahan satu
orang saja. terjadilah perebutan diantara keduanya, untuk menolong dirinya dari
tenggelam maka orang yang satu mendorong orang yang lain sehingga mengakibatkan
orang itu tenggelam dan mati. Meskipun perbuatan tsb merupakan suatu tindak
pidana pembunuhan (Pasal 338 KUHPidana) namun perbuatannya tidak dapat dihukum
karena ia dalam keadaan ”<i>overmacht</i>”.</span></font></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<font face="arial" size="2"><span lang="SV">b.<span style="font: 7pt "times new roman";"> </span></span><span lang="SV">Untuk menolong seorang anak kecil yang
tertutup didalam rumah yang sedang terbakar, seorang pemadam kebakaran
memecahkan kaca jendela sebagai jalan masuk untuk menolong anak kecil tsb.
Meskipun seorang pemadam kebakaran tsb
telah melakukan tindak pidana ”Perusakan Barang” (Pasal 170 KUHPidana) tetapi
ia tidak dapat dihukum oleh karenanya dalam keadaan ”<i>overmacht</i>” demi menyelamatkan
seseorang dari kematian.</span></font></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<font face="arial" size="2"><span lang="SV">c.<span style="font: 7pt "times new roman";"> </span></span><span lang="SV">Seseorang mendapat panggilan untuk datang
menjadi saksi dalam perkara pidana di Pengadilan Negeri Palembang dan Jakarta
pada hari dan jam yang bersamaan, ia dapat memilih salah satu tanpa mendapat
hukuman dari pelanggaran hukum tidak hadir setelah dipanggil (Pasal 224
KUHPidana) karena terhalang oleh suatu kekuasaan yang tidak dapat dihindarkan.</span></font></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<font face="arial" size="2"><br /></font></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV"><font face="arial" size="2">Orang yang melakukan pencurian
dengan alasan terpaksa oleh kemiskinan atau oleh hal semacam itu, tidak dapat
diterima sebagai dalam keadaan <i>overmacht </i>dan
tetap dapat dihukum.</font></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV"><font face="arial" size="2"> Orang
yang diserang oleh binatang orang lain dan membela diri dengan membacok
binatang tsb dengan sebilah pedang. Hal ini tidak masuk dalam pengertian
overmacht karena serangan yang mengancam itu tidak dengan melawan hak karena
seoarang binatang tidak mungkin untuk berbuat sesuatu yang melawan hak.</font></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<font face="arial" size="2"><br /></font></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><font face="arial" size="2">DAFTAR PUSTAKA :</font></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<font face="arial" size="2"><span lang="SV" style="font-size: 10pt; line-height: 150%;">-<span style="font: 7pt "times new roman";">
</span></span><span lang="SV" style="font-size: 10pt; line-height: 150%;">Rohman Hasyim, S.H.,M.H, Diktat Hukum
Pidana–STIHPADA, Palembang, 2006</span></font></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<font face="arial" size="2"><span lang="SV" style="font-size: 10pt; line-height: 150%;">-<span style="font: 7pt "times new roman";">
</span></span><span lang="SV" style="font-size: 10pt; line-height: 150%;">R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP), Bogor, 1988</span></font></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
</div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-66295824770209403162011-10-02T09:00:00.006-07:002020-05-21T10:10:19.203-07:00Sistem Pemasyarakatan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Ide Pemasyarakatan sebagaimana dicita-citakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia pada <span><a name='more'></a></span>akhirnya pada tahun 1995 disahkan satu instrument yang penting dalam rangka pemasyarakatan yaitu disahkannya Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan dalam Lambaran Negara Nomor 77 Tahun 1995.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Pokok-pokok isi dari undang-undang tersebut adalah</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Undang-undang nomor 12 tahun 1995 tersebut lahir atas pertimbangan bahwa:<span><!--more--></span></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><ul><li><font face="arial" size="2">Perlakuan terhadap warga binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem kepenjaraan tidak sesuai dengan sistem pemasyarakatan berdasarkan pancasila dan UUD 1945 yang merupakan bagian akhir dai sistem pemidanaan;</font></li><li><font face="arial" size="2">Sistem pemasyarakatan merupakan rangkaian penegakan hukum yang bertujuan agar warga binaan pemasyarakatan menyadari kesalahannya, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana lagi sehingga dapat diterima kembali di masyarakat, aktif dalam pembangunan dan sebagainya.</font></li><li><font face="arial" size="2">Dasar-hukum yang dipakai dalam rangka proses pemasyarakatan pada sistem kepenjaraan tidak sesuai dengan sistem pemasyarakatn berdasarkan pancasila dan UUD 1945.</font></li></ul></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Pemasyarakatan: Adalah kegiatan untuk malakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dalam tata peradilan pidana;</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Fungsi Sistem Pemasyarakatan adalah untuk menyiapkan warga binaan pemasyarakatan agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggungjawab (pasal 3 )</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Lembaga:</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Lapas:Lembaga Pemasyaratan</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">BAPAS: Balai Pemasyarakatan</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Lapas dan Bapas didirikan disetiap Ibukota Kabupaten atau kotamadya. Dan jika dipandang perlu dapat didirikan pula cabang ditingkat kecamatan dan kota administrative.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><u><font color="#b51200" face="arial" size="4">WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN</font></u></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> </font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Warga binaan pemasyarakatan yang dimaksud adalah Narapidana, anak didik pemasyarakatan dan Klien Pemasyarakatan</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">1. Narapidana</font></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Yang dimaksud dengan nara pidana adalah orang yang menjalani pidana hilang kemerdekaan.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Ada kewajiban untuk mendafatar terpidana yang diterima di LAPAS dalam rangka mengubah status terpidana menjadi nara pidana.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Pendaftaran yang dimaksud meliputi:</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><ul><li><font face="arial" size="2">Pencatatan: Jati diri, Putusan pengadilan dan barang-barang serta uang yang dibawa.</font></li><li><font face="arial" size="2">Pemeriksaan kesehatan;</font></li><li><font face="arial" size="2">Pembuatan pas foto</font></li><li><font face="arial" size="2">Pengambilan sidik jari dan pembuatan berita acara serah terima terpidana.</font></li></ul></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Untuk nara pidana wanita ditempatkan pada LAPAS WANITA.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><font face="arial" size="2">Hak-hak Narapidana didalam LAPAS</font></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Nara pidana dalam menjalani pidananya di LAPAS berhak:</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><ul><li><font face="arial" size="2">Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya;</font></li><li><font face="arial" size="2">Mendapat perawatan,baik perawatan rohani maupun jasmani;</font></li><li><font face="arial" size="2">Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;</font></li><li><font face="arial" size="2">Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak;</font></li><li><font face="arial" size="2">Menyampaikan keluhan;</font></li><li><font face="arial" size="2">Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang;</font></li><li><font face="arial" size="2">Mendapat upah atau premi atas pekerjaan yang dilaksanakan;</font></li><li><font face="arial" size="2">Menerima kunjungan keluarga,penasehat hukum, orang-orang tertentu;</font></li><li><font face="arial" size="2">Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi);</font></li><li><font face="arial" size="2">Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga;</font></li><li><font face="arial" size="2">Mendapatkan pembebesan bersyarat;</font></li><li><font face="arial" size="2">Mendapatkan cuti menjelang bebas;</font></li><li><font face="arial" size="2">Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-udangan yang berlaku (hak pilih dalam pemilu dan sebagainya)</font></li></ul></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">2. Anak didik Pemasyarakatan</font></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> yang dimaksud dengan anak didik pemasyarakatan adalah sebagaimana di sebutkan dalam pasal 1 butir ke 8 terdiri dari</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">• Anak Pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di LAPAS Anak paling lama sampai berumur 18 tahun;</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">• Anak Negara yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada Negara untuk dididik dan ditempatkan di LAPAS anak paling lama sampai berumur 18 tahun;</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">• Anak sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di LAPAS anak paling lama sampai berumur 18 tahun.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Anak didik pemasyarakatan sebagaimana dimaksud diatas juga wajib didaftar seperti narapidana dengan maksud yang sama mengubah status dan tatacaranya pun sama dengan nara pidana.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Hak-hak anak didik pemasyarakatan</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Mengenai hak-hak dari anak didik pemaysrakatan didalam LAPAS anak adalah sama kecuali huruf g yaitu menyangkut hak untuk mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan, karena kalau anak diberi upah maka akan terjadi persepsi mempekerjakan anak dibawah umur yang akan melanggar konvensi internasional tentang perlindungan anak.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Anak-anak tersebut hanya diberikan latihan kerja bukan bekerja.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">3. Klien Pemasyarakatan</font></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Kliem pemasyarakatan adalah seseorang yang berada dalam bimbingan BAPAS</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Setiap klien yang masuk didalam BAPAS wajib didaftar tetapi bukan dalam rangka merubah status tetapi guna tertib administrasi.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Klien sebagai mana dimaksud adalah terdiri dari:</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><ul><li><font face="arial" size="2">Terpidana bersyarat;</font></li><li><font face="arial" size="2">Narapidana, anak pidana, dan anak Negara yang mendapatkan pembebasan bersyarat (bebasnya narapidana setelah menjalani pidananya sekurang-kurangnya 2/3 masa pidananya dengan ketentuan 2/3 tersebut tidk kurang dari 9 bulan) atau cuti menjelang bebas (cuti yang diberikan kepada narapidana yang telah menjalani hukuman sekurang-kurangnya 2/3 masa pidananya dengan ketentuan harus berkelakuan baik dan jangka waktu cuti sama dengan remisi terakhir paling lama 6 bulan)</font></li><li><font face="arial" size="2">Anak Negara yang berdasarkan putusan pengadilan, pembinaan diserahkan kepada orang tua asuh atau badan social; dan</font></li><li><font face="arial" size="2">Anak Negara yang berdasarkan keputusan menteri atau pejabat dilingkungan Direktorat jenderal Pemasyarakatan yang ditunjuk, bimbingannya diserahkan kepada orang tua asuh atau badan social; dan</font></li><li><font face="arial" size="2">Anak yang berdasarkan penetapan pengadilan, bimbingannya dikembalikan kepada orang tua atau walinya.</font></li></ul></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Dalam hal bimbingan anak Negara dilakukan oleh orang tua asuh atau badan social, maka orang tua asuh atau badan social tersebut wajib mengikuti secara tertib pedoman pembibingan yang ditetapkan dengan keputusan menteri.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font color="#b51200" face="arial" size="4"><b><u>PEMBINAAN</u></b></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Pembinaan warga binaan pemasyarakatan dilakukan di LAPAS dan pembimbingan dilakukan di BAPAS.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Pembinaan di LAPAS dilaksanakan secara intra mural (didalam lapas) dan Ekstra mural (di luar LAPAS)</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Pembinaan secara ekstra mural yang dilakukan di LAPAS disebut ASIMILASI , yaitu: proses pembinaan warga binaan pemasyarakatan yang telah memenuhi persyaratan tertentu dengan membaurkan mereka ke dalam masyarakat. Dan pembimbingan di BAPAS juga ada yang dilakukan dengan ektra mural yang disebut INTEGRASI yaitu: proses pembimbingan warga binaan pemasyarakatan yang telah memenuhi syarat tertentu untuk hidup dan berada kembali di tengah-tengah masyarakat dengan bimbingan dan pengawasan BAPAS.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Pembinaan di LAPAS dilakukan terhadap Nara pidana dan anak didik pemasyarakatan,</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan diselenggarakan oleh menteri dan dilaksanakan oleh petugas pamasyarakatan. Dan dalam rangka penyelelenggaraan pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan,mentri dapat mengadakan kerjasama dengan instansi pemerintah terkait, badan-badan kemasyaraatan lainnya, atau perorangan yang kegiatannya seiring dengan penyelenggaraan sistem pemasyarakatan.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Asas-asas dalam pembinaan</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Sistem pembinaan pamsyarakatan dilaksanakan berdasarkan asas-asas:</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">• Pengayoman</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Maksudnya adalah perlakuan terhadap warga binaan pemasyarakatan dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh warga binaan pemasyarakatan, juga memberikan bekal hidup kepada warga binaan agar menjadi warga yang berguna dalam masyarakat;</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">• Persamaan Perlakuan dan pelayanan</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Maksudnya adalah pemberian perlakuan dan pelayanan yang sama kepada warga binaan pemasyarakatan tenapa mebeda-bedakan orang.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">• Pendidikan dan pembimbingan</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Maksudnya adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembimbingan dilaksanakan berdasarkan pancasila, antara lain penanaman jiwa kekeluargaan, keterampilan, pendidikan kerohanian, dan kesempatan untuk menunaikan ibadah.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">• Penghormatan harkat dan martabat manusia</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Maksudnya adalah bahwa sebagai orang tersesat, warga binaan pemasyarakatan harus tetap diperlakukan sebagai manusia.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">• Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Maksudnya adalah bahwa warga binaan pemasyarakatan harus berada dalam lapas untuk jangka waktu tertentu, sehingga Negara mempeunyai kesempatan untuk memperbaikinya.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Selama di LAPAS , warga binaan pemasyarakatan tetap memperoleh hak-haknya yang lain seperti layaknya manusia, dengan kata lain bahwa hak-hak perdatanya tetap terlindugi seperti hak memperoleh perawatan kesehatan, makan, minum, pakaian, tempat tidur, latihan keterampilan, olehraga atau rekreasi.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">• Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang tertentu</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Maksudnya adalah bahwa walaupun warga binaan pemasyarakatan berada di LAPAS, tatapi harus tetap didekatkan dan dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat, antara lain berhubungan dengan masyarakat dalambentuk kunjungan, hiburan ke dalam LAPAS dari anggota masyarakat yang bebas, dan kesempatan berkumpul bersama sahabat dan keluarga seperti program cuti mengunjungi keluarga.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font color="#b51200" face="arial" size="4"><u><b>BALAI PERTIMBANAGAN PEMASYARAKATAN DAN TIM PENGAMAT PEMASYARAKATAN</b></u></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Menteri membentuk badan pertimbangan pemasyarakatan dan tim pengamat pemasyarakatan yang bertugas memberi saran serta pertimbangan kepada menteri yang berkaitan dengan keluhan atau pengaduan dari warga pemasyarakatan..</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Balai Pertimbangan Pemasyarakatan terdiri dari para ahli dibidang pemasyarakatan yang merupakan wakil instansi pemerintah terkait, badan non pemerintah dan perorangan (maksudnya adalah organisasi advokat/pengacara dan LSM)</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Tim Pengamat Pemasyarakatan yang terdiri dari pejabat LAPAS DAN BAPAS atau bejabat terkait lainnya yang bertugas:</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><ul><li><font face="arial" size="2">Memberi saran mengenai bentuk-bentuk dan program pembinaan dan pembimbingan dalam melaksanakan sistem pemasyarakatan;</font></li><li><font face="arial" size="2">Membuat penilaian atas pelaksanaan program pembinaan dan pembimbingan;</font></li><li><font face="arial" size="2">Menerima keluhan dan pengaduan dari warga binaan pemasyarakatan.</font></li></ul></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><u><font color="#b51200" face="arial" size="4">KEAMANAN DAN KETERTIBAN</font></u></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Tanggungjawab atas ketertiban dan keamanan LAPAS menjadi tanggugjawab KALAPAS (Kepala Pemasyarakatan), oleh sebab itu Kalapan memiliki wewenang untuk memberikan tindakan disiplin atau menjatuhkan hukuman disiplin terhadap warga binaan pemasyarakatan yang melanggar peraturan keamanan dan ketertiban dilingkungan LAPAS.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Jenis –jenis hukuman disiplin dapat berupa:</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><ul><li><font face="arial" size="2">Tutupan sunyi paling lama 6 (enam)hari bagi terpidana atau anak pidana dan atau</font></li><li><font face="arial" size="2">Menunda atau meniadakan hak-hak tertentu untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.</font></li></ul></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Yang paling penting adalah dalam memperlakukan tindakan disiplin bagi warga binaan, KALAPAS harus berlaku adil dan tidak sewenang-wenang dan mendasarkan kepada peraturan LAPAS.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Daftar Pustaka :</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Kuliah Umum Dr. Setyo Utomo,S.H,M.hum tanggal 27 Mei 2011 di Kampus STIHPADA Palembang.</font></div></div>
</div>Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.75673329999995-3.1024163000000002 104.62971129999995 -2.8798003 104.88375529999995tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-11020012693403327382011-10-02T08:53:00.005-07:002020-05-21T10:10:43.698-07:00PENOLOGI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Pengertian Penologi ?</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><div style="text-align: left;"><font face="arial"><span style="font-size: small;">Penologi diambil dari asal kata “</span><i style="font-size: small;">Penal</i><span style="font-size: small;">”yang artinya Hukuman/pidana dan “</span><i style="font-size: small;">Logos</i><span style="font-size: small;">” yang artinya Ilmu</span></font></div><font face="arial" size="2"><span><a name='more'></a></span><div style="text-align: left;">pengetahuan, jadi Penologi berarti Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perkembangan pidana/pemidanaan atau penghukuman.</div></font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">memperluas pengertian <i>penology</i> ini mencakup juga tentang kebijakan penalisasi serta usaha-usaha pengendalian kejahatan baik represif maupun prefentif.</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Obyek studi Penologi.</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><div style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><font face="arial">Obyek studi Penologi meliputi:</font></span></div><font face="arial" size="2"><span><!--more--></span></font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Jenis pidana; (peraturan/kebijakan)</font></li><li><font face="arial" size="2">Tujuan pemidanaan; (pelaku)</font></li><li><font face="arial" size="2">Efektifitas pemidanaan; (masyarakat)</font></li><li><font face="arial" size="2">Dampak pemidanaan;(pelaku)</font></li></ul></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Hukum Pidana</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Apa ?</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Perbuatan Apa yang dikatakan Tindak pidana</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Siapa ?</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Siapa Yang dapat dikatakan sebagai Pelaku</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Bagaimana ?</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Bagaimana Cara Memproses pelaku jika terjadi tindak pidana</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Posisi Penologi dalam hukum pidana sangat strategis, karena penologi sangat menentukan berhasilnya pemberian sanksi kepada pelaku. Sanksi apa yang tepat untuk pelaku ? serta bagaimana pelaksanaannya dalam hukum pidana menjadi sasaran ilmu penology.</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Teori Pemidanaan</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">George B Volt menyebutkan teori adalah bagian dari suatu penjelasan yang yang muncul manakala seseorang dihadapkan pada suatu gejala yang tidak dimengerti.</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Artinya teori bukan saja sesuatu yang penting tetapi lebih dari itu karena di sangat dibutuhkan dalam rangka mencari jawaban akademis.</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Teori Tujuan pemidanaan dalam leteratur disebutkan berbeda-beda namun secara subtansi sama. </font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2"> Teori-teori tujuan pemidanaan tersebut pada umumnya ada 3 (tiga) teori yang sering di gunakan dalam mengkaji tentang tujuan permidanaan yaitu:</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2"> </font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Prof. MULADI</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">dalam bukunya “Lembaga Pidana bersyarat” terbitan Alumni Bandung</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">memberikan nama yang berbeda yaitu:</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2"> Teori Retributif,</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2"> Teori Teleologis,</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2"> dan Retributif-teleologis.</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Pada subtansinya sama dengan teori diatas.</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><b><font color="#b51200" face="arial" size="4">Teori Retributif ( <i>Absolut </i>)</font></b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">• Teori ini dianggap teori tertua dalam teori tujuan pemidanaan.</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">• Teori Retributif memandang bahwa pemidanaan merupakan pembalasan atas kesalahan yang telah dilakukan. Jadi teori ini berorientasi pada perbuatan dan terjadinya perbuatan itu sendiri</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">• Teori retributive mencari dasar pemidanaan dengan memandang masa lampau ( melihat apa yang telah dilakukan oleh pelaku)</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">• Menurut teori ini pemidanaan diberikan karena dianggap sipelaku pantas menerimanya demi kesalahanya sehingga pemidanaan menjadi retribusi yang adil dari kerugian yang telah diakibatkan.</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">• Oleh karena itu teori ini dibenarkan secara moral.</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Karl O Cristiansen Mengidentifikasi lima cirri pokok dari teori retributif, yaitu (diambil dari Buku “<i>Some Consideration on the possibility of a rational criminal policy</i>) </font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">• Tujuan pemidanaan hanyalah sebagai pembalasan (<i>The purpose of punishment is just retribution</i>)</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">• Pembalasan adalah tujuan utama dan didalamnya tidak mengandung sarana-sarana untuk tujuan lain seperti kesejahteraan masyarakat (<i>Just retribution is the ultimate aim, and not in itself to any other aim, as for instance social welfare which from this point of view is without any significance whatsoever</i>)</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">• Kesalahan moral sebagai satu-satunya sayart untuk pemidanaan (<i>Moral guilt is the only qualification for punishment</i>)</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">• Pidana harus sesuai dengan kesalahan dengan pelaku (<i>The Penalty shall proportional to the moral quilt of the offenders</i>)</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">• Pidana melihat kebelakang, ia sebagai pencelaan yang murni dan bertujuan tidak untuk memperbaiki, mendidik dan meresosialisasi pelaku (<i>Punishmentpoint into the past, it is pure reproace, and it purpose is not into improve, correct, educate or resocializethe offender</i>)</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Nigel Walker.</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Nigel Walker menjelaskan bahwa ada dua golongan penganut teori retributive yaitu: </font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><b><font color="#b51200" face="arial" size="4">Teori retributif Murni</font></b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">yang memandang bahwa pidana harus sepadan dengan kesalahan.</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Dan Teori retributif Tidak Murni: yang mana teori ini masih dipecah menjadi dua lagi yaitu:</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Penganut Teori Retributif terbatas (<i>The Limiting Retribution</i>). Yang berpandangan bahwa pidana tidak harus sepadan dengan kesalahan. Yang lebih penting adalah keadaan yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh sanksi dalam hukum pidana itu harus tidak melebihi batas-batas yang tepat untuk penetapan kesalahan pelanggaran.</font></li><li><font face="arial" size="2">Penganut teori retributive distribusi (<i>retribution in distribution</i>). Penganut teori ini tidak hanya melepaskan gagasan bahwa sanksi dalam hukum pidana harus dirancang dengan pandangan pada pembalasan, namun juga gagasan bahwa harus ada batas yang tepat dalam retribusi pada beratnya sanksi</font></li></ul><font face="arial" size="2"><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Terhadap pertanyaan tentang sejauh manakah pidana perlu diberikan kepada pelaku kejahatan, teori ini menjelaskan sebagai berikut:</div></font><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Bahwa dengan pidana tersebut akan memuaskan perasaan balas dendam korban, baik perasaan adil bagi dirinya sendiri, temannya dan keluarganya.</font></li><li><font face="arial" size="2">pidana dimaksudkan untuk memberikan peringatan kepada pelaku kejahatan dan anggota masyarakat, bahwa setiap ancaman yang merugikan akan diberi imbalan yang setimpal.</font></li><li><font face="arial" size="2">Pidana dimaksudkan untuk emnunjukkan adanya kesebandingan antara kejahatan dengan ancaman pidananya.</font></li></ul></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Tujuan Preventif:</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">pemidanaan adalah untuk melindungi masyarakat dengan menempatkan pelaku kejahatan terpisah dari suatu masyarakat.</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Tujuan Deterrence (menakuti): adalah untuk menimbulkan rasa takut melakukan kejahatan. Tujuan ini dibagi dalam tiga yaitu:</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Tujuan yang bersifat individual yaitu dimaksudkan agar pelaku menjadi jera untuk melakukan kejahatan kembali.</font></li><li><font face="arial" size="2">Tujuan Yang bersifat Publik yaitu agar masyarakat lain takut melakukan kejahatan.</font></li><li><font face="arial" size="2">Tujuan jangka panjang yaitu agar dapat memelihara keajegan sikap masyarakat terhadap pidana.</font></li></ul></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Tujuan Reformatif (Perubahan): adalah untuk merubah pola pikir masyarakat yang awalnya tidak takut menjadi takut untuk melakukan kejahatan.</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><b><font color="#b51200" face="arial" size="4">Teori Relatif</font></b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">konsepnya adalah:</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Teori Relatif memandang bahwa pemidanaan bukan sebagai pembalasan atas kesalahan pelaku, tetapi sebagai sarana mencapai tujuan yang bermanfaat untuk melindungi masyarakat menuju kesejahteraan.</font></li><li><font face="arial" size="2">Dalam teori ini munculah tujuan pemidanaan sebagai sarana pencegahan, baik pencegahan khusus yang ditujukan pada pelaku maupun pencegahan umum yang ditujukan pada masyarakat.</font></li><li><font face="arial" size="2">Menurut teori ini bahwa pidana bukan sekedar untuk melakukan pembalasan kepada orang yang telah melakukan kejahatan, tetapi lebih dari itu memiliki tujuan yang lebih bermanfaat</font></li><li><font face="arial" size="2">Pidana ditetapkan bukan karena ada orang yang melakukan kejahatan tetapi agar orang jangan melakukan kejahatan.</font></li></ul></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Menurut Karl O Cristiansen ada beberapa ciri pokok dari teori relatif yaitu:</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">• Tujuan pemidanaan adalah pencegahan (<i>The purpose of Punishment is prevention</i>)</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">• Pencegahan bukan sebagai tujuan akhir tapi hanya sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi yaitu kesejahteraan masyarakat.(<i>Prevention is not a final aim, but a means to a more suprems aim, e.g. social welfare</i>)</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">• Hanya pelanggaran-pelanggaran hukum yang dapat dipersalahkan kepada pelaku saja, misalnya kesengajaan atau kelalaian yang memenuhi sayarat untuk adanya pidana.(<i>Only Breaches of the law which are imputable to the perpetrator as intent or negligence qualify for punishment</i>)</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">• Pidana harus ditetapkan berdasarkan tujuan sebagai alat pencegahan kejahatan.(<i>the penalty shall be determined by its utility as an instrument for the prevention of crime</i>)</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">• Pidana melihat kedepan, atau bersifat prospektif. (<i>The Punishment is Prospenctiv</i>e)</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Sehingga dengan konsep gabungan ini maka teori integrative menganggap pemidanaan sebagai unsure penjeraan dibenarkan tetapi tidak mutlak dan harus memiliki tujuan untuk membuat si pelaku dapat berbuat baik dikemudian hari.</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Daftar Pustaka :</font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><font face="arial" size="2">Kuliah Umum Dr. Setyo Utomo,S.H,M.hum tanggal 27 Mei 2011 di Kampus STIHPADA Palembang.</font></div></div></div></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.75673329999995-3.1024163000000002 104.62971129999995 -2.8798003 104.88375529999995tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-78128279463461256652011-10-02T08:50:00.004-07:002020-06-05T22:21:13.702-07:00Macam-Macam Hukuman dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Positif<div><font face="arial" size="2">Hukuman Menurut Hukum Pidana Islam (<i>Jinayah</i>)<span><a name='more'></a></span></font></div><div><font face="arial" size="2">Hukuman dalam hukum pidana islam dapat dibagi kepada beberapa bagian dengan meninjaunya dari beberapa segi. Dalam hal ini ada lima penggolongan yaitu :<span><br /></span></font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="4"><b>Ditinjau dari segi pertalian antara satu hukuman dengan hukuman yang lain. Dalam hal ini hukuman dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu:</b></font></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman Pokok (<i>Uqubah Ashliya</i>h) Yaitu hukuman yang ditetapkan untuk jarimah yang bersangkutan sebagai hukuman yang asli,</font></div><div><font face="arial" size="2"> Contohnya: hukuman qishosh untuk jarimah pembunuhan, Hukuman Dera 100 x untuk jarimah Zina, atau hukuman potong tangan untuk jarimiah pencurian.</font></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman pengganti (<i>Uqubah Badaliyah</i>), Yaitu hukuman yang menggantikan hukuman pokok, apabila hukuman pokok tidak dapat dilaksanakan karena alasanyang sah.</font></div><div><font face="arial" size="2"> Contohnya. Hukuman Diat sebagai hukuman pengganti hukuman <i>Qishosh</i>. Sesungguhnya had itu juga merupakan hukuman pokok yaitu untuk pembunuhan menyerupai sengaja atau kekeliruan, akan tetapi juga menjadi hukuman pengganti untuk hukuman qishosh.</font></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman Tambahan (<i>Uqubah Taba’iyah</i>), yaitu hukuman yang mengikuti hukuman pokok tanpa memerlukan keputusan hakim secara tersendiri.</font></div><div><font face="arial" size="2"> Contohnya. Larangan menerima warisan bagi orang yang membunuh orang yang akan diwarisinya (orang tua membunuh anaknya sendiri), sebagai tambahan untuk hukuman Qishosh atau diat.</font></div><div><font face="arial" size="2"> Contoh Selain itu hukuman pencabutan hak untuk menjadi saksi bagi orang yang telah melakukan <i>jarimah Qadzab</i> (menuduh zina), disamping hukuman pokokya yaitu jilid (dera) 80 kali.</font></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman Pelengkap (<i>Uqubah Takmiliyah</i>) Yaitu hukuman yang mengikuti hukuman pokok dengan syarat harus mendapat keputuan tersendiri dari hakim. Dan syarat inilah yang membedakan dengan hukuman tambahan.</font></div><div><font face="arial" size="2"> Contohnya. Seperti mengalungkan tangan pencuri yang telah dipotong dilehernya</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font face="arial" size="4">Ditinjau dari segi kekuasaan hakim dalam menentukan berat ringannya hukuman, maka hukuman dapat dibagi menjadi dua bagian. Yaitu:</font></b></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman yang mempunyai satu batas, artinya tidak ada batas tertinggi dan batas terendah,</font></div><div><font face="arial" size="2"> Contohnya. Hukuman Jilid (dera) sebagai hukuman had (delapan puluh kali atau seratus kali) dalam hal ini hakim tidak berwenang untuk menambah atau mengurangi karena hukuman itu hanya hanya satu macam saja.</font></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman yang mempunyai dua batas, yaitu batas tertnggi dan batas terendah. Dalam hal ini hakim diberi kewenangan dan kebebasan untuk memilih hukuman yang sesuai antara kedua batas tersebut,</font></div><div><font face="arial" size="2"> Contohnya.seperti hukuman penjara atau jilid pada jarimah-jarimah ta’jir.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font face="arial" size="4">Ditinjau dari segi keharusan untuk memutuskan dengan hukuman tersebut, hukuman dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:</font></b></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman yang telah ditentukan (<i>Uqubah Muqaddarah</i>), yaitu hukuman yang jenis dan kadarnya telah ditentukan oleh syara’ dan hakim berkewajiban untuk memutuskan tanpa mengurangi, menambah, atau menggantinya dengan hukuman yang lain. Ulil amri tidak berhak untuk menggugurkannya.</font></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman yang belum ditentukan (<i>Uqubah Ghair Muqaddarah</i>), yaitu hukuman yang diserahkan kepada hakim untuk memilih jenisnya dari sekumpulan hukuman hukuman yang ditetapkan oleh syara’ dan menentukan jumlahnya untuk kemudian disesuaikan dengan perbuatan pelakunya.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font face="arial" size="4">Ditinjau dari segi tempat dilakukanya hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:</font></b></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman badan (Uqubah badanyah), yaitu hukuman yang dikenakan atas badan manusia, seperti hukuman mati, jilid (dera) dan penjara.</font></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman Jiwa (Uqubah Nafsiyah) yaitu hukuman yang dikenakan atas jiwa manusia, bukannya atas badannya, seperti ancaman, peringatan, atau teguran.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font face="arial" size="4">Ditinjau dari segi macamnya jarimah yang diancamkan hukuman, hukuman dapat dibagi kepada empat bagian, yaitu sebagai berikut:</font></b></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman <i>Hudud</i>, yaitu hukuman yang ditetapkan atas jarimah-jarimah hudud.</font></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman <i>Qishash</i> dan diat, yaitu hukuman yang ditetapkan atas jarimah qishash dan diat.</font></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman <i>Kifarat</i>, yaitu hukuman yang ditetapkan untuk sebagaian jarimah qishash dan diat dan beberapa jarimah ta’jir.</font></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman <i>ta’zir</i>, yaitu hukuman yang ditetapkan untuk jarimah-jarimah ta’zir.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="6"><b><u>Hukuman-hukuman untuk jarimah hudud.</u></b></font></div><div><font face="arial" size="2">Hukum hudud adalah hukuman-hukuman yang ditetapkan untuk jarimah-jarimah hudud, jarimah hudud ada tujuh macam yaitu:</font></div><div><font face="arial" size="2">– Zina</font></div><div><font face="arial" size="2">– <i>Qadzaf</i> (menuduh zina)</font></div><div><font face="arial" size="2">– Minum-minuman keras</font></div><div><font face="arial" size="2">– Pencurian</font></div><div><font face="arial" size="2">– <i>Hirabah</i> (Perampokan)</font></div><div><font face="arial" size="2">– <i>Riddah</i> (murtad) dan</font></div><div><font face="arial" size="2">– Pemberontakan</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Keterangan/ Penjelasan:</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">Hukuman Zina</font></div><div><font face="arial" size="2">Syariat islam telah menetapkan tiga jenis hukuman untuk jarimah zina yaitu: Dera (Jilid), Pengasingan, Rajam.</font></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman Dera seratus kali dan pengasingan ditetapkan untuk pelaku zina yang keduanya ghoir muhshan (Belum menikah)</font></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman rajam bagi pelaku zina yang keduanya <i>Muhshan</i> (menikah)</font></div><div><font face="arial" size="2">• Kalau pelakunya yang satu ghoir muhshan dan satunya muhshan maka yang muhshan dirajan dan yang ghoir muhshan di dera(jilid) dan diasingkan.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Dasarnya.</font></div><div><font face="arial" size="2">QS. An-Nuur: ayat 2 yang Artinya:</font></div><div><font face="arial" size="2"> “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah beas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah,jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.”</font></div><div><font face="arial" size="2">• dan HR. Jam’ah kecuali Al Bukhari dan An-Nasa’i.</font></div><div><font face="arial" size="2"> “Jejeka dan gadis hukumannya jilid seratus kali dan pengasinganselama satu tahun”</font></div><div><font face="arial" size="2">• Dalam Hadist lain. Diriwayatkan sama dengan diatas:</font></div><div><font face="arial" size="2"> “Dan janda dengan duda hukumannya jilid seratus kali dan rajam”</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">Hukuman untuk jarimah <i>Qadzaf</i> (penuduhan zina)</font></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman untuk jarimah qadzaf dalam syariat islam ada dua yaitu:</font></div><div><font face="arial" size="2">− Hukuman pokok, yaitu jilid</font></div><div><font face="arial" size="2">− Hukuman Tambahan; yaitu pencabutan hak untuk menjadi saksi</font></div><div><font face="arial" size="2">• Jarimah qadzaf ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang iri serta tidak senang dengan orang lain sehingga dia elakukan sesuatu yang dapat menjatuhkan harga diri orang lain, oleh karena ini adalah tindakan yang tidak jujur maka syariat islam mencabut hak kejujurannya untuk menjadi saksi atau tidak diakui kejujurannya.</font></div><div><font face="arial" size="2">• Jilid untuk pelaku Qadzaf berbeda dengan zina yang jumlahnya hanya delapan puluh kali cambukan</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Dasarnya. QS. An-Nuur ayat 4.</font></div><div><font face="arial" size="2">• “dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik”</font></div><div><font face="arial" size="2">• Hal ini yang belum dapat saya temukan apakah benar hanya laki-laki yang menuduh zina yang demikian itu.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">Hukuman Minum-Minuman Keras</font></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman untuk minum minuman keras adalah jilid atau dera sebanyak delapan puluh kali dera.</font></div><div><font face="arial" size="2">• Menurut Imam Syafii, berpendapan bahwa 80 kali jilid tersebut 40 kali jilid termasuk had sedangkan 40 kali adalah ta’zir yang hanya dijatuhkan oleh hakim kalau dipandang perlu oleh hakim.</font></div><div><font face="arial" size="2">• Larangan untuk minum-minuman keras ada dalam QS. Al-Maidah ayat 90.</font></div><div><font face="arial" size="2">• “hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minuman) khamr, judi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan yang keji termasuk perbuatan syaiton. Maka jauhilah perbuatan-itu agar kamu mendapat keberuntungan”</font></div><div><font face="arial" size="2">• Sedangkan untuk hukumannya tercantum dalam hadist Nabi SAW HR.Ahmad.</font></div><div><font face="arial" size="2">• “dari Abdullah Ibn’amr ia berkata: telah bersabda Rasullulah Saw” barang siapa yang meminum khamr maka jilidlah ia, apabila ia mengulanginya, maka jilidlah ia, apabila mengulangi lagi jilidlah ia.”</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">Hukuman Untuk Jarimah Pencurian</font></div><div><font face="arial" size="2">• Jarimah pencurian diancam dengan hukuman potong tangan.</font></div><div><font face="arial" size="2">• Para fuqaha telah sepakat, bahwa dalam pengertian tangan termasuk juga kaki.</font></div><div><font face="arial" size="2">• Apabila seseorang melakukan pencurian untuk yang pertama kalinya maka tangan kanannya yang dipotong, dan jika mencuri kembali untuk kedua kalinya maka kaki kirinya yang dipotong.</font></div><div><font face="arial" size="2">• Dasarnya QS Al-Maidah ayat 38 yang artinya:</font></div><div><font face="arial" size="2">“laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduannya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah, dan Allah maha perkasa lagi maha Bijaksana”</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">Hukuman Untuk jarimah Perampokan.</font></div><div><span style="font-size: small;"><font face="arial">Syariat Islam menetapkan empat macam hukuman untuk tindak pidana perampokan (Hirabah) yaitu:</font></span></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Hukuman mati;</font></li><li><font face="arial" size="2">Hukuman mati dan salib;</font></li><li><font face="arial" size="2">Hukuman potong tangan dan kaki serta;</font></li><li><font face="arial" size="2">Hukuman pengasingan.</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2">Dasarnya QS. Al-Maidah ayat 33 yang artinya:</font></div><div><font face="arial" size="2">“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasulnya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka itu dibunuh atau di salib, dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamaanya) yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akherat mereka peroleh siksaan yang besar”.</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Hukuman mati, dijatuhkan kepada perampok apabila disertai dengan pembunuhan.</font></li><li><font face="arial" size="2">Hukuman mati disalib dijatuhkan kepada perampok yang membunuh serta merampas harta bendanya, dijatuhkan atas pembunuhan dan percurian harta.</font></li><li><span style="font-size: small;"><font face="arial">Hukuman potong tangan dan kaki dijatuhkan kepada perampok yang hanya mengambil hartanya saja tanpa melakukan pembunuhan.</font></span></li><li><span style="font-size: small;"><font face="arial">Hukuman pengasingan dilakukan kepada perampok (pengganggu keamanan) yang tidak mengambil harta dan tidak membunuh tetapi hanya menakut-nakuti saja. Yangtujuannya untuk mencari popularitas untuk dirinya sendiri.</font></span></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">Hukuman Untuk jarimah <i>Riddah</i> (Murtad)</font></div><div><font face="arial" size="2">• Jarimah riddah diancam dengan dua jenis hukuman:</font></div><div><font face="arial" size="2">– hukuman Pokok, yaitu Hukuman mati:</font></div><div><font face="arial" size="2">– Hukuman tambahan yaitu penyitaan harta bendanya.</font></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman mati bagi orang yang murtad didasarkan pada hadist nabi Saw. HR Bukhari. Yang artinya:</font></div><div><font face="arial" size="2"> “dari Ibn Abbas ra, ia berkata: Telah bersabda RasullAllah Saw: “barang siapa mengganti agamannya maka bunuhlah ia”</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">• Dalam hal penyitaa harta ini banyak sekali perbedaan pendapat namun ada pendapat yang kuat yaitu mengatakan bahwa harta yang disita hanya sebatas harta yang diperoleh setelah dia murtad sedangkan harta sebelumnya diserahkan kepada ahli warisnya yang masih muslim.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">Hukuman Untuk jarimah Pemberontakan.</font></div><div><font face="arial" size="2">Hukuman untuk jarimah pemberontakan adalah hukuman mati. Hal ini didasarkan pada Firman Allah dalam Surah Al Hujuraat ayat 9 yang artinya: “dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduannya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah: jika golongan itu telah kembali (kepad perintah Allah), maka damaikanlah antara keduannya dengan adil dan berlaku adilah sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”</font></div><div><font face="arial" size="2">Yang lebih tegas tentang hukuman bagi jarimah pemberontakan adalah terdapat dalam hadist nabi Saw HR. Muslim. Yang artinya” Dari Arfajah ibn syuraih ia berkata: saya mendengar Rasulullah saw bersabda:”barang siapa yang dating kepeda kamu sekalian, sedangkan kalian telah sepakat kepada seorang pemimpin, untuk memecah belah belah kelompok kalian, maka bunuhlah dia”.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="6"><b>Hukuman-hukuman untuk jarimah <i>Qishash</i> dan <i>diat</i>.</b></font></div><div><font face="arial" size="2">Qishash dan diat itu ada lima macam yaitu:</font></div><div><font face="arial" size="2">• pembunuhan sengaja,</font></div><div><font face="arial" size="2">• Pembunuhan menyerupai sengaja,</font></div><div><font face="arial" size="2">• Pembunuhan karena kesalahan, (tidak sengaja)</font></div><div><font face="arial" size="2">• Penganiayaan sengaja,</font></div><div><font face="arial" size="2">• penganiayaan karena kesalahan (tidak sengaja)</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Hukuman-hukuman yang diancamkan terhadap jarimah-jarimah tersebut adalah sebagai berikut:</font></div><div><font face="arial" size="2">• <i>Qishash</i></font></div><div><font face="arial" size="2">• <i>Diat</i></font></div><div><font face="arial" size="2">• <i>Kifarat</i> (membebaskan seorang hamba yang mukmin)</font></div><div><font face="arial" size="2">• Hilangnya hak waris dan hak wasiat.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">Hukuman <i>Qishash</i></font></div><div><font face="arial" size="2">Pengertian <i>qishash</i> sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad abu zahrah adalah sebagai berikut: Qishash adalah memberikan hukuman kepada pelaku perbuatan persis seperti apa yang dilakukan terhadap korban.</font></div><div><font face="arial" size="2">• <i>Qishash</i> didasarkan kepada Firman Allah Swt dalam surah Al-Baqarah ayat 178-179: yang artinya:</font></div><div><font face="arial" size="2"> “ Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu qishas berkenan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu permaafan dari saudaranya, hendaklah yang dimaafkan membayar(diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang amat pedih. Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertaqwa.”</font></div><div><font face="arial" size="2">Hukuman qiashash ini berlaku untuk jarimah-jarimah pembunuhan sengaja dan penganiayaan sengaja. Baik dalam pembunuhan maupun penganiayaan korban maupun walinya diberi wewenang untuk memberikan ampunan terhadap pelaku apabila ada pengampunan maka hukuman qishash bisa gugur dan diganti dengan hukuman diat.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">Hukuman <i>diat</i></font></div><div><font face="arial" size="2">Diat adalah hukuman pokok untuk tindak pidana pembunuhan dan penganiayaan menyerupai sengaja dan tidak sengaja. Ketentuan ini didasarkan kepada Firman Allah Swt dalam surah An-Nisaa’ ayat 92 yang artinya:</font></div><div><font face="arial" size="2">“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain) kecuali kerena tersalah (tidak sengaja): dan barang siapa membunuh orang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (orang yang terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah”</font></div><div><font face="arial" size="2">Meskipun bersifat hukuman, namun diat merupakan harta yang diberikan kepada korban atau keluarganya, bukan kepada berbendaharaan Negara dalam hal ini diat hamper mirip dengan ganti kerugian.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">Hukuman <i>Kifarat</i></font></div><div><font face="arial" size="2">• Hukuman <i>kifarat</i> dijatuhkan atas pembunuhan karena kekeliruan (tidak sengaja) dan menyerupai sengaja.</font></div><div><font face="arial" size="2">• Adapun hukumannya adalah membebaskan seorang hamba yang mukmin. Apabila tidak mampu maka hukumannya diganti dengan puasa dua bulan berturut-turut. Hal ini didasarkan kepada firman Allah Swt dalam surah An-Nisaa’ ayat 92: yang artinya:”…Barang siapa yang tidak memperolehnya ia (si pembunuh)berpuasa dua bulan berturut-turut, sebagai cara taubat kepada Allah. Dan adalah Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">Hukuman Pencabutan hak waris dan wasiat.</font></div><div><font face="arial" size="2">Pencabutan hak waris dan hak wasiat merupakan hukuman tambahan, disamping hukuman pokok untuk tindak pidana pembunuhan.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Hukuman untuk jarimah <i>ta’zir</i></font></div><div><font face="arial" size="2">Hukuman ta’zir, seperti yang dikemukakan oleh Imam Al-Mawardi adalah sebagai berikut: <i>Ta’zir</i> adalah hukuman yang bersifat pendidikan atas perbuatan dosa (maksiat) yang hukumannyabelum ditetapkan oleh syara.</font></div><div><font face="arial" size="2">Jarimah <i>ta’zir</i> jumlahnya sangat banyak, kerena mencakup semua perbuatan maksiat yang hukumannya belum ditentukan oleh syara dan diserahkan kepada ulil amri untuk mengaturnya. Jadi intinya jarimah yang tidak diatur dalam syara seperti :Hukuman kawalan, Hukuman hukuman pengucilan dan lain sebagainya.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="1">Daftar Pustaka :</font></div><div><font face="arial" size="1">Kuliah Umum Dr. Setyo Utomo,S.H,M.hum tanggal 27 Mei 2011 di Kampus STIHPADA Palembang.</font></div>Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.75673329999995-3.1024163000000002 104.62971129999995 -2.8798003 104.88375529999995tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-76078136766635636602011-10-02T08:48:00.006-07:002020-06-05T22:21:05.767-07:00Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana<div><font color="#b51200" face="arial" size="4"><b>Sistem Peradilan Pidana Indonesia</b></font></div><div><font face="arial" size="2">Secara sederhana sistem peradilan pidana atau yang sering disebut dengan (Criminal justice system) <span><a name='more'></a></span>dapat dipahami suatu usaha untuk memehami serta menjawab pertanyaan apa tugas hukum pidana didalam masyarakat dan bukan sekedar bagaimana hukum pidana didalam undang-undang dan bagaimana hakim menerapkannya.<span><!--more--></span></font></div><div><font face="arial" size="2">Secara sederhana sistem peradilan pidana atau yang sering disebut dengan (Criminal justice system) dapat dipahami suatu usaha untuk memehami serta menjawab pertanyaan apa tugas hukum pidana didalam masyarakat dan bukan sekedar bagaimana hukum pidana didalam undang-undang dan bagaimana hakim menerapkannya.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Di Indonesia sistem peradilan pidana setelah berlakunya undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana mempunyai empat komponen atau sub sistem yaitu:</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Sub sistem kepolisian</font></li><li><font face="arial" size="2">Sub sistem kejaksaan</font></li><li><font face="arial" size="2">Sub sistem pengadilan</font></li><li><font face="arial" size="2">Dan sub sistem pemasyarakatan.</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Tujuan sistem peradilan pidana menurut Prof Muladi dapat dikategorikan sebagai:</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Tujuan jangka pendek, apabila yang hendak dicapai resosialisasi dan rehabilitasi pelaku tindak pidana;</font></li><li><font face="arial" size="2">Dikategorikan sebagai tujuan jangka menengah, apabila yang hendak dituju lebih luas yakni pengendalian dan pencegahan kejahatan dalam konteks politik criminal (<i>Criminal policy</i>)</font></li><li><font face="arial" size="2">Tujuan jangka panjang , apabila yang hendak dicapai adalah kesejahteraan masyarakat (<i>Social Welfare</i>)</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4"><b>Mekanisme Sistem Peradilan Pidana</b></font></div><div><font face="arial" size="2">Sistem ini mulai bekerja sejak adanya laporan/atau aduan dari masyarakat tentang terjadinya tindak pidana dari masyarakat. Setelah itu polisi melakukan proses selanjutnya (penagkapan dan penyelidikan dan penydsidikan) selanjutnya pelaku diteruskan ke lembaga kejaksaan, pemngadilan lalu dijatuhi putusan dan terakhir pada pemasyarakatan.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font color="#b51200" face="arial" size="4">SISTEM PERADILAN PIDANA</font></b></div><div><font face="arial" size="2">CCM dan DPM</font></div><div><font face="arial" size="2">Dalam bukunya yang berjudul The limits of the Criminal Sanction, Herbert L. Packer. Menyebutkan ada dua model dalam proses peradilan pidana (<i>Two models of the criminal process</i>) yaitu : <i>Crime Control Model</i> dan <i>Due Process Model</i>.</font></div><div><font face="arial" size="2">Proses peradilan pidana menandaskan dirinya pada hukum pidana. Kedua proses ini berlainan cara kerjanya, akan tetapi mengakui pentingnya seperangkat hukum tertulis, tetapi fokusnya pada peraturan yang berbeda.</font></div><div><font face="arial" size="2">Kedua model tersebut diatas memiliki perbedaan dalam melakukan proses penyelesaian kasus/perkara pidana mulai dari proses penangkapan sampai orang itu dinyatakan bersalah.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font color="#b51200" face="arial" size="4">Karateristik CCM dan DPM</font></b></div><div><font face="arial" size="2">Karateristik dari CCM adalah efisiensi yang mana proses criminal itu bekerja yaitu cepat tangkap dan cepat adili (Asas<i> Presumtion of Quilt</i>) sedangkan DPM memiliki karateristik adalah perlindungan hak-hak tersangka, untuk menentukan kesalahan harus melalui suatu persidangan (Asas <i>Presumtion of Inocene</i>).</font></div><div><font face="arial" size="2">Dalam kenyataannya dua model ini sangat mempengaruhi hukum acara pidana Indonesia, yaitu karateristik DPM menonjol pada KUHAP Indonesia dengan dilindunginya hak-hak tersangka dan terdakwa, namun dalam bekerjanya KUHAP, maka menggunakan CCM yang ditonjolkan dalam praktek.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font color="#b51200" face="arial" size="4">Posisi Lembaga Pemasayarakatan dalam SPP</font></b></div><div><font face="arial" size="2">Lembaga Pemasyarakatan sebagai lembaga pembinaan, posisinya sangat strategis dalam merealisasikan tujuan akhir dari SPP, yaitu Rehabilitasi dan resosialisasi pelanggar hukum, bahkan sampai pada penanggulangan kejahatan (Supresion of crime). Keberhasilan dan kegagalan pembinaan yang dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan akan memberikan kemungkinan-kemungkinan penilaian yang dapat bersifat positif maupun negative.</font></div><div><font face="arial" size="2">Penilaian itu positif manakala pembinaan nara pidana mencapai hasil maksimal, yaitu bekas nara pidana menjadi warga masyarakat yang taat pada hukum.</font></div><div><font face="arial" size="2">Sedangkan penilaian itu negative manakala, bekas nara pidana yang pernah dibina itu menjadi penjahat kembali (Residivis)</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Daftar Pustaka :</font></div><div><font face="arial" size="2">Kuliah Umum Dr. Setyo Utomo,S.H,M.hum tanggal 27 Mei 2011 di Kampus STIHPADA Palembang.</font></div>Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.75673329999995-3.1024163000000002 104.62971129999995 -2.8798003 104.88375529999995tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-72417777808993950922011-10-02T08:47:00.005-07:002020-06-05T22:19:40.357-07:00Jenis Sanksi dalam Hukum Pidana<div><b><font face="arial" size="4">Sanksi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:<span><a name='more'></a></span></font></b></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Sanksi Pidana</font></li><li><font face="arial" size="2">Sanksi Tindakan</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Masing-masing memiliki prinsip dan tujuan masing-masing sesuai dengan teori serta filosofis yang dipahaminya. sehingga ditingkat ide dasar keduanya memiliki perbedaan yang fundamental. Keduanya bersumber pada ide dasar yang berbeda. Sanksi pidana bersumber pada ide dasar “ mengapa diadakan pemidanaan?” sedangkan sanksi tindakan bertolak pada ide dasar: “ Untuk apa diadakan pemidanaan”<span><!--more--></span></font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Kalau dilihat dari pertanyaan yang mendasari kedua sanksi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa:</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Sanksi pidana memiliki pertanyaan filosofis yang harus dijawab yang tentunya akan melihat persoalan mundur kebelakang.</font></li><li><font face="arial" size="2">Sedangkan sanksi tindakan memiliki pertanyaan praktis yang harus dijawab dengan melihat kedepan apa yang harus dilakukan.</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Dapat disimpulkan bahwa sanksi pidana berorientasi pada pengenaan penderitaan pada pelaku sedangkan sanksi tindakan berorientasi pada perlindungan masyarakat.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Kedudukan Sanksi Pidana dan Sanksi Tindakan dalam Sistem Pemidanaan Menurut Undang-Undang</font></div><div><font face="arial" size="2">Pada bagian ini secara khusus akan mengkaji dua hal yaitu:</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Kecenderungan sanksi pidana dijadikan sebagai “Sanksi Primadona”</font></li><li><font face="arial" size="2">Sanksi tindakan sebagai kebijakan penal yang terabaikan.</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="4"><b>Sanksi pidana sebagai sanksi Primadona.</b></font></div><div><font face="arial" size="2">Sanksi Tindakan sebagai kebijakan penal yang terabaikan.</font></div><div><font face="arial" size="2">Kebijakan legislasi yang tercermin kedalam produk perundang-undangan selama ini banyak memberikan kesan lebih mengutamakan sanksi pidana dalam sistem pemidanaan.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">20 perundang-undangan yang pernah saya teliti tak terdapat satupun perundang-undangan tersebut yang tidak menggunakan sanksi pidana.</font></div><div><font face="arial" size="2">Oleh :</font></div><div><font face="arial" size="2">Solehudin,SH.M.H.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Bentuk-bentuk sanksi pidana yang banyak diterapkan adalah pidana penjara, kurungan dan denda, sedangkan pidana mati hanya terdapat pada beberapa perundang-undangan saja seperti Undang-undang Narkotika, psikotropika Dll.</font></div><div><font face="arial" size="2">Pencantuman jenis pidana dapat diidentifikasikan dalam setiap perundang-undangan pidana, baik yang berkualifikasi tindak pidana umum maupun tindak pidana khusus. Demikian juga bentuk perundang-undangan yang subsatnsinya adalah perundang-undangan administrasi contohnya perlindungan konsumen, pabean, dsb.</font></div><div><font face="arial" size="2">Dari kenyataan tersebut diatas ternyata bahwa sanksi pidana selama ini dalam produk kebijakan legislasi masih dijadikan “sanksi utama”. </font></div><div><font face="arial" size="2">Karena banyaknya produk perundang-undangan pidana yang memuat sanksi pidana menunjukkan bahwa tingkat pemahaman para legislator terhadap masalah-masalah pidana dan pemidanaan masih terbatas.</font></div><div><font face="arial" size="2">Pemahman legislator mengenai jenis sanksi pidana masih banyak dipengaruhi oleh pandangan lama yang menegaskan bahwa setiap orang yang telah melakukan kejahatan harus dibalas dengan pidana yang setimpal.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"> Dari jumlah 20 perundang-undangan yang diteliti oleh Sholehudin ternyata hanya ada 5 undang-undang yang memuat sanksi pidana dan sanksi tindakan.</font></div><div><font face="arial" size="2">Sanksi tindakan sebagai kebijakan penal yang terabaikan.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="1">Daftar Pustaka :</font></div><div><font face="arial" size="1">Kuliah Umum Dr. Setyo Utomo,S.H,M.hum tanggal 27 Mei 2011 di Kampus STIHPADA Palembang.</font></div>Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.75673329999995-3.1024163000000002 104.62971129999995 -2.8798003 104.88375529999995tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-3902120050578918652011-10-02T08:45:00.005-07:002020-06-05T22:20:58.966-07:00Hukuman Menurut Hukum Positif<div><font face="arial" size="2">Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP ) / ( Wvs ) telah menetapkan jenis-jenis pidana <span><a name='more'></a></span>sebagaimana yang disebutkan dalampasal 10 KUHP yang mana didalam pasal tersebut diatur dua jenis pidana yaitu: Pidana Pokok dan Pidana tambahan.</font></div><div><font face="arial" size="2">Pidana pokok terdiri dari empat jenis pidana sedangkan pidana tambahan terdiri dari tiga jenis pidana.</font></div><div><font face="arial" size="2">Pidana Pokok meliputi:<span><!--more--></span></font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Pidana Mati</font></li><li><font face="arial" size="2">Pidana Penjara</font></li><li><font face="arial" size="2">Pidana Kurungan;</font></li><li><font face="arial" size="2">Pidana Denda.</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2">Pidana Tambahan meliputi:</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Pencabutan beberapa hak-hak tertentu</font></li><li><font face="arial" size="2">perampasan barang-barang tertentu</font></li><li><font face="arial" size="2">pengumuman putusan hakim</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Namun KUHP yang sekarang masih berlaku sebenarnya sudah sering sekali akan dilakukan revisi, namun sampai sekarang ternyata hasil revisi tersebut masih terjadi kontroversi sehingga belum dapat di sahkan menjadi KUHP baru yang berjiwa asli Indonesia.</font></div><div><font face="arial" size="2">Sebagai perbandingan jenis hukuman antara KUHP sekarang dengan beberapa RUU KUHP maka akan disampaikan jenis-jenis pidana menurut RUU KUHP.</font></div><div><font face="arial" size="2">Jenis-jenis Pidana menurut pasal 304 Rancangan KUHP tim pengkajian tahun 1982/1983 yaitu sebagai berikut:</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Jenis-jenis Pidana menurut pasal 304 Rancangan KUHP tim pengkajian tahun 1982/1983 yaitu sebagai berikut:</font></div><div><font face="arial" size="2">Ayat (1). Pidana Pokok adalah:</font></div><div><font face="arial" size="2"> Ke-1. Pidana Pemasyarakatan;</font></div><div><font face="arial" size="2"> Ke-2. Pidana Tutupan;</font></div><div><font face="arial" size="2"> Ke-3. Pidana Pengawasan;</font></div><div><font face="arial" size="2"> Ke-4. Pidana Denda.</font></div><div><font face="arial" size="2">Ayat (2) Urutan pidana pokok diatas menentukan berat ringannya pidana.</font></div><div><font face="arial" size="2">Ayat (3) Pidana tambahan adalah:</font></div><div><font face="arial" size="2"> Ke-1.Pencabutan hak-hak tertentu;</font></div><div><font face="arial" size="2"> Ke-2. Perampasan barang-barang tertentu dan tagihan;</font></div><div><font face="arial" size="2"> Ke-3. Pengumuman Putusan hakim;</font></div><div><font face="arial" size="2"> Ke-4. Pembayaran Ganti kerugian;</font></div><div><font face="arial" size="2"> K-5. Pemenuhan kewajiban Adat.</font></div><div><font face="arial" size="2">Ayat (4). Pidana Mati merupakan pidana pokok yang bersifat khusus.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Dalam RUU KUHP baru hasil penyempurnaan tim intern departemen Kehakiman disebutkan sebagai berikut:</font></div><div><b><font face="arial" size="2">Pasal 68</font></b></div><div><font face="arial" size="2">Pidana pokok terdiri dari:</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Pidana Penjara;</font></li><li><font face="arial" size="2">Pidana tertutup;</font></li><li><font face="arial" size="2">Pidana Pengawasan;</font></li><li><font face="arial" size="2">Pidana Denda;</font></li><li><font face="arial" size="2">Pidana kerja social.</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"> Urutan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menentukan berat ringannya pidana.</font></div><div><b><font face="arial" size="2">Pasal 69</font></b></div><div><font face="arial" size="2">Pidana mati merupakan pidana pokok yang bersifat khusus.</font></div><div><b><font face="arial" size="2">Pasal 70</font></b></div><div><font face="arial" size="2">Pidana tambahan Pemenuhan kewajiban adaptterdiri atas:</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Pencabutan hak tertentu;</font></li><li><font face="arial" size="2">Perampasan barang-barang tertentu dan atau tagihan;</font></li><li><font face="arial" size="2">Pengumuman putusan hakim</font></li><li><font face="arial" size="2">Pembayaran ganti kerugian;</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font color="#b51200" face="arial" size="4">Ad. Pidana Mati</font></b></div><div><font face="arial" size="2">Yang menarik untuk dipahami adalah pidana mati bahwa yang dalam RUU disebut sebagai pidana pokok yang bersifat khusus. Penerapan pidana mati dalam praktek sering menimbulkan kontroversi diantara yang setuju dengan yang tidak.</font></div><div><font face="arial" size="2">Bagaimanapun pendapat yang tidak setuju adanya pidana mati, namun kenyataan yuridis formal pidana mati memang ada dan dibenarkan. Setidaknya kurang lebih 15 orang telah dijatuhi pidana mati kerena melakukan tindak pidana.</font></div><div><font face="arial" size="2">Untuk lebih lanjut membahas mengenai hukuman mati ini, maka akan lebih baik kalau melihat RUU KUHP sebagai Ius Constituendum. Hal-hal yang perlu di ketahui antara lain sebagai berikut:</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Pidana mati dilaksanakan oleh regu tembak dengan menembak terpidana sampai mati;</font></li><li><font face="arial" size="2">Pidana mati dilaksanakan oleh regu tembak dengan menembak terpidana sampai mati;</font></li><li><font face="arial" size="2">Pelaksanaan pidana mati tidak dilakukan di muka umum;</font></li><li><font face="arial" size="2">Pidana mati tidak dapat dijatuhkan kepada anak dibawah umur delapan belas tahun;</font></li><li><font face="arial" size="2">Pelaksanaan pidana mati pada wanita hamil atau orang sakit jiwa, ditunda sampai wanita tersebut melahirkan atau orang yang sakit jiwa tersebut.</font></li><li><font face="arial" size="2">Pidana mati baru dapat dilaksanakan setelah ada persetujuan dari presiden;</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Pelaksanaan pidana mati dapat ditunda dengan masa percobaan selama sepuluh tahun, jika:</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Reaksi masyarakat terhadap terpidana tidak terlalu besar;</font></li><li><font face="arial" size="2">Terpidana menunjukkan rasa menyesal dan ada harapan untuk memperbaiki,</font></li><li><font face="arial" size="2">Kedudukan terpidana dalam penyertaan tindak pidana tidak terlalu penting;</font></li><li><font face="arial" size="2">Ada alasan yang meringankan.</font></li><li><font face="arial" size="2">Jika terpidana selama percobaan menunjukkan sikap dan perbuatan yang terpuji, maka pidana mati dapat diubah menjadi pidana seumur hidup atau pidana penjara paling lama dua puluh tahun dengan keputusan menteri kehakiman.</font></li><li><font face="arial" size="2">Jika terpidana selama percobaan tidak menunjukkan sikap dan perbuatan yang terpuji serta tidak ada harapan untuk memperbaiki maka, pidana mati dapat dilakukan atas perintah jaksa agung;</font></li><li><font face="arial" size="2">Jika setelah permohonan grasi ditolak, pelaksanaan pidana mati tidak dilaksanakan selama sepuluh tahun bukan karena terpidana melarikan diri maka pidana mati tersebut dapat diubah menjadi pidana seumur hidup dengan keputusan menteri kehakiman.</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"> Dari ketentuan tersebut dapat dilihat bahwa dalam RUU KUHP terjadi pengenduran, memang hal ini seharusnya terjadi karena Ius Constituendum harus lebih baik dari Ius Konstitutum.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font color="#b51200" face="arial" size="4">Ad. Pidana Penjara</font></b></div><div><font face="arial" size="2">Pidana penjara merupakan jenis pidana yang dalam undang-undang ditentukan maksimal umum dan minimal umum, maksimal umum seperti yang diatur dalam KUHP adalah 15 tahun dan minimal umum adalah 1 hari.</font></div><div><font face="arial" size="2">Pidana penjara sebagaimana diatur dalam RUU KUHP yaitu sebagai berikut:</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Pidana penjara dijatuhkan untuk seumur hidup atau untuk waktu tertentu. Waktu tertentu dijatuhkan paling lama 15 tahun dan paling singkat 1 hari , kecuali ditentukan minimum khusus;</font></li><li><font face="arial" size="2">Jika dapat dipilih antara pidana mati dan pidana penjara seumur hidup; atau jika ada pemberatan pidana yang dijatuhi pidana penjara lima belas tahun berturut-turut,maka pidana penjara dapat dijatuhkan untuk waktu dua puluh tahun berturut-turu;</font></li><li><font face="arial" size="2">Jika terpidana seumur hidup telah menjalani pidana kurang sepuluh tahun pertama dengan berkelakuan baik, menteri kehakiman dapat mengubah sisa pidana tersebut menjadi pidana penjara lpaling lama lima belas tahun.</font></li><li><font face="arial" size="2">Pelepasan bersyarat;</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Daftar Pustaka :</font></div><div><font face="arial" size="2">Kuliah Umum Dr. Setyo Utomo,S.H,M.hum tanggal 27 Mei 2011 di Kampus STIHPADA Palembang.</font></div>Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.75673329999995-3.1024163000000002 104.62971129999995 -2.8798003 104.88375529999995tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-5358512258253569852011-10-02T08:44:00.006-07:002020-06-05T22:19:59.388-07:00Hukuman dalam Hukum Pidana Islam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Sebelum lebih jauh membahas mengenai hukuman dalam hukum pidana islam ini terlebih dahulu perlu<span><a name='more'></a></span> disampaikan pengertian hukuman menurut hukum pidana islam. Hukuman dalam bahasa arab disebut dengan “Uqubah” lafadz Uqubah memiliki arti mengiringinya dan datang dibelakangnya. Dalam pengerian yang agak mirip dan mendekati pengertian istilah yaitu artinya membalasnya sesuai dengan apa yang dilakukanya.<span></span></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Dari pengertian diatas maka dapat dirangkaikan bahwa sesuatu disebut sebagai hukuman karena ia mengiringi perbuatan dan dilaksanakan sesudah perbuatan itu dilakukan. </font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Sedangkan pengertian yang kedua dapat dipahami bahwa sesuatu dapat dikatakan sebagai hukuman karena merupakan balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">Pencegahan</font></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Pengertian pencegahan adalah menahan orang yang berbuat jarimah agar ia tidak mengulangi perbuatan jarimahnya. Atau agar ia tidak terus menerus melakukan jarimah tersebut.Disamping mencegah pelaku , pencegahan juga mengandung arti mencegah orang lain selain pelaku agar tidak ikut-ikutan melakukan jarimah, sebab ia bisa mengetahui bahwa hukuman yang dikenakan kepada pelaku juga akan dikenakan terhadap orang lain.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Oleh karena tujuan hukuman adalah pencegahan maka besarnya hukuman harus sesuai dan cukup mampu mewujudkan tujuan tersebut, tidak boleh kurang atau lebih dari batas yang diperlukan, dengan demikian terdapat prinsip keadilan dalam menjatuhkan hukuman.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Dilihat Dari uraian diatas maka jelaslah bahwa tujuan yang pertama itu , efeknya adalah untuk kepentingan masyarakat, sebab dengan tercegahnya pelaku dari perbuatan jarimah maka masyarakat akan tenang, aman, tenteram dan damai.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Namun demikian, tujuan yang pertama ini juga memiliki efek terhadap pelaku, sebab tidak dilakukannya jarimah itu kembali maka pelaku akan selamat dari hukuman yang telah ditentukan.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><font face="arial" size="2">Contoh :</font></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Pelaksanaan Hukuman yang dilakukan dimuka umum</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">Perbaikan dan pendidikan</font></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Tujuan yang kedua dari penjatuhan hukuman ini adalah mendidik pelaku jarimah agar ia menjadi orang yang baik dan menyadari kesalahannya.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Disini terlihat bagaimana perhatian islam terhadap diri pelaku. Dengan adanya hukuman ia menjadi menyadari akan kesalahannya dan dengan harapan mendapatkan ridho dari Allah SWT.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Disamping kebaikan pribadi pelaku, syariat islam dalam menjatuhi hukuman juga bertujuan membentuk masyarakat yang baik yang diliputi oleh rasa saling menghormati dan mencintai antara sesama anggota masyarakat yang lain. Serta membuat pelaku menjadi manusia yang penyabar, pengampun. Karena dalam syariat islam terdapat pengampunan korban yang dapat merubah hukuman bagi sipelaku, contohnya qishos.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Syarat-Syarat Hukuman dalam Hukum Pidana Islam</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Agar hukuman itu diakui keberadaannya maka harus dipenuhi tiga syarat, syarat tersebut adalah sebagai berikut:</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">1. Hukuman harus ada dasarnya dari syara’</font></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">asas legalitas.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Hukum dianggap punya dasar (<i>Syari’iyah</i>) apabila ia didasarkan kepada sumber-sumber syara seperti Algur’an, As-Sunah, Ijma, atau undang-undang yang diterapkan oleh lembaga yang berwenang (<i>ulil amri</i>) seperti dalam hukuman ta’jir (Hukuman yang bersifat pendidikan)</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Dengan adanya persyaratan tersebut maka seorang hakim tidak boleh menjatuhkan hukuman atas dasar pemikiranya sendiri walaupun ia berkeyakinan bahwa hukuman tersebut lebih baik dan lebih utama dari pada hukuman yang telah ditetapkan oleh syara.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Syariat islam mebagi hukuman menjadi tiga bagian yaitu:</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">• <i>Hudud</i> (Zina, (<i>qadzaf</i> / penuduhan zina),minum-minuman keras, pencurian, harobah atau perampokan,riddah atau murtad dan pemberontakan.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">• <i>Qishash</i> (hukuman yang seimbang) contohnya pembunuhan sengaja dan penganiayaan.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">• <i>Ta’jir</i> (hukuman yang bersfat pendidikan)</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Untuk hukuman Hudud dan Qishash merupakan hukuman-hukuman yang telah ditentukan oleh syara, hakim tidak boleh mengganti keluar dari ketentuan syara, </font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">misalnya orang mencuri, hukumannya potong tangan maka hakim tidak boleh dengan hukuman lain selain potong tangan.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Sedangkan ta’jir hukuman yang ditentukan oleh ulil amri (pemimpin). Jadi kewenangan hakim sangat luas untuk menentukan piliha hukuman ta’jir mulai yang paling ringan yaitu berupa peringatan sampai yang paling berat yaitu hukuman mati</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">2. Hukuman harus Bersifat Pribadi.</font></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Asas personalitas.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Dalam hal ini berarti hukuman harus bersifat perorangan. Ini mengandung arti bahwa hukuman harus dijatuhkan kepada orang yang telah melakukan tindak pidana dan tidak mengenai orang lain yang tidak bersalah. Syarat ini merupakan salah satu dasar prinsip yang ditegakkan oleh syariat islam dan ini telah dibicarakan berkaitan dengan masalah pertanggungjawaban.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">3. Hukuman harus Berlaku Umum.</font></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"> Asas <i>Aquality Before The Law</i></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Ini berarti hukuman harus berlaku untuk semua orang tanpa adanya diskriminasi, apapun pangkat dan jabatannya dan kedudukanya.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Didalam hukum pidana Islam, persamaan yang sempurna itu hanya terdapat dalam hukuman Had dan qishash, karena kesuanya merupakan merupakan hukuman yang telah ditetukan oleh syara. Setiap orang yang melakukan jarimah Hudud seperti Zina, pencurian dan sebagainya, akan dihukum sesuai dengan hukuman yang sesuai dengan jarimah yang dilakukannya.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Untuk hukuman ta’jir untuk kadar persamaan hukuman tentu tidak dipersamakan keran hakim memiliki kewenangan luas untuk memilih hukuman yang tepat yang sifatnya mendidik.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Daftar Pustaka :</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Kuliah Umum Dr. Setyo Utomo,S.H,M.hum tanggal 27 Mei 2011 di Kampus STIHPADA Palembang.</font></div></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
</div>Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.75673329999995-3.1024163000000002 104.62971129999995 -2.8798003 104.88375529999995tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-51558144799423976582011-10-02T08:38:00.004-07:002020-05-21T10:12:20.707-07:00Gagasan (Konsepsi) Pemasyarakatan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Sejak tahun 1945 atau tepatnya setelah perang dunia kedua, perlakuan terhadap nara pidana mendapat perhatian khusus dari<span><a name='more'></a></span> kalangan dunia internasioanal, karena dalam perlakuan tersebut berdasarkan pada perikemanusiaan, sehingga tercipta “standart minimum Rules for the treatment of prisoner,” dan berkembanglah teori-teori daru dalam sistem pembinaan narapidana.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Teori-teori lama seperti retributive punishment dan sebaginya memang lebih mudah untuk direseptir bahkan secara langsung dapat meresap pada rasa dan rasio masyarakat, karena pada umumnya jika ada pelanggaran hukum secara spontan hanya ditanggapi dari segi negatifnya saja, sedangkan teori rehabilitasi dan resosialisasi dinegara manapun tentu lebih sukar untuk langsung bisa diterima.<span><br /></span></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Karena biasa orang baru berpikir mencari jalan untuk merehabilitasi sesudah merasa puas bahwa sipelanggar hukum itu sudah betul-betul menunjukkan tobat dan memang oleh yang berwenang telah dianggap cukup hukumannya yang sifatnya retributif.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Di Indonesia hal yang telah diuraikan diatas tadi,oleh warga masyarakatnya memang sangat dirasakan, karena sebagai Negara yang sudah merdeka, dan juga sebagai Negara hukum, maka dalam hal pelanggaran hukum khususnya sipelanggar huum (nara pidana) harus juga mendapat perlindungan hukum dari Negara dalam rangka mengembalikan mereka ke dalam masyarakat sebagai warga masyarakat yang baik.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Dengan dasar membela dan mempertahankan “hak asasi manusia” pada suatu Negara hukum (sipelanggar hukum harus juga mendapat perlindungan hukum), maka oleh SAHARDJO S.H. (Menteri kehakiman pada saat itu) pada tanggal 5 juli 1963 telah dikemukakan suatu gagasan “SISTEM PEMASYARAKATAN” sebagai tujuan dari pidana penjara, yang diucapkan pada pidatonya yang berjudul “Pohon Beringan Pengayoman” pada penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang ilmu Hukum Universitas Indonesia</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Untuk mengetahui lebih lanjut ide yang disampaikan oleh beliau yaitu ada prinsip-prinsip pokok sistem pemasyarakatan yang disampaiakan yaitu:</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="4"><b>A. Orang-orang yang tersesat diayomi juga, dengan memberikan kepadanya bekal hidup sebagai warga yang baik dan berguna dalam masyarakat.</b></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Jelas bahwa yang dimaksud disini adalah masyarakat Indonesia yang menuju ketata masyarakat yang adil dan makmur,</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Bekal hidup bukan hanya berupa financial dan material tetapi yang lebih penting adalah mentaln fisik (kesehatan) keahlian, keterampilan, hingga orang mempunyai kemauan dan kemampuan yang potensial dan efektif untuk menjadi warga yang baik, tidak melanggar hukum lagi dan berguna dalam oembangunan bangsa.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">B. Menjatuhi pidana bukan tindakan balas dendam dari Negara</font></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Maka tidak boleh ada penyiksaan terhadap nara pidana baik yang berupa tindakan (treatment), ucapan, cara perawatan ataupun penempatan. Satu-satunya derita yang dialami nara pidana hendaknya hanya dihilangkan kemerdekaanya.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">C. Tobat tidak dapat dicapai dengan penyiksaan, melainkan dengan bimbingan.</font></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Maka kepada nara pidana harus ditanamkan pengertian mengenai norma-norma hidup dan kehidupan, serta diberi kesempatan untuk merenungkan perbuatannya yang lamapu. Nara pidana dapat diikut sertakan dalam kegiatan-kegiatan social untuk menumbuhkan rasa hidup kemasyarakatan.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">D. Negara tidak berhak membuat seseorang lebih buruk/lebih jahat daripada sebelum ia masuk lembaga</font></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Untuk itu perlu ada pemisahan antara:</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><ul><li><font face="arial" size="2">Yang recidivist dan yang bukan</font></li><li><font face="arial" size="2">Yang tindak pidana berat dan ringan</font></li><li><font face="arial" size="2">Macam tindak pidana yang dilakukan</font></li><li><font face="arial" size="2">Dewasa, dewasa muda dan anak-anak (LPK dewasa muda di sukamiskin)</font></li><li><font face="arial" size="2">Laki-laki dan wanita</font></li><li><font face="arial" size="2">Orang terpidana dan orang tahanan/titipan.</font></li></ul></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">E. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak,narapidana harus dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan daripadanya.</font></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Adapun yang dimaksud sebenarnya adalah tidak diasingkan secara “culture” bahwa mereka secara bertahap akan dibimbing diluar lembaga (ditengah-tengah masyarakat) itu merupakan kebutuhan dalam proses pemasyarakatan. Dan memang sistem pemasyarakatan didasarkan pada pembinaan yang “community centered” serta berdasarkan interaktivitas dan inter-disiplinair approarch antara unsure-unsur pegawai, masyarakat dan nara pidana.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">F. Pekerjaan yang diberikan kepada nara pidana tidak boleh bersifat mengisi waktu, atau hanya diperuntukkan kepentingan jawatan atau kepentingan Negara sewaktu saja.</font></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Pekerjaan harus satu dengan pekerjaan di masyarakat dan untuk ditujukan kepada pembangunan nasional. Maka harus ada integrasi pekerjaan narapidana dengan pembangungan nasional.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">G. Bimbingan dan didikan harus berdasarkan pancasila.</font></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Maka pendidikan dan bimbingan itu harus berisikan asas-asas yang tercantum didalamnya.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Kepada nara pidana harus diberikan pendidikan agama serta diberi kesempatan untuk melaksanakan ibadahnya. Harus ditanamkan jiwa kegotongroyongan, jiwa toleransi, jiwa kekeluargaan juga kekeluargaan antar bangsa-bangsa.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Kepada nara pidana juga harus ditanamkan rasa persatuan dan kesatuan, rasa kebangsaan Indonesia, musyawarah untuk mencapai mufakat yang positif.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">H. Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia meskipun ia telah tersesat</font></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Tidak boleh ditunjukkan kepada narapidana bahwa ia itu penjahat. Sebaliknya ia harus merasa bahwa ia dipandang dan diperlakukan sebagai manusia.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Maka petugas pemasyarakatan tidak boleh memakai kata-kata yang dapat menyinggung narapdana khususnya yang berkaitan dengan perbuatannya yang telah lampau yang telah menyebabkan ia masuk lembaga. Segala bentuk “label” yang negative hendaknya sedapat mungkin dihapuskan.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><font face="arial" size="4">I. Nara pidana hanya dijatuhi pidana kehilangan kemerdekaan</font></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Maka perlu diusahakan supaya narapidana mendapat mata pencaharian untuk kelangsungan hidup keluarganya menjadi tanggungjawabnya, dengan disediakan pekerjaan ataupun dimungkinkan bekerja dan diberi upah untuk pekerjaanya.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Sedangkan untuk pemuda dan anak-anak hendaknya disediakan lembaga pendidikan (sekolah) yang diperlukan ataupun yang diberi kesemoatan kemungkinan untuk mendapat pendidikan diluar lembaga.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Apabila disimpulkan apa yang disampaikan oleh Sahardjo bahwa pemasyarakatan itu sebagai tujuan dari pidana penjara, dalam tahun 1964 dalam konferensi dinas direktorat Pemasyarakatan hal tersebut telah dirubah menjadi suatu sistem pemasyarakatan.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Untuk lebih jelasnya, dimana semenjak tahun 1955 arah dari perlakuan terhadap orang-orang hukuman hilang kemerdekaan dan penutupan adalah “Re –educatie” dan “Re-Socialicatie”, dan dalam tahun 1963 telah dirubah sehingga menjadi pemasyarakatan sebagai tujuan dari pidana penjara, maka dalam tahun 1964 hal tersebut dinyatakan pula sebagai “Sistem Pembinaan”</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2">Dari perubahan-perubahan pemikiran tentang nara pidana diatas, ada hal yang sangat disayangkan, yakni perubahan-perubahan tadi yang bermaksud mulia tidak sekaligus disertai dengan perubahan landasan hukumnya. Dengan kata lain walaupun sistem kepenjaraan telah diganti dengan sistem pemasyarakatan akan tetapi landasan hukumnya masih tetapjaman hindia Belanda, yaitu berlandaskan Gestichten Reglement Stbl. 1971 No 708 yang seharusnya menjadi dasar hukum bagi sistem kepenjaraan. Sehingga sistem pemasyarakatan pada saat itu tidak bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="1">Daftar Pustaka :</font></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><font face="arial" size="1">Kuliah Umum Dr. Setyo Utomo,S.H,M.hum tanggal 27 Mei 2011 di Kampus STIHPADA Palembang.</font></div></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
</div>Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.75673329999995-3.1024163000000002 104.62971129999995 -2.8798003 104.88375529999995tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-67374850896272743642011-10-02T08:35:00.004-07:002020-06-05T22:20:09.227-07:00Gabungan Hukum Positif dan Hukum Islam<div><u><font face="arial" size="2">Menurut teori hukum pidana terdapat tiga teori mengenai gabungan hukuman yaitu:<a name='more'></a></font></u></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Teori berganda,</font></li><li><font face="arial" size="2">Teori penyerapan,</font></li><li><font face="arial" size="2">dan Teori campuran.</font></li></ul></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">Teori berganda.</font></div><div><font face="arial" size="2">Menurut ini pelaku mendapat semua hukuman yang ditetapkan untuk tiap-tiap tindak pidana yang dilakukan. Kelemahan teori <span></span>ini terletak pada banyaknya hukuman yang dijatuhkan. Hukuman penjara misalnya adalah hukuman sementara, tetapi apabila digabung-gabungkan maka akan menjadi hukuman seumur hidup.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">Teori Penyerapan</font></div><div><span style="font-size: small;"><font face="arial" size="2">Menurut teori ini hukuman yang lebih berat dapat menyerap (menghapuskan) hukuman yang lebih ringan.</font></span></div><div><font face="arial" size="2">Contohnya: Hukuman penjara 10 tahun dan Hukuman penjara 3 tahun maka yang dipakai adalah hukuman yang berat sehingga hukuman tiga tahun diserat dengan hukuman yang lebih berat.</font></div><div><font face="arial" size="2">Kelemahan teori ini adalah kurangnya keseimbangan antara hukuman yang dijatuhkan dengan banyaknya jarimah yang dilakukan, sehingga hukuman terkesan demikian ringan.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">Teori campuran</font></div><div><font face="arial" size="2">Teori ini merupakan campuran dari teori berganda dengan penyerapan. Teori ini dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam kedua teori tersebut.</font></div><div><font face="arial" size="2">Menurut teori campuran hukuman-hukuman bisa digabungkan, asal hasil gabungan itu tidak melebihi batas tertentu, sehingga dengan demikian akan hilanglah kesan berlebihan dalam penjatuhan hukuman.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Dalam Hukum Pidana Indonesia ada beberapa teori yang dianut berkaitan dengan gabungan hukuman ini.</font></div><div><span style="font-size: small;"><font face="arial" size="2">Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut:</font></span></div><div><span style="font-size: small;"><font face="arial" size="2"><br /></font></span></div><div><span style="color: #b51200; font-size: large;"><font face="arial" size="4">Teori Penyerapan Biasa</font></span></div><div><font face="arial" size="2">Menurut teori ini, yang terdapat dalam pasal 63 KUHP hanya satu aturan pidana yang diterapkan yaitu hukuman yang peling berat hukuman pokoknya, apabila suatu perbuatan diancam dengan beberapa aturan pidana.</font></div><div><font face="arial" size="2">Contohnya: orang membunuh dengan menembak dibelakang kaca, jadi tindakkanya adalah membunuh (pasal 339)dan merusak barang (pasal 406) maka yang diterapkan adalah pasal 339.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">Teori Penyerapan Keras</font></div><div><font face="arial" size="2"> Menurut teori ini, dalam hal gabungan perbuatan nyata yang diancam dengan hukuman pokok yang sejenis, hanya satu hukuman saja yang dijatuhkan, dan hukuman bisa diberatkan dengan tambahan sepertiga dari maksimum hukuman terberat.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">Teori Berganda yang dikurangi</font></div><div><font face="arial" size="2">Teori ini hampir sama dengan teori penyerapan keras yang bersumber dari pasal 65 dan 66 KUHP. Menurut teori ini yang tercantum dalam pasal 65 ayat(2), semua hukuman dapat dijatuhkan, tetapi jumlah keseluruhannya tidak boleh melebihi batas maksimum umum ditambah sepertiganya. Bedanya dengan teori penyerapan keras adalah dalam teori ini tidak perlu adanya hukuman pokok yang sejenis.</font></div><div><font face="arial" size="2">Teori Berganda Biasa</font></div><div><font face="arial" size="2">Menurut teori ini, semua hukuman dijatuhkan tanpa dikurangi. Ini dianut dalam pasal 70 ayat (1) yang berbunyi: Jika ada gabungan secara yang termaksud dalam pasal 65 dan 66 antara pelanggaran dengan kejahatan, atau antara pelanggaran dengan pelanggaran maka dijatuhkan hukuman bagi tiap-tiap pelanggaran itu dengan tidak dikurangi.</font></div><div><font face="arial" size="2">Untuk pelanggaran maka hukuman kurungan tidak boleh lebih dari satu tahun empat bulan dan kurungan pengganti tidak boleh dari delapan bulan.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Dalam Hukum Pidana Islam</font></div><div><font face="arial" size="2">Teori tentang bergandanya hukuman sudah dikenal oleh para Fuqaha, tetapi teori tersebut dibatasi dengan dua teori yang lain yaitu: Teori saling Melengkapi (At Tadakhul) dan Penyerapan (Al-Jabb)</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">Teori Saling melengkapi ( At- Tadakhul )</font></div><div><font face="arial" size="2">Menurut teori ini, ketika terjadi gabungan perbuatan maka hukuman-hukumannya saling melengkapi (memasuki), sehingga karenanya semua perbuatan tersebut hanya dijatuhi satu hukuman, seperti kalau seseorang melakukan saru jarimah.</font></div><div><font face="arial" size="2">Teori ini didasarkan atas dua pertimbangan :</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Meskipun jarimah yang dilakukan berganda, tetapi semuanya itu jenisnya sama. Maka sudah sepantasnya kalau pelaku hanya dikenakan satu macam hukuman saja. Contohnya pencurian yang berulang-ulang.</font></li><li><span style="font-size: small;"><font face="arial" size="2">Meskipun perbuatan-perbuatan yang dilakukan berganda dan berbeda-beda macamnya, namun hukumannya bias saling melengkapi, dan cukup satu hukuman saja untuk melindungi kepentingan yang sama. Misalnya seseorang yang makan bangkai, darah, dan daging babi, cukup dijatuhi satu hukuman, karena hukuman-hukuman tersebut dijatuhkan untuk mencapai tujuan, yaitu melindungi kesehatan dan kepentingan perseorangan dan juga masyarakat.</font></span></li></ul></div><div><span style="color: #b51200; font-size: large;"><font face="arial" size="4">Teori Penyerapan ( Al-Jabb )</font></span></div><div><font face="arial" size="2">Pengertian penyerapan menurut syariat islam adalah cukup untuk menjatuhkan satu hukuman saja, sehingga hukuman-hukuman yang lain tidak perlu dijatuhkan. Hukuman dalam kontek ini tidak lain adalah hukuman mati, dimana pelaksanaannya dengan sendirinya menyerap hukuman-hukuman yang lain.</font></div><div><font face="arial" size="2">Namun dalam kalangan Fuqaha masih terjadi perdebatan tentang dimana wilayah berlakunya, apakah mencakup semua jarimah ataukan tidak.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Daftar Pustaka :</font></div><div><font face="arial" size="2">Kuliah Umum Dr. Setyo Utomo,S.H,M.hum tanggal 27 Mei 2011 di Kampus STIHPADA Palembang.</font></div>Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.75673329999995-3.1024163000000002 104.62971129999995 -2.8798003 104.88375529999995tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-48855070199083143922011-09-25T04:08:00.004-07:002020-06-05T22:20:14.456-07:00Kejahatan dan Kriminologi<div><div><span style="font-size: small;"><font face="arial" size="2">Faktor-faktor apa yang menurut Anda berkontribusi untuk kejahatan?<a name='more'></a></font></span></div></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">besar kelas bawah </font></li><li><font face="arial" size="2">Perkotaan daerah di mana termiskin dan terkaya tinggal di dekat </font></li><li><font face="arial" size="2">Rasisme dan diskriminasi </font></li><li><font face="arial" size="2">Kegagalan sistem pendidikan </font></li><li><font face="arial" size="2">keluarga Amerika Bermasalah </font></li><li><font face="arial" size="2">Akses mudah ke pistol</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"> <span style="font-size: small;">Faktor-faktor apa yang menurut Anda berkontribusi untuk kejahatan? <span><!--more--></span></span></font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Suatu budaya yang mendefinisikan kesuksesan dalam hal kekayaan materi </font></li><li><font face="arial" size="2">Penggunaan narkoba </font></li><li><font face="arial" size="2">dukungan rekan </font></li><li><font face="arial" size="2">Kekerasan di TV</font></li><li><font face="arial" size="2">Kurangnya hukuman </font></li><li><font face="arial" size="2">Faktor-faktor ini digunakan dalam pengembangan teori</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"> </font></div><div><font face="arial" size="2">Apa Kriminologi?</font></div><div><font face="arial" size="2">Kriminologi adalah pendekatan ilmiah untuk mempelajari luasnya, sifat, penyebab, dan pengendalian perilaku kriminal</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Perkembangan hukum pidana dan penggunaannya untuk mendefinisikan kejahatan</font></li><li><font face="arial" size="2">Penyebab pelanggaran hukum </font></li><li><font face="arial" size="2">Metode yang digunakan untuk mengontrol perilaku kriminal </font></li><li><font face="arial" size="2">Tingkat kejahatan</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"> </font></div><div><b><u><font face="arial" size="2">Kriminologi</font></u></b></div><div><font face="arial" size="2">menggunakan metode ilmiah untuk mengajukan pertanyaan penelitian (hipotesis), mengumpulkan data, membuat teori, dan uji validitas mereka. </font></div><div><font face="arial" size="2">Contoh - Hirschi (lampiran untuk rekan-rekan nakal dan kenakalan)</font></div><div><font face="arial" size="2">Kriminologi mengintegrasikan pengetahuan dari berbagai bidang:</font></div><div><font face="arial" size="2">Pidana, Kehakiman, Sosiologi, Psikologi, Ekonomi, Ilmu Politik, Ilmu Pengetahuan Alam (ex. Biologi)</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Akar sejarah Kriminologi</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Utilitarian filsafat Becarria </font></li><li><font face="arial" size="2">Biologi determinisme LambrosoSosial</font></li><li><font face="arial" size="2">teori Durkheim </font></li><li><font face="arial" size="2">Politik filsafat Marx</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"> </font></div><div><font face="arial" size="2">Kriminologi v. Peradilan PidanaKriminologi menjelaskan etiologi, luasnya,</font></div><div><font face="arial" size="2">sifat kejahatanPidana Kehakiman menjelaskan, analisis,</font></div><div><font face="arial" size="2">menjelaskan perilaku</font></div><div><font face="arial" size="2">operasi lembaga metode keadilan</font></div><div><font face="arial" size="2">efektif pengendalian kejahatan, hukuman, pengobatan, dll</font></div><div><font face="arial" size="2"> </font></div><div><font face="arial" size="2">Pernahkah Anda ... .... </font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">diikuti seseorang, sengaja dilecehkan, jengkel, tersiksa, atau malu mereka? </font></li><li><font face="arial" size="2">mengisap ganja? </font></li><li><font face="arial" size="2">menusuk bagian tubuh anda, selain telinga Anda? </font></li><li><font face="arial" size="2">mengambil sesuatu dari teman sekamar Anda, pasangan, saudara, orang tua, orang asing tanpa persetujuan? </font></li><li><font face="arial" size="2">berkunjung ke sebuah klub strip atau membaca materi porno?• melukai secara fisik atau mengancam untuk menyakiti seseorang?</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"> </font></div><div><font face="arial" size="2">2 poin penting Pertama ... ..</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">pelanggar kriminal tidak selalu atau sangat "berbeda" dari diri kita sendiri </font></li><li><font face="arial" size="2">Mereka termasuk teman, kolega, tetangga, orang asing, & sering diri kita </font></li><li><font face="arial" size="2">Masyarakat menciptakan "orang luar" pandangan "penjahat" Namun, garis kabur & kejahatan umum</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"> </font></div><div><font face="arial" size="2">Kedua ... .. </font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Beberapa perilaku yang kriminal & jelas "buruk" </font></li><li><font face="arial" size="2">perilaku lain dapat dianggap "buruk" tapi tidak kriminal </font></li><li><font face="arial" size="2">masih perilaku kriminal lainnya tetapi tidak harus "buruk"!</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"> </font></div><div><font face="arial" size="2">Kejahatan, Deviance Penyimpangan perilaku menyimpang dari norma-norma sosial</font></div><div><font face="arial" size="2">Kejahatan adalah melanggar hukum melakukan.</font></div><div><font face="arial" size="2">dikenakan hukuman </font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Tidak semua tindak pidana yang menyimpang (ex. Larangan)</font></li><li><font face="arial" size="2">Tidak semua tindakan menyimpang yang kriminal </font></li><li><font face="arial" size="2">Setiap perubahan dari waktu ke waktu & tempat</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2">Kejahatan & Penyimpangan - Sosiologi Hukum</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">kriminologi prihatin dengan bagaimana tindakan menyimpang menjadi kejahatan dan sebaliknya </font></li><li><font face="arial" size="2">Kapan kejahatan akan psikotropika dilegalkan? </font></li><li><font face="arial" size="2">Marijuana, perjudian, sodomi </font></li><li><font face="arial" size="2">Kapan sebaiknya perilaku menyimpang menjadi dilarang? </font></li><li><font face="arial" size="2">bebas, ganja, jam malam kriminologi juga khawatir dengan dampak hukum pada perilaku manusia </font></li><li><font face="arial" size="2">Contoh - DWI hukum yang ketat </font></li><li><font face="arial" size="2">Mengurangi tingkat BAC ke 08</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">OK, kembali ke survei ... </font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">dilecehkan seseorang </font></li><li><font face="arial" size="2">mengisap ganja </font></li><li><font face="arial" size="2">tindik tubuh </font></li><li><font face="arial" size="2">mengambil sesuatu </font></li><li><font face="arial" size="2">Strip klub; porno </font></li><li><font face="arial" size="2">menyakiti seseorang</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Perspektif dalam KriminologiPerspektif: Hubungan aspek dari subjek satu sama lain dan untuk keseluruhan: sebuah sudut pandang.</font></div><div><font face="arial" size="2">Perbedaan Tampilan pada penyebab dan kontrol perilaku kriminalKonsensus View - Paling Populer </font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Kejahatan mencerminkan nilai-nilai, keyakinan, dan pendapat masyarakat </font></li><li><font face="arial" size="2">Hukum mendefinisikan kejahatan• Ada kesepakatan tentang perilaku dilarang </font></li><li><font face="arial" size="2">Hukum berlaku untuk semua warga negara sama</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"> </font></div><div><font face="arial" size="2">Perbedaan Tampilan pada penyebab dan kontrol perilaku kriminal </font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Hukum Pidana adalah perangkat kontrol sosial </font></li><li><font face="arial" size="2">Panduan orang menjadi apa yang dan tidak perilaku yang sesuai </font></li><li><font face="arial" size="2">Jika memegang pandangan konsensus kejahatan maka apa penyebabnya?</font></li><li><font face="arial" size="2">Dua jalur utama pemikiran </font></li><li><font face="arial" size="2">Free Will </font></li><li><font face="arial" size="2">Biologi, psikologis, dan sosiologis penyebab</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2">Perbedaan Tampilan pada penyebab dan kontrol perilaku kriminal</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Konflik tampilan </font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Masyarakat adalah kumpulan dari beragam kelompok dalam konflik yang konstan</font></li><li><font face="arial" size="2">Hukum adalah alat kelas yang berkuasa• Dirancang untuk melindungi makmur</font></li><li><font face="arial" size="2">Kejahatan adalah konsep politik didefinisikan</font></li><li><font face="arial" size="2">"kejahatan Real" tidak dilarang atau tidak dihukum </font></li><li><font face="arial" size="2">Hukum digunakan untuk mengontrol kelas bawah</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Jika terus melihat konflik maka apa yang menyebabkan kejahatan? </font></div><div><font face="arial" size="2">distribusi kekuasaan yang tidak merataPerbedaan Tampilan pada penyebab dan kontrol perilaku kriminalInteraksionis tampilan</font></div><div><font face="arial" size="2">Kejahatan tidak inheren perbuatan jahat atau tidak bermoral, tetapi didefinisikan dengan cara </font></div><div><font face="arial" size="2">Apakah ada artinya kecuali orang bereaksi terhadap hal itu </font></div><div><font face="arial" size="2">Moral pengusaha mendefinisikan kejahatan</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Perbedaan Tampilan pada penyebab dan kontrol perilaku kriminal </font></div><div><font face="arial" size="2">Kejahatan adalah ilegal karena masyarakat mendefinisikan mereka seperti itu </font></div><div><font face="arial" size="2">label Pidana adalah hidup-mengubah peristiwa• Jika interaksionis melihat kejahatan maka apa yang menyebabkan kejahatan?</font></div><div><font face="arial" size="2">Hubungi dan paparan sistem peradilan pidana </font></div><div><font face="arial" size="2">Jalan kriminolog mendefinisikan kejahatan mendominasi pemikiran mereka dan penelitian</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Daftar Pustaka :</font></div><div><font face="arial" size="2">Kuliah Umum Dr Setyo Utomo, SH, M.hum Tanggal 27 Mei 2011 di Kampus STIHPADA Palembang.</font></div>Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.75673329999995-3.1024163000000002 104.62971129999995 -2.8798003 104.88375529999995tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-74840296822161444752011-09-25T04:02:00.004-07:002020-05-21T10:03:06.288-07:00KRIMINOLOGI<div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">n Mengapa Kriminologi Lahir ?</font></li><li><font face="arial" size="2">n Apa Kriminologi itu ?<span><a name='more'></a></span></font></li><li><font face="arial" size="2">n Apa obyek studi Kriminologi ?</font></li><li><font face="arial" size="2">n Mazhab-mazhab Kriminologi</font></li><li><font face="arial" size="2">n Teori-teori Kriminologi</font></li></ul></div><div><b style="font-family: arial; font-size: small;"><font face="arial" size="2">MENGAPA KRIMINOLOGI LAHIR ?<span><!--more--></span></font></b></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">n Ketidakpuasan pada :</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"> 1) Hukum Pidana</font></div><div><font face="arial" size="2"> 2) Hukum Acara Pidana</font></div><div><font face="arial" size="2"> 3) Cara Penghukuman</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">n Penerapan Statistik</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><b>Apa Kriminologi itu ?</b></font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">n Ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya (Bonger)</font></li><li><font face="arial" size="2">n The body of knowledge regarding crime as a social phenomenon (Sutherland)</font></li><li><font face="arial" size="2">n kumpulan ilmu pengetahuan tentang kejahatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengertian tentang gejala kejahatan dengan jalan mempelajari dan menganalisa secara ilmiah keterangan2, keseragaman2, pola2 dan faktor2 kausal yg. Berhubungan dg. Kejahatan, Pelaku kejahatan, serta reaksi masyarakat thd. Keduanya (Wolfgang, Savitz, Johnston)</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><b>OBYEK STUDI KRIMINOLOGI :</b></font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">n Kejahatan</font></li><li><font face="arial" size="2">n Penjahat</font></li><li><font face="arial" size="2">n Reaksi Masyarakat terhadap Kejahatan dan Penjahat</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><b>MAZHAB-MAZHAB DALAM KRIMINOLOGI :</b></font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">n Klasik</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"> - Indeterminisme</font></div><div><font face="arial" size="2"> - free will</font></div><div><font face="arial" size="2"> (Becharia, Bentham)</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">n Positif</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><span> </span><span> </span><span> </span><span> </span><span> </span>- Determinisme</font></div><div><font face="arial" size="2"> - Biologi</font></div><div><font face="arial" size="2"> - Psikologi</font></div><div><font face="arial" size="2"> - Kultural</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">n Kriminologi Baru</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"> </font></div><div><font face="arial" size="2"><b>TEORI-TEORI KRIMINOLOGI :</b></font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">n Teori-teori dr. Perspektif Biologi dan Psikologi</font></li><li><font face="arial" size="2">n Teori-teori dr. Perspektif Sosiologi</font></li><li><font face="arial" size="2">n Teori-teori dr. Perspektif lain</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><b>TEORI-TEORI DARI PERSPEKTIF BIOLOGI :</b></font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">n C. Lombroso (L’huomoDelinquente - Atavistic Stigmata)</font></li><li><font face="arial" size="2">n Enrico Ferri & Garofalo</font></li><li><font face="arial" size="2">n Charles B.Goring</font></li><li><font face="arial" size="2">n Body Types ( Kretcmer, Hooten, Seldon, Glueck & Glueck)</font></li><li><font face="arial" size="2">n Disfungsi Otak & Learning Disabilities</font></li><li><font face="arial" size="2">n Faktor 2 Genetika</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><b>TEORI-TEORI DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS :</b></font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">n Strain Theories (Anomie, Strain)</font></li><li><font face="arial" size="2">n Cultural Deviance Theories ( Social disorganization, differential association, culture conflik)</font></li><li><font face="arial" size="2">n Control Social</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><b>ANOMIE THEORI (Emile Durkheim)</b></font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">n Struktural functionalist</font></li><li><font face="arial" size="2">n anomie</font></li><li><font face="arial" size="2">n normlessnes</font></li><li><font face="arial" size="2">n sudden economic change</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><b>STRAIN THEORY (Robert K.Merton)</b></font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">n Cultural goals & legitimate means</font></li><li><font face="arial" size="2">n Disparity between goals & means fosters frustation, which leads to strain</font></li><li><font face="arial" size="2">n Modes of Adaptations (conformity, innovation, ritualism, retreatism, rebellion)</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><b>DIFFERENTIAL ASSOCIATION THEORY :</b></font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">n Criminal behavior is learned</font></li><li><font face="arial" size="2">n Criminal behavior is learned in interaction with other person in a process of communication</font></li><li><font face="arial" size="2">n The principal part of the learning of criminal behavior occurs within intimate personal groups</font></li><li><font face="arial" size="2">n When criminal behavior is learned, the learning includes (a) techniques of commiting the crime; (b) the specific direction of motives, drives, rationalizations, & attitudes</font></li><li><font face="arial" size="2">n The specific direction of motives & drives is learned from definitions of the legal codes as fovorable or unfavorable</font></li><li><font face="arial" size="2">n A person becomes delinquent because of an excess of definitios favorable to violation of law over definitions unfavorable to violation of law</font></li><li><font face="arial" size="2">n Differential associations may vary in frequency, duration, priority, & intencity</font></li><li><font face="arial" size="2">n The process of learning criminal behavior by association with criminal & anticriminal patterns involves all mechanism that are involved in any other learning</font></li><li><font face="arial" size="2">n While criminal behavior is an expression of general needs and values, it is not explained by those general needs and values, since noncriminal behavior is an expression of the same needs and values.</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><b>DIFFERENTIAL ASSOCIATION THEORY (E. H. Sutherland)</b></font></div><div><font face="arial" size="2">KEJAHATAN ITU DIPELAJARI</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">SOCIAL CONTROL THEORY :</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">n Social Bonds</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"> 1. Attachment</font></div><div><font face="arial" size="2"> 2. Commitment</font></div><div><font face="arial" size="2"> 3. Involvement</font></div><div><font face="arial" size="2"> 4. Belief (Hirchi)</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">n Techniques of Netralization (Matza)</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><b>THEORI-THEORI PERSPEKTIF LAIN :</b></font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">n Labeling</font></li><li><font face="arial" size="2">n Conflict</font></li><li><font face="arial" size="2">n Critical</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Daftar Pustaka :</font></div><div><font face="arial" size="2">Kuliah Umum Dr. Setyo Utomo,S.H,M.Hum tanggal 27 Mei 2011 di Kampus STIHPADA Palembang.</font></div>Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.75673329999995-3.1024163000000002 104.62971129999995 -2.8798003 104.88375529999995tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-54737735219207079542011-09-25T03:38:00.004-07:002020-05-21T10:04:07.944-07:00HUKUM TATA NEGARA<div><font face="arial" size="2">Istilah “HUKUM TATANEGARA” berdasarkan masing-masing Negara :<span><a name='more'></a></span></font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">- Indonesia : Hukum Tata Negara</font></li><li><font face="arial" size="2">- Belanda : Staatsrecht</font></li><li><font face="arial" size="2">- Inggris : Constitucional Law</font></li><li><font face="arial" size="2">- Perancis : Droit Constitucional</font></li><li><font face="arial" size="2">- Jerman : Verfassungrecht</font></li><li><font face="arial" size="2">- Amerika : State Law</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial"><font color="#d52c1f" size="4"><b>Pengertian “Hukum Tata Negara” Menurut Para Ahli :</b></font><span style="font-size: small;"><!--more--></span></font></div><div><ol style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Van Vollenhoven, Hukum Tata Negara adalah ketentuan mengenai pembentukan susunan dan kewenangan lembaga negara.</font></li><li><font face="arial" size="2">Paul Scholten, Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur tentang organisasi negara.</font></li><li><font face="arial" size="2">Van Der Pot, Hukum Tata Negara adalah ketentuan tentang lembaga negara yang diperlukan wewenang dan kegiatan.</font></li><li><font face="arial" size="2">Logemann, Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur tentang organisasi negara.</font></li><li><font face="arial" size="2">Wade and Phillips, Hukum Tata Negara adalah pengatur alat perlengkapan Negara, tugas dan hubungannya.</font></li><li><font face="arial" size="2">Maurice Divergen, Hukum Tata Negara adalah mengatur organisasi dan fungsi politik dan lembaga negara.</font></li></ol></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Secara garis besar, Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur tentang negara, organisasi negara. Keberadaan warga negara serta hubungan antar alat perlengkapannya.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4"><b>Sumber Hukum Tata Negara :</b></font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia, meliputi :</font></li></ul></div><div><ol style="text-align: left;"><ol><li><font face="arial" size="2">Undang-Undang Dasar 1945</font></li><li><font face="arial" size="2">Undang-Undang</font></li><li><font face="arial" size="2">Peraturan Pemerintah</font></li><li><font face="arial" size="2">Peraturan Presiden</font></li><li><font face="arial" size="2">Peraturan Daerah</font></li></ol></ol></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Traktat (Perjanjian Internasional).</font></li><li><font face="arial" size="2">Putusan dan Yurisprudensi Mahkamah Internasional.</font></li><li><font face="arial" size="2">Doktrin yang bersifat internasional.</font></li><li><font face="arial" size="2">Kebiasan internasional.</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font color="#b51200" face="arial" size="4">Asas-asas Hukum Tata Negara Indonesia :</font></b></div><div><font face="arial" size="2">1. Asas negara hukum</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Pasal 1 ayat 3 UUD 1945</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2">2. Asas sistem konstitusional</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Anatomi kekuasan tunduk pada hukum</font></li><li><font face="arial" size="2">Adanya pertanggungjawaban pada rakyat</font></li><li><font face="arial" size="2">Adanya peradilan yang bebas dan mandiri</font></li><li><font face="arial" size="2">Adanya jaminan perlindungan Hak Asasi Manusia.</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2">3. Asas kekuasan presiden tidak tak terbatas</font></div><div><font face="arial" size="2">4. Asas sistem pemerintahan presidensial.</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Presiden dipilih langsung oleh rakyat.</font></li><li><font face="arial" size="2">Presiden selain sebagai kepala negara, juga sebagai kepala pemerintahan.</font></li><li><font face="arial" size="2">Presiden tidak termasuk pemegang kekuasan legislatif.</font></li><li><font face="arial" size="2">Presiden tidak dapat membubarkan legislatif.</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Hubungan Hukum Tata Negara dengan Ilmu Negara :</font></div><div><font face="arial" size="2">Ilmu Negara sebagai penghantar kepada Hukum Tata Negara karena objeknya sama-sama mempelajari tentang negara.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font face="arial" size="4">Asas Negara Hukum :</font></b></div><div><font face="arial" size="2">- Asas legalitas (Mengendali agar setiap tindakan badan / pejabat administrasi undang-undang.</font></div><div><font face="arial" size="2">- Penegasan Indonesia adalah negara hukum, terdapat pada pasal 1 ayat 3 amandemen : “Negara Indonesia adalah negara hukum”.</font></div><div><font face="arial" size="2">- Indonesia adalah negara hukum yang berkedaulatan rakyat.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font face="arial" size="4">Asas Negara Kesatuan :</font></b></div><div><font face="arial" size="2"> Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diselenggarakan dengan jaminan otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah-daerah untuk berkembang sesuai dengan potensi dan kekayaan yng dimilikina masing-masing, tentunya dengan dorongan dan bantuan dari pemerintah pusat.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font face="arial" size="4">Asas Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi :</font></b></div><div><font face="arial" size="2"> Dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat 2 amandemen : ” Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Organisasi Negara :</font></div><div><font face="arial" size="2">- Rakyat</font></div><div><font face="arial" size="2">- Wilayah</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">1.<span> </span>Daratan</font></div><div><font face="arial" size="2">2.<span> </span>Perairan :</font></div><div><ul style="text-align: left;"><ul><li><font face="arial" size="2">Perairan kedalaman, Kawasan perairan dari tepi pantai kearah daratan.</font></li><li><font face="arial" size="2">Laut Teritorial, Kawasan perairan 12 mil dari tepi pantai yang paling menjorok kearah laut.</font></li><li><font face="arial" size="2">Zona Tambahan, Kawasan perairan 24 mil dari tepi pantai yang paling menjorok kearah laut.</font></li><li><font face="arial" size="2">Zona Ekonomi Eksklusif ( ZEE ), Kawasan perairan 200 mil dari tepi pantai yang paling menjorok kearah laut.</font></li></ul></ul></div><div><u><font face="arial" size="2">Sumber : Keputusan Konferensi Laut Internasional.</font></u></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">3.<span> </span>Udara</font></div><div><font face="arial" size="2">Wilayah Udara Nasional adalah 110 km dari permukaan daratan.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">4.<span> </span>Luar Angkasa</font></div><div><font face="arial" size="2">Wilayah Luar Angkasa Nasional adalah 33.671 km dari permukaan daratan.</font></div><div><font face="arial" size="2">Sumber : Keputusan Konferensi Paris Tahun 1912</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">DAFTAR PUSTAKA :</font></div><div><font face="arial" size="2">- Prof. H. Abu Daud Busroh, S.H, Materi Hukum Tata Negara setelah UUD 1945 diamandemen, Palembang, 2003</font></div><div><font face="arial" size="2">- Yudistira Rusydi, SH, Mhum, Hukum Tata Negara, Palembang, 2009</font></div><div><font face="arial" size="2">- Karya Ilmu, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Surabaya, 2010</font></div><div><font face="arial" size="2">- Materi Kuliah Muhammad Erwin, S.H, M.Hum, Palembang, 2011</font></div>Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.75673329999995-3.1024163000000002 104.62971129999995 -2.8798003 104.88375529999995tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-28346240297780726812011-09-16T08:39:00.004-07:002020-06-05T22:20:21.757-07:00HUKUM ACARA PIDANA<div><font face="arial" size="2">“ILMU HUKUM ACARA PIDANA MEMPELAJARI SERANGKAIAN PERATURAN YANG DICIPTAKAN OLEH NEGARA, DALAM HAL ADANYA DUGAAN DILANGGARNYA <span><a name='more'></a></span>UNDANG-UNDANG PIDANA”:</font></div><div><font face="arial" size="2">NEGARA MEYIDIKI KEBENARAN ADANYA DUGAAN PELANGGARAN;</font></div><div><font face="arial" size="2">SEDAPAT MUNGKIN MENYIDIK PELAKUNYA;</font></div><div><font face="arial" size="2">MELAKUKAN TINDAKAN AGAR PELAKUNYA DAPAT DITANGKAP DAN KALAU PERLU DITAHAN;<span><!--more--></span></font></div><div><font face="arial" size="2">ALAT-ALAT BUKTI YANG DIPEROLEH DARI HASIL PENYIDIKAN DILIMPAHKAN KEPADA HAKIM DAN DIHADAPKAN TERDAKWA KE DEPAN HAKIM TERSEBUT;</font></div><div><font face="arial" size="2">MENYERAHKAN KEPADA HAKIM AGAR DIAMBIL PUTUSAN TENTANG TERBUKTI TIDAKNYA PERBUATAN YANG DIDAKWAKAN KEPADA TERDAKWA DAN TINDAKAN ATAU HUKUMAN APAKAH YANG AKAN DIAMBIL ATAU DIJATUHKAN;</font></div><div><font face="arial" size="2">MENENTUKAN UPAYA HUKUM GUNA MELAWAN PUTUSAN TERSEBUT;</font></div><div><font face="arial" size="2">AKHIRNYA, MELAKSANAKAN PUTUSAN TENTANG PIDANA ATAU TINDAKAN UNTUK DILAKSANAKAN.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">(Mr. J.M. VAN BEMMELEN, LERRBOOK VAN HET NEDERLANDSE STRAFPROCESRECHT, ‘S-GRAVENHAGE, MATINUS NIJHOFF, 1950, HAL. 1.)</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font color="#b51200" face="arial" size="4">TUJUAN HUKUM ACARA PIDANA</font></b></div><div><font face="arial" size="2"> “TUJUAN DARI HUKUM ACARA PIDANA ADALAH UNTUK MENCARI DAN MENDAPATKAN ATAU SETIDAK-TIDAKNYA MENDEKATI KEBENARAN MATERIIL, IALAH KEBENARAN YANG SELENGKAP-LENGKAPNYA DARI SUATU PERKARA PIDANA DENGAN MENERAPKAN KETENTUAN HUKUM ACARA PIDANA SECARA JUJUR DAN TEPAT DENGAN TUJUAN UNTUK MENCARI SIAPAKAH PELAKU YANG DAPAT DIDAKWAKAN MELAKUKAN SUATU PELANGGAAN HUKUM, DAN SELANJUTNYA MEMINTA PEMERIKSAAN DAN PUTUSAN DARI PENGADILAN GUNA MENEMUKAN APAKAH TERBUKTI BAHWA SUATU TINDAK PIDANA TELAH DILAKUKAN DAN APAKAH ORANG YANG DIDAKWAKAN ITU DPAT DIPERSALAHKAN”.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"> (KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBIK INDONESIA NOMOR : M.01.PW.07.03 TH.1982, TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA)</font></div><div><br /></div><div><b><font color="#b51200" face="arial" size="4">SUMBER-SUMBER HUKUM ACARA PIDANA</font></b></div><div><font face="arial" size="2">UUD 1945</font></div><div><font face="arial" size="2">UNDANG-UNDANG</font></div><div><font face="arial" size="2">2.1. UNDANG-UNDAG NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN</font></div><div><font face="arial" size="2">2.2. UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG jo. UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG</font></div><div><font face="arial" size="2">2.3. UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM jo. UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM</font></div><div><font face="arial" size="2">2.4. KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981. LN 1981 NOMOR 76)</font></div><div><font face="arial" size="2">2.5. UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA</font></div><div><font face="arial" size="2">2.6. UNDANG-UNDANG RI NO.15 TH. 2002 DAN UNDANG-UNDANG RI NO. 25 TH. 2003 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG</font></div><div><font face="arial" size="2">2.7. UNDANG –UNDANG RI NO. 3 TAHUN 1971 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI</font></div><div><font face="arial" size="2">2.8. UNDANG-UNDANG RI NO. 20 TH 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG RI NO. 31 TH. 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI</font></div><div><font face="arial" size="2">2.9. UNDANG-UNDANG RI NO. 30 TH 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI</font></div><div><font face="arial" size="2">2.10. UNDANG-UNDANG RI NO. 31 TH 2004 TENTANG PERIKANAN</font></div><div><font face="arial" size="2">2.11. UNDANG-UNDANG NO. 41 TH 1999 TENTANG KEHUTANAN</font></div><div><font face="arial" size="2">2.12. UNDANG-UNDANG NO. 15 TH 2003</font></div><div><font face="arial" size="2">2.13. UNDANG-UNDANG NO. 3 TH. 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK</font></div><div><font face="arial" size="2">2.14. UNDANG-UNDANG NO. 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN RI</font></div><div><font face="arial" size="2">2.15. UNDANG-UNDANG NO. 2 TH 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA RI</font></div><div><font face="arial" size="2"> DAN LAIN-LAIN</font></div><div><font face="arial" size="2">PERATURAN PEMERINTAH</font></div><div><font face="arial" size="2">3.1. PERATURAN PEMERINTAH NO. 27 TH. 1983 TENTANG PELAKSANAAN KUHA</font></div><div><font face="arial" size="2">SURAT-SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG</font></div><div><font face="arial" size="2">SURAT-SURAT MENTERI/KEJAKSAAN/KEPOLISIAN</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">ASAS-ASAS YANG MENGATUR PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KELUHURAN HARKAT DAN MARTABAT MANUSIA BERDASARKAN UU NO. 4/2004 jo 14/1970 jo uu 8/1981 KUHAP ADALAH</font></div><div><font face="arial" size="2">PERLAKUAN YANG SAMA ATAS DIRI ORANG DI MUKA HUKUM DENGAN TIDAK MENGADAKAN PEMBEDAAN PERLAKUAN</font></div><div><font face="arial" size="2">PENANGKAPAN, PENAHANAN, PENGGELEDAHAN DAN PENYITAAN HANYA DILAKUKAN BERDASARKAN PERINTAH TERTULIS OLEH PEJABAT YANG DIBERI WEWENANG OLEH UNDANG-UNDANG HANYA DALAM HAL DAN MENURUT CARA YANG DIATUR UNDANG-UNDANG</font></div><div><font face="arial" size="2">SETIAP ORANG DISANGKA, DITANGKAP, DITAHAN, DITUNTUT DAN ATAU DIHADAPKAN DIMUKA SIDANG PENGADILAN, WAJIB DIANGGAP TIDAK BERSALAH SAMPAI ADA PUTUSAN PENGADILAN YANG MENYATAKAN KESALAHANNYA DAN MEMPEROLEH KEKUATAN HUKUM TETAP</font></div><div><font face="arial" size="2">KEPADA SESEORANG YANG DITAHAN, DITANGKAP, DITUNTUT ATAUPUN DIADILI TANPA ALASAN YANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG DAN ATAU KARENA KEKELIRUAN MENGENAI ORANGNYA ATAUPUN HUKUM YANG DITERAPKAN WAJIB DIBERI GANTI KERUGIAN DAN REHABILITASI SEJAK TINGKAT PENYIDIKAN DAN PARA PENEGAK HUKUM YANG DENGAN SENGAJA ATAU KARENA KELALAIANNYA MENYEBABKAN ASAS HUKUM ITU DILANGGAR, DITUNTUT, DIPIDANA ATAU DIKENAKAN HUKUMAN ADMINISTRASI</font></div><div><font face="arial" size="2">PERADILAN YANG HARUS DILAKUKAN DENGAN CEPAT, SEDERHANA DAN BIAYA RINGAN SERTA BEBAS, JUJUR DAN TIDAK MEMIHAK HARUS DITERAPKAN SECARA KONSEKUEN DALAM SELURUH TINGKAT PERADILAN</font></div><div><font face="arial" size="2">SETIAP ORANG YANG TERSANGKUT PERKARA WAJIB DIBERI KESEMPATAN MEMPEROLEH BANTUAN HUKUM YANG SEMATA-MATA DIBERIKAN UNTUK MELAKSANAKAN KEPENTINGAN PEMBELAAN DIRINYA</font></div><div><font face="arial" size="2">KEPADA SESEORANG TERSANGKA, SEJAK SAAT DILAKUKAN PENANGKAPAN ATAU PENAHANANAN SELAIN DIBERITAHU DAKWAAN DAN DASAR HUKUM APA YANG DIDAKWAKAN KEPADANYA, JUGA WAJIB DIBERITAHU HAKNYA ITU TERMASUK HAK UNTUK MENGHUBUNGI DAN MEMINTA BANTUAN PENASIHAT HUKUM</font></div><div><font face="arial" size="2">PENGADILAN MEMERIKSA PERKARA PIDANA DENGAN HADIRNYA TERDAKWA</font></div><div><font face="arial" size="2">SIDANG PEMERIKSAAN PENGADILAN ADALAH TERBUKA UNTUK UMUM KECUALI DALAM HAL YANG DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG</font></div><div><font face="arial" size="2">PENGAWASAN PELAKSANA PUTUSAN PENGADILAN DALAM PERKARA PIDANA DILAKUKAN OLEH KETUA PENGADILAN NEGERI YANG BERSANGKUTAN</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">HAL-HAL YANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN MENGENAI SURAT DAKWAAN</font></div><div><font face="arial" size="2">PENGERTIAN SURAT DAKWAAN</font></div><div><font face="arial" size="2">PENGERTIAN UMUM SURAT DAKWAAN DALAM PRAKTEK PENEGAKAN HUKUM ADALAH :</font></div><div><font face="arial" size="2">- SURAT AKTA</font></div><div><font face="arial" size="2">- MEMUAT PERUMUSAN TINDAK PIDANA YANG DIDAKWAKAN KEPADA TERDAKWA</font></div><div><font face="arial" size="2">- PERUMUSAN MANA DITARIK DAN DISIMPULKAN DARI HASIL PEMERIKSAAN PENYIDIKAN DIHUBUNGKAN DENGAN UNSUR DELIK PASAL TINDAK PIDANA YANG DILANGGAR DAN DIDAKWAKAN PADA TERDAKWA</font></div><div><font face="arial" size="2">- SURAT DAKWAAN TERSEBUT MENJADI DASAR PEMERIKSAAN BAGI HAKIM DALAM SIDANG PENGADILAN</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">SURAT DAKWAAN MENJADI DASAR PEMERIKSAAN BAGI HAKIM DALAM PERSIDANGAN</font></div><div><font face="arial" size="2">BAHWA SURAT DAKWAAN MENJADI DASAR PEMERIKSAAN DARI HAKIM DALAM PERSIDANGAN KARENA PUTUSAN YANG DIAMBIL OLEH HAKIM HARUS DIDASARKAN PADA DAKWAAN SEBAGAIMANA TERNYATA ANTARA LAIN DARI YURISPRUDENSI MAHKAMAH AGUNG SBB:</font></div><div><font face="arial" size="2">PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR: 47 K/Kr/1956 TANGGAL 23 MARET 1957, MENYATAKAN “BAHWA YANG MENJADI DASAR PEMERIKSAAN OLEH PENGADILAN IALAH SURAT TUDUHAN (DAKWAAN) BUKAN TUDUHAN YANG DIBUAT POLISI”</font></div><div><font face="arial" size="2">PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 68K/Kr/1973 TANGGAL 16 DESEMBER 1976, MENYATAKAN “BAHWA PUTUSAN PENGADILAN HARUSLAH DIDASARKAN PADA TUDUHAN”,…DST</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">SYARAT SURAT DAKWAAN</font></div><div><font face="arial" size="2">PSL 143 KUHAP MENENTUKAN DUA SYARAT YANG</font></div><div><font face="arial" size="2">HARUS DIPENUHI SURAT DAKWAAN YAITU:</font></div><div><font face="arial" size="2">HARUS MEMUAT SYARAT FORMAL</font></div><div><font face="arial" size="2">SURAT DAKWAAN DIBERI TANGGAL DAN DITANDATANGANI OLEH PENUNTU T UMUM</font></div><div><font face="arial" size="2">NAMA LENGKAP, TEMPAT LAHIR, UMUR ATAU TANGGAL LAHIR, JENIS KELAMIN, KEBANGSAAN, TEMPAT TINGGAL, AGAMA DAN PEKERJAAN TERSANGKA</font></div><div><font face="arial" size="2">SYARAT MATERIIL</font></div><div><font face="arial" size="2">URAIAN CERMAT, JELAS DAN LEGKAP MENGENAI TINDAK PIDANA YANG DIDAKWAKAN</font></div><div><font face="arial" size="2">MENYEBUTKAN WAKTU DAN TEMPAT TINDAK PIDANA DILAKUKAN (TEMPUS DELICTI DAN LOCUS DELICTI)</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">AKIBAT KEKURANGAN DALAM SYARAT DAKWAAN</font></div><div><font face="arial" size="2">KEKURANGAN SYARAT FORMAL TIDAK MENYEBABKAN DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM</font></div><div><font face="arial" size="2"> TIDAK DENGAN SENDIRINYA BATAL MENURUT HUKUM, PEMBATALAN SURAT DAKWAAN YANG DIAKIBATKAN KEKURANG SEMPURNAAN SYARAT FORMAL, “DAPAT DIBATALKAN”, JIKA TIDAK BATAL DEMI HUKUM (VAN RECHTSWEGE NIETIG ATAU NULL VAN VOID) TAPI DAPAT DIBATALKAN ATAU VERNIIETIGBAAR (VOEDABLE) KARENA SIFAT KEKURANG SEMPURNAAN PENCANTUMAN SYARAT FORMAL DIANGGAP BERNILAI IMPERFECT (KURANG SEMPURNA)</font></div><div><font face="arial" size="2"> TERHADAP KEKELIRUAN TERSEBUT HENDAKNYA HAKIM TIDAK TERLALU STRICT YURIDIS TETAPI LEBIH LUWES DENGAN MEMPERBAIKI KEKELIRUAN TERSEBUT DALAM PERTIMBANGAN PUTUSANNYA.</font></div><div><font face="arial" size="2">KEKURANGAN SYARAT MATERIIL</font></div><div><font face="arial" size="2"> APABILA SYARAT MATERIIL TIDAK DIPENUHI MAKA SURAT DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">PENGERTIAN SURAT DAKWAAN HARUS BERISI URAIAN SECARA CERMAT, JELAS DAN LENGKAP SEBAGAIMANA DIMAKSUD PSL 143 AYAT 2 HURUF b, TIDAK DIJELASKAN OLEH KUHAP, TETAPI DAPAT DITAFSIRKAN PENUNTUT UMUM HARUS MENGURAIKAN SECARA LENGKAP DAN JELAS HAL-HAL SBB:</font></div><div><font face="arial" size="2">SEMUA UNSUR DELIK YANG DIRUMUSKAN DALAM PASAL PIDANA YANG DIDAKWAAN HARUS CERMAT DISEBUT SATU PERSATU. TERKADANG MUDAH SEKALI MENYEBUTNYA SATU PERSATU. AMBIL CONTOH: PSL 338 KUHP. UNSUR DELIK HANYA TERDIRI DARI “SENGAJA” DAN “MERAMPAS NYAWA ORANG LAIN”. TETAPI ADA JUGA UNSUR KOMPLEK, DAN MENGANDUNG HAL-HAL YANG ALTERNATIF. AMBIL CONTOH: PSL 339 KUHP. SELAIN RUMUSANNYA KOMPLEK, PENYEBUTAN UNSUR-UNSURNYA BERSIFAT ALTERNATIF . AMBIL SALAH SATU UNSUR: PEMBUNUHAN YANG “DIIKUTI, DISERTAI ATAU DIDAHULUI OLEH SUATU PERBUATAN PIDANA…”. APAKAH PENYEBUTAN INI HARUS DIKEMUKAKAN LENGKAP? MISALNYA HANYA MENYEBUT “DISERTAI” TETAPI TIDAK MENYEBUT PERKATAAN DIIKUTI ATAU “DIDAHULUI”, APAKAH DIANGGAP PENYEBUTAN UNSUR TIDAK CERMAT, JELAS DAN LENGKAP? KIT BERPENDAPAT PENGERTIAN CERMAT, LENGKAP DAN JELAS DALAM UNSUR YANG BERSIFAT ALTERNATIF: TIDAK MUTLAK MESTI MENYEBUT KESELURUHAN, BISA SATU SAJA ASAL JELAS. SEPERTI DALAM CONTOH TADI, PENYEBUTAN UNSUR “DISERTAI” SECARA INKLUSIF MELIPUTI “DIIKUTI” ATAU “DIDAHULUI”. OLEH KARENA ITU SEKIRANYA PENUNTUT UMUM LALAI TENTANG HAL ITU TIDAK BERAKIBAT SURAT DAKWAAN MENJADI KABUR ATAU MENYESATKAN KEPADA TERDAKWA.</font></div><div><font face="arial" size="2">MENYEBUT DENGAN CERMAT, LENGKAP DAN JELAS “CARA” TINDAK PIDANA DILAKUKAN. BUKANKAH PSL 143 (2) HURUF B MENYATAKAN: URAIAN SECARA CERMAT, JELAS DAN LENGKAP MENGENAI TINDAK PIDANA YANG DIDAKWAKAN?. PENGERTIAN “MENGENAI TINDAK PIDANA, BUKAN HANYA TERBATAS PADA UNSUR DELIK, TETAPI MELIPUTI: CARA TINDAK PIDANA DILAKUKAN OLEH TERDAKWA. SURAT DAKWAAN YANG TIDAK MENYEBUT BAGAIMANA CARA TERDAKWA MELAKUKAN TINDAK PIDANA, DIANGGAP SANGAT MERUGIKAN KEPENTINGAN TERDAKWA MEMBELA DIRI. IDEALNYA, DIJELASKAN SECARA KESELURUHAN CARA TINDAK PIDANA DILAKUKAN. TETAPI YANG DITUNTUT CUKUP GARIS BESARNYA. ASAL DARI URAIAN ITU TERANG DAN JELAS MENGUNGKAPKAN BAGAIMANA CARANYA TINDAK PIDANA DILAKUKAN SECARA UTUH.</font></div><div><font face="arial" size="2">MENYEBUT KEADAAN-KEADAAN (CIRCUMSTANCES) YANG MELEKAT PADA TINDAK PIDANA. PENYEBUTAN TENTANG HAL ITUPUN DIDASARKAN PADA PENGERTIAN “MENGENAI” TINDAK PIDANA YANG DIDAKWAKAN KEPADA TERDAKWA. BAHWA KEADAAN-KEADAAN YANG MELEKAT PADA TINDAK PIDANA TERUTAMA “KEADAAN KHUSUS” (PARTICULAR CIRCUMCTANCES), ADALAH BAGIAN YANG TIDAK TERPISAH DARI TINDAK TERPISAH DARI TINDAK PIDANA YANG TERJADI</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4"><b>BENTUK-BENTUK SURAT DAKWAAN :</b></font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font face="arial" size="4">SURAT DAKWAAN TUNGGAL</font></b></div><div><font face="arial" size="2">BENTUK DAKWAAN TUNGGAL INI DIPERGUNAKAN APABILA BERDASARKAN HASIL PENELITIAN TERHADAP MATERI PERKARA HANYA SATU TINDAK PIDANA SAJA YANG DAPAT DIDAKWAAN. DALAM MENYUSUN DAKWAAN TERSEBUT TIDAK TERDAPAT KEMUNGKINAN-KEMUNGKINAN ALTERNATIF, ATAU KEMUNGKINAN UNTUK MERUMUSKAN TINDAK PIDANA LAIN SEBAGAI PENGGANTINYA, MAUPUN KEMUNGKINAN-KEMUNGKINAN UNTUK MENGAKUMULASIKAN ATAU MENGKOMBINASIKAN TINDAK PIDANA DALAM SURAT DAKWAAN. UMPAMANYA SAJA DALAM TINDAK PIDANA MENYEBABKAN MATINYA ORANG KARENA KELALAIANNYA SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 359 KUHP.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font face="arial" size="4">DAKWAAN ALTERNATIF</font></b></div><div><font face="arial" size="2">ADALAH SUATU BENTUK DAKWAAN YANG MEMBERI KESEMPATAN KEPADA HAKIM MEMILIH SALAH SATU DIANTARA DAKWAAN YANG DIAJUKAN DALAM SURAT DAKWAAN. JADI BERSIFAT DAN BERBENTUK ALTERNATIVE ACCUSATION ATAU ALTERNATIVE TENLASTELEGGING DENGAN CARA PEMERIKSAAN</font></div><div><font face="arial" size="2"> PERIKSA DAN PERTIMBANGKAN DULU DAKWAAN URUTAN PERTAMA, DENGAN KETENTUAN:</font></div><div><font face="arial" size="2">– APABILA DAKWAAN URUTAN PERTAMA TERBUKTI, PEMERIKSAAN TERHADAP DAKWAAN YANG SELEBIHNYA (URUTAN KEDUA ATAU KETIGA) TIDAK PERLU LAGI DIPERIKSA DAN DIPERTIMBANGKAN.</font></div><div><font face="arial" size="2">– PENJATUHAN HUKUMAN DIDASARKAN PADA DAKWAAN YANG DIANGGAP TERBUKTI</font></div><div><font face="arial" size="2"> JIKA DAKWAAN URUTAN PERTAMA TIDAK TERBUKTI, BARULAH HAKIM MELANJUTKAN PEMERIKSAAN TERHADAP DAKWAAN URUTAN BERIKUTNYA, DENGAN KETENTUAN:</font></div><div><font face="arial" size="2">– MEMBEBASKAN TERDAKWA DARI DAKWAAN URUTAN PERTAMA YANG TIDAK TERBUKTI,</font></div><div><font face="arial" size="2">– MENJATUHKAN HUKUMAN BERDASARKAN DAKWAAN URUTAN BERIKUTNYA YANG DIANGGAP TERBUKTI</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font face="arial" size="4">SURAT DAKWAAN SUBSIDER</font></b></div><div><font face="arial" size="2">BENTUK DAKWAAN SUBSIDER INI DIPERGUNAKAN APABILA SUATU AKIBAT YANG DITIMBULKAN OLEH SUATU TINDAK PIDANA MENYENTUH ATAU MENYINGGUNG BEBERAPA KETENTUAN PIDANA. KEADAAN DEMIKIAN DAPAT MENIMBULKAN KERAGUAN PADA PENUNTUT UMUM, BAIK MENGENAI KUALIFIKASI TINDAK PIDANANYA MAUPUN MENGENAI PASAL YANG DILANGGARNYA. OLEH KARENA ITU PENUNTUT UMUM MEMILIH UNTUK MENYUSUN DAKWAAN YANG BERBENTUK SUBSIDER, DIMANA TINDAK PIDANA YANG DIANCAM DENGAN PIDANA POKOK TERBERAT DITEMPATKAN PADA LAPISAN ATAS DAN TINDAK PIDANA YANG DIANCAM DENGAN PIDANA YANG LEBIH RINGAN DITEMPATKAN DIBAWAHNYA. MESKIPUN DALAM DAKWAAN TERSEBUT TERDAPAT BEBERAPA TINDAK PIDANA, TETAPI YANG AKAN TERBUKTIKAN HANYA SALAH SATU SAJA DARI TINDAK PIDANA YANG DIDAKWAKAN ITU.</font></div><div><font face="arial" size="2">PERBEDAANNYA DENGAN DAKWAAN ALTERNATIF IALAH BAHWA PEMBUKTIAN DAKWAAN SUBSIDER DILAKUKAN SECARA BERURUT DENGAN DIMULAI PADA DAKWAAN TINDAK PIDANA YANG DIANCAM DENGAN PIDANA TERBERAT SAMPAI KEPADA DAKWAAN YANG DIPANDANG TERBUKTI. SEDANGKAN PADA DAKWAAN ALTERNATIF PEMBUKTIANNYA LANGSUNG DILAKUKAN KEPADA LAPISAN DAKWAAN YANG DIPANDANG TERBUKTI, TANPA PERLU DIBUKTIKAN LEBIH DAHULU DAKWAAN-DAKWAAN SEBELUMNYA. SELAIN ITU PERBEDAAN ANTARA DAKWAAN ALTERNATIF DENGAN DAKWAAN SUBSIDER, TERLIHAT PULA PADA CARA PENEMPATAN URUTAN TINDAK PIDANA YANG DIDAKWAKAN. PADA DAKWAAN SUBSIDER TINDAK PIDANA YANG DIANCAM DENGAN PIDANA TERBERAT DITEMPATKAN PADA URUTAN TERATAS, KEMUDIAN BARU DISUSUL DENGAN LAPISAN-LAPISAN TINDAK PIDANA YANG DIANCAM DENGAN PIDANA YANG LEBIH RINGAN. SEDANGKAN PADA DAKWAAN ALTERNATIF CARA PENEMPATAN LAPISAN DAKWAAN DEMIKIAN TIDAK DIKENAL. KEMUDIAN PADA DAKWAAN YANG SATU DENGAN DAKWAAN YANG LAIN DIPISAHKAN OLEH KATA ATAU, SEDANGKAN DALAM DAKWAAN SUBSIDER PENEMPATAN KATA ATAU DIANTARA LAPISAN-LAPISAN DAKWAAN TIDAK DIKENAL</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font face="arial" size="4">SURAT DAKWAAN KUMULATIF</font></b></div><div><font face="arial" size="2">SECARA FORMAL UNTUK DAKWAAN INI HAMPIR SAMA DENGAN DAKWAAN ALTERNATIF DAN DAKWAAN SUBSIDER, KARENA TERSUSUN DARI BEBERAPA DAKWAAN YANG DISUSUN SECARA BERLAPIS. PERBEDAANNYA BAHWA DALAM DAKWAAN ALTERNATIF DAN DAKWAAN SUBSIDER, HANYA SATU DAKWAAN SAJA YANG HENDAK DIBUKTIKAN, SEBALIKNYA PADA DAKWAAN KUMULATIF SELURUH DAKWAAN HARUS DIBUKTIKAN.</font></div><div><font face="arial" size="2">BENTUK DAKWAAN INI DIPERGUNAKAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN APA YANG DINAMAKAN SAMENLOOP/CONCURSUS ATAU DELLNEMING. PADA POKOKNYA DAKWAAN INI DIPERGUNAKAN DALAM HAL KITA MENGHADAPI SEORANG YANG MELAKUKAN BEBERAPA TINDAK PIDANA ATAU BEBERAPA ORANG YANG MELAKUKAN SATU TINDAK PIDANA. JADI DAKWAAN INI DIPERGUNAKAN DALAM HAL TERJADINYA KUMULASI, BAIK KUMULASI PERBUATAN MAUPUN KUMULASI PELAKUNYA.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font face="arial" size="4">DAKWAAN KUMULATIF DALAM PENYERTAAN ( DEELNEMING )</font></b></div><div><font face="arial" size="2"> DALAM DAKWAAN INI HARUS DENGAN TEGAS DAN JELAS DIRUMUSKAN:</font></div><div><font face="arial" size="2"> PENGGABUNGAN/PENGUMPULAN PARA TERDAKWA KEDALAM SATU DAKWAAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PASAL 141 KUHAP</font></div><div><font face="arial" size="2"> PERUMUSAN SECARA CERMAT, JELAS DAN LENGKAP UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA YANG DIDAKWAKAN DIKAITKAN DENGAN FAKTA PERBUATAN PARA TERDAKWA YANG DILENGKAPI DENGAN URAIAN TENTANG WAKTU DAN TEMPAT DILAKUKANNYA TINDAK PIDANA</font></div><div><font face="arial" size="2"> DALAM MERUMUSKAN TINDAK PIDANA YANG DIDAKWAKAN HARUS DIRUMUSKAN SECARA TERPERINCI PERAN PARA TERDAKWA MASING-MASING ATAU SECARA BERSAMA-SAMA DALAM MEWUJUDKAN TINDAK PIDANA TERSEBUT.</font></div><div><font face="arial" size="2"> PADA BAGIAN AKHIR DAKWAAN DIURAIKAN SECARA TERPERINCI PASAL-PASAL YANG MENGATUR TINDAK PIDANA DAN KUALIFIKASI PERAN PARA TERDAKWA</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">KUMULASI DAKWAAN TINDAK PIDANA UMUM DAN TINDAK PIDANA KHUSUS</font></div><div><font face="arial" size="2">DAKWAAN KUMULASI ANTAR TINDAK PIDANA UMUM DAN TINDAK PIDANA KHUSUS DALAM HAL PENYIDIK TINDAK PIDANA TERSEBUT ADALAH JAKSA</font></div><div><font face="arial" size="2">KUMULASI DAKWAAN ANTARA DAKWAAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN DAKWAAN TINDAK PIDANA EKONOMI</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">BENTUK DAKWAAN KUMULATIF DALAM COCURSUS</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">DALAM MENYUSUN DAKWAAN KUMULATIF DALAM HUBUNGANNYA DENGAN CONCURSUS IDEALIS, BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN:</font></div><div><font face="arial" size="2"> ADANYA SATU PERBUATAN YANG MELANGGAR BEBERAPA KETENTUAN PIDANA</font></div><div><font face="arial" size="2"> SISTIM PEMIDANAANNYA ADALAH SISTIM ABSORPSI, YAITU HANYA DIJATUHKAN SATU HUKUMAN SAJA YAKNI HUKUMAN YANG TERBERAT (DALAM HAL ANCAMAN PIDANANYA SEJENIS), SESUAI DENGAN KETENTUAN PASAL 63 AYAT 1 KUHP</font></div><div><font face="arial" size="2"> KECERMATAN DALAM MENENTUKAN APAKAH BENTUK CONCURSUS IDEALIS. UKURAN YANG DIPERGUNAKAN UNTUK MENENTUKAN BENTUK CONCURSUS IDEALIS ADALAH: SECARA NYATA HANYA ADA SATU PERBUATAN, TETAPI SECARA IDEAL TELAH TERJADI BEBERAPA PELANGGARAN KETENTUAN PIDANA</font></div><div><font face="arial" size="2"> DALAM MERUMUSKAN TINDAK PIDANA YANG DIDAKWAKAN HARUS DILAKUKAN SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA NAMPAK ADANYA SATU PERBUATAN YANG MELANGGAR BEBERAPA KETENTUAN PIDANA TERSEBUT</font></div><div><font face="arial" size="2"> MENGINGAT PENYUSUNAN DAN PEMBUKTIAN DAKWAAN INI LEBIH RUMIT DARI PADA DAKWAAN BENTUK LAINNYA, MAKA PENYUSUNAN DAKWAAN KUMULATIF INI BENAR-BENAR MENUNTUT ADANYA KECERMATAN DAN KETELITIAN</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font face="arial" size="4">SURAT DAKWAAN GABUNGAN ATAU KOMBINASI</font></b></div><div><font face="arial" size="2">DAKWAAN INI DISEBUT DAKWAAN GABUNGAN/KOMBINASI KARENA DALAM DAKWAAN INI TERDAPAT BEBERAPA DAKWAAN YANG MERUPAKAN GABUNGAN DARI DAKWAAN YANG BERSIFAT ALTERNATIF MAUPUN DAKWAAN YANG BERSIFAT SUBSIDER. DAKWAAN BENTUK INI DIPERGUNAKAN DALAM HAL TERJADINYA KUMULASI DARI TINDAK PIDANA YANG DIDAKWAKAN</font></div><div><font face="arial" size="2">PEMBUKTIAN DAKWAAN KOMBINASI INI DILAKUKAN TERHADAP SETIAP LAPISAN DAKWAAN, JADI SETIAP LAPISAN DAKWAAN HARUS ADA TINDAK PIDANA YANG DIBUKTIKAN. PEMBUKTIAN PADA MASING-MASING LAPISAN DAKWAAN TERSEBUT DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN BENTUK LAPISANNYA, APABILA LAPISANNYA BERSIFAT SUBSIDER, MAKA PEMBUKTIAN DILAKUKAN SECARA BERURUT MULAI DARI LAPISAN TERATAS SAMPAI KEPADA LAPISAN YANG DIPANDANG TERBUKTI. APABILA LAPISANNYA TERDIRI DARI LAPISAN-LAPISAN YANG BERSIFAT ALTERNATIF. MAKA PEMBUKTIAN DAKWAAN PADA LAPIS YANG BERSANGKUTAN LANGSUNG DILAKUKAN TERHADAP DAKWAAN YANG DIPANDANG TERBUKTI.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">PERMASALAHAN BANTUAN HUKUM BERDASARKAN PASAL 56 AYAT 1 KUHAP YANG MENEGASKAN :</font></div><div><font face="arial" size="2">HAK TERSANGKA ATAU TERDAKWA DIDAMPINGI PENASEHAT HUKUM APABILA TINDAK PIDANA YANG DISANGKAKAN ATAU DIDAKWAKAN DIANCAM DENGAN PIDANA MATI ATAU ANCAMAN PIDANA 15 TAHUN ATAU LEBIH ATAU BAGI YANG TIDAK MAMPU YANG DIANCAM DENGAN PIDANA 5 TAHUN ATAU LEBIH YANG TIDAK MEMPUNYAI PENASEHAT HUKUM SENDIRI, PEJABAT YANG BERSANGKUTAN DALAM PROSES PERADILAN WAJIB MENUNJUK PENASEHAT HUKUM BAGI MEREKA.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">MENGENAI HAL TERSEBUT KITA SEBAIKNYA BERPENDIRIAN:</font></div><div><font face="arial" size="2">PSL 56 (1) KUHAP, JANGAN DITERAPKAN SECARA STRICT LAW DAN FORMALISTIC LEGAL THINGKING</font></div><div><font face="arial" size="2">PASAL TERSEBUT TIDAK DITERAPKAN SECARA KAKU TAPI HARUS DILENTURKAN, SEHINGGA TIDAK MENIMBULKAN AKIBAT YANG JELEK DAN KETIDAKADILAN</font></div><div><font face="arial" size="2">OLEH KARENA ITU, PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 1565 K/PID/1991, “YANG MENYATAKAN TUNTUTAN PENUNTUT UMUM TIDAK DAPAT DITERIMA ATAS ALASAN PEMERIKSAAN PENYIDIKAN TIDAK DIHADIRI OLEH PENASEHAT HUKUM”, JANGAN DIANGKAT DAN DIJADIKAN SEBAGAI STARE DECISIS</font></div><div><font face="arial" size="2">SEHUBUNGAN DENGAN ITU, MESKIPUN PADA PEMERIKSAAN PENYIDIKAN TERSANGKA TIDAK DIDAMPINGI PENASEHAT HUKUM, BAIK DISEBABKAN DIA SENDIRI TIDAK MENUNJUK MAUPUN DISEBABKAN PEJABAT PENYIDIK TIDAK MENYEDIAKAN (MENUNJUK), TIDAK MENGAKIBATKAN PEMERIKSAAN PENYIDIKAN BATAL DEMI HUKUM (NULL AND VOID). KECUALI APABILA SECARA TEGAS TERSANGKA TELAH MENUNJUK PENASEHAT HUKUM DAN SECARA TEGAS PULA MENGHENDAKI PEMERIKSAAN DIHADIRI PENASEHAT HUKUM TERSEBUT, APABILA HAL INI DILANGGAR BARU DIBENARKAN MENEGAKKAN MIRANDA RULE ATAU PSL 56 (1) KUHAP SECARA KONSEKUEN</font></div><div><font face="arial" size="2">BEGITU JUGA KELALAIAN MENYAMPAIKAN MIRANDA WARNING TERMASUK PENASEHAT HUKUM KEPADA TERSANGKA ATAU TERDAKWA, TIDAK BERAKIBAT PEMERIKSAAN TIDAK SAH (ILLEGAL) ATAU BATAL DEMI HUKUM</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">SAKSI MAHKOTA</font></div><div><font face="arial" size="2">PADA HAKEKATNYA “SAKSI MAHKOTA” ATAU “KROON GETUIGE” ADALAH SAKSI YANG DIAMBIL DARI SALAH SEORANG TERSANGKA/TERDAKWA DIMANA KEPADANYA DIBERIKAN SUATU “MAHKOTA”</font></div><div><font face="arial" size="2">TERHADAP KETERANGAN “SAKSI MAHKOTA” INI ADA PERKEMBANGAN MENARIK DARI MAHKAMAH AGUNG RI. DISATU PIHAK MAHKAMAH AGUNG BERPENDIRIAN BAHWA UNDANG-UNDANG TIDAK MELARANG JIKALAU JAKSA/PENUNTUT UMUM MENGAJUKAN “SAKSI MAHKOTA” DIPERSIDANGAN DENGAN SYARAT SAKSI INI DALAM KEDUDUKANNYA SEBAGAI TERDAKWA TIDAK TERMASUK DALAM SATU BERKAS PERKARA DENGAN TERDAKWA YANG DIBERIKAN KESAKSIAN (PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI NO: 1174 K/PID/1994 TANGGAL 3 MEI 1995, PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI NO: 1592 K/PID/1995 TANGGAL 5 MEI 1995.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">TELECONFERENCE</font></div><div><font face="arial" size="2">SECARA FORMAL LEGALISTIK, TELECONFERENCE BERTENTANGAN DENGAN PASAL 160 AYAT 1 KUHAP HURUF a DAN PASAL 167 KUHAP YANG MENGHARUSKAN PEMERIKSAAN SAKSI DALAM RUANG SIDANG, JADI SECARA TEKSTUALDITUNTUT KEHADIRAN SEORANG SAKSI SECARA FISIK DIRUANG PERSIDANGAN. AKAN TETAPI KENYATAANNYA UNTUK MENCARI DAN MENEMUKAN KEBENARAN MATERIIL YANG BERMUARA PADA KEADILAN DALAM PRAKTIK SEDIKIT TELAH DITINGGALKAN. MISALNYA SECARA FAKTUAL PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI NO. 661 K/PID/1998 TANGGAL 19 JULI 1991 DENGAN KAEDAH DASAR DIMANA KETERANGAN SAKSI YANG DISUMPAH DI PENYIDIK KARENA SUATU HALANGAN YANG SAH TIDAK DAPAT HADIR DI PERSIDANGAN, DIMANA KETERANGANNYA TERSEBUT DIBACAKAN MAKA SAMA NILAINYA DENGAN KESAKSIAN DIBAWAH SUMPAH.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">TELECONFERENCE TELAH DIGUNAKAN DALAM SIDANG:</font></div><div><font face="arial" size="2">SIDANG RAHADI RAMELAN</font></div><div><font face="arial" size="2">PENGADILAN HAM AD HOC DAN ABU BAKAR BA’ASYIR</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">ALAT BUKTI YANG SAH MENURUT PASAL 184 KUHAP:</font></div><div><font face="arial" size="2">KETERANGAN SAKSI</font></div><div><font face="arial" size="2">KETERANGAN AHLI</font></div><div><font face="arial" size="2">SURAT</font></div><div><font face="arial" size="2">PETUNJUK</font></div><div><font face="arial" size="2">KETERANGAN TERDAKWA</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">ALAT BUKTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI</font></div><div><font face="arial" size="2">Alat bukti sesuai KUHAP</font></div><div><font face="arial" size="2">Perluasan alat bukti petunjuk berupa:</font></div><div><font face="arial" size="2">Alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan ini; dan dokumen yakni setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas, maupun yang terekam secara elektronik, yang berupa tulisan, suara gambar, peta, rancangan, foto, huruf tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Alat-Alat Bukti Tindak Pidana Pencucian Uang (Pasal 38 UU 15/2002 yo UU 25/2003)</font></div><div><font face="arial" size="2">Alat bukti sebagaimana dalam KUHAP;</font></div><div><font face="arial" size="2">Alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu: dan</font></div><div><font face="arial" size="2">Dokumen sebagai dimaksud Pasal 1 angka 7, yaitu: data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar, yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas, atau yang terekam secara elektronik, termasuk tidak terbatas pada:</font></div><div><font face="arial" size="2">Tulisan, suara, atau gambar;</font></div><div><font face="arial" size="2">Peta, rancangan, foto atau sejenisnya;</font></div><div><font face="arial" size="2">Huruf, tanda, angka, simbol, atau perforasi yang memiliki makna atau dapat dipahami oleh orang yang mampu membaca atau memahaminya.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Alat-alat bukti tindak pidana terorisme (Pasal 27 UU Nomor 15 Tahun 2003 yo Perpu Nomor 1 Tahun 2002)</font></div><div><font face="arial" size="2">Alat Bukti sebagaimana KUHAP</font></div><div><font face="arial" size="2">Alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau serupa dengan itu; dan</font></div><div><font face="arial" size="2">Data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar, yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas, atau yang terekam secara elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada:</font></div><div><font face="arial" size="2">Tulisan, suara atau gambar;</font></div><div><font face="arial" size="2">Peta, rancangan, foto, atau sejenisnya;</font></div><div><font face="arial" size="2">Huruf, tanda, angka, simbol, atau perforasi yang memiliki makna atau dapat dipahami oleh orang yang mampu membaca atau memahaminya.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">ALAT BUKTI ELEKTRONIK DITINJAU</font></div><div><font face="arial" size="2">DARI KEPERLUAN PRAKTEK</font></div><div><font face="arial" size="2">Dalam KUHAP tidak diatur alat bukti elektronik</font></div><div><font face="arial" size="2">Dalam Undang-Undang Khusus telah diatur (Tindak Pidana Korupsi, Terorisme, Tindak Pidana Pencucian Uang)</font></div><div><font face="arial" size="2">Penemuan dan Pembentukan hukum oleh hakim</font></div><div><font face="arial" size="2">Pasal 16 dan 28 UU Nomor 4 Tahun 2004</font></div><div><font face="arial" size="2">Hukum Acara bersifat imperatif akan tetapi tidak bersifat mutlak</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">ISI PUTUSAN</font></div><div><font face="arial" size="2">SURAT PUTUSAN PEMIDANAAN HARUS MEMUAT SEGALA SESUATU YANG TERCANTUM DALAM PASAL 197 AYAT 1 HURUF a s/d HURUF L.</font></div><div><font face="arial" size="2">UU NO. 8/1981/KUHAP, DAN BERDASARKAN PASAL 197 AYAT 2 PUTUSAN MENJADI “BATAL DEMI HUKUM” APABILA TIDAK MEMUAT:</font></div><div><font face="arial" size="2">KEPALA PUTUSAN YANG DITULISKAN BERBUNYI: “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”</font></div><div><font face="arial" size="2">NAMA LENGKAP TERDAKWA, PANGKAT, NOMOR, REGISTRASI PUSAT, JABATAN, KESATUAN, TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR/UMUR, JENIS KELAMIN, KEWARGANEGARAAN, AGAMA, DAN TEMPAT TINGGAL.</font></div><div><font face="arial" size="2">DAKWAAN SEBAGAIMANA TERDAPAT DALAM SURAT DAKWAAN</font></div><div><font face="arial" size="2">PERTIMBANGAN YANG DISUSUN SECARA RINGKAS MENGENAI FAKTA DAN KEADAAN BESERTA ALAT PEMBUKTIAN YANG DIPEROLEH DARI PEMERIKSAAN DISIDANG YANG MENJADI DASAR PENENTUAN KESALAHAN TERDAKWA</font></div><div><font face="arial" size="2">TUNTUTAN PIDANA SEBAGAIMANA TERDAPAT DALAM SURAT TUNTUTAN</font></div><div><font face="arial" size="2">PASAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENJADI DASAR PEMIDANAAN ATAU TINDAKAN DAN PASAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENJADI DASAR HUKUM DARI PUTUSAN, DISERTAI KEADAAN YANG MEMBERATKAN DAN YANG MERINGANKAN TERDAKWA</font></div><div><font face="arial" size="2">PERNYATAAN KESALAHAN TERDAKWA, PERNYATAAN SUDAH TERPENUHI SEMUA UNSUR DALAM RUMUSAN TINDAK PIDANA DISERTAI DENGAN KUALIFIKASINYA DAN PEMIDANAAN ATAU TINDAKAN YANG DIJATUHKAN</font></div><div><font face="arial" size="2">KETENTUAN KEPADA SIAPA BIAYA PERKARA DIBEBANKAN DENGAN MENYEBUTKAN JUMLAHNYA YANG PASTI DAN KETENTUAN MENGENAI BARANG BUKTI</font></div><div><font face="arial" size="2">KETERANGAN BAHWA SELURUH SURAT TERNYATA PALSU ATAU KETERANGAN DIMANA LETAK KEPALSUANNYA ITU, APABILA TERDAPAT SURAT AUTENTIK DIANGGAP PALSU</font></div><div><font face="arial" size="2">PERINTAH SUPAYA TERDAKWA DITAHAN ATAU TETAP DALAM TAHANAN ATAU DIBEBASKAN</font></div><div><font face="arial" size="2">HARI DAN TANGGAL PUTUSAN, NAMA HAKIM YANG MEMUTUSKAN, NAMA ODITUR, NAMA PANITERA</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">RUMUSAN AMAR YANG PERLU DIPERHATIKAN:</font></div><div><font face="arial" size="2">RUMUSAN APABILA TERDAKWA TERBUKTI MELAKUKAN TINDAK PIDANA “MENYATAKAN TERDAKWA…… TERSEBUT DIATAS SECARA SAH DAN MEYAKINKAN TELAH BERSALAH MELAKUKAN TINDAK PIDANA……</font></div><div><font face="arial" size="2">MENGHUKUM OLEH KARENA ITU TERDAKWA DENGAN PIDANA PENJARA/KURUNGAN SELAMA…DAN PIDANA DENDA SEBESAR Rp……DENGAN KETENTUAN APABILA DENDA TIDAK DIBAYAR AKAN DIGANTI DENGAN PIDANA KURUNGAN SELAMA…..</font></div><div><font face="arial" size="2">RUMUSAN PENGURANGAN TAHANAN DENGAN REDAKSIONAL: “MENETAPKAN MASA PENAHANAN YANG TELAH DIJALANI TERDAKWA DIKURANGKAN SELURUHNYA DARI PIDANA YANG DIJATUHKAN”</font></div><div><font face="arial" size="2">RUMUSAN REHABILITASI DENGAN REDAKSIONAL: “MEMULIHKAN HAK TERDAKWA DALAM KEMAMPUAN, KEDUDUKAN DAN HARKAT MARTABATNYA”</font></div><div><font face="arial" size="2">RUMUSAN TUNTUTAN GUGUR KARENA TERDAKWA MENINGGAL DUNIA: MENYATAKAN KEWENANGAN PENUNTUT UMUM GUGUR DAN MEMBEBANKAN BIAYA PERKARA KEPADA NEGARA</font></div><div><font face="arial" size="2">BAHWA DALAM AMAR/DIKTUM PUTUSAN TIDAK DIPERKENANKAN LAGI MEMAKAI REDAKSIONAL “SEGERA MASUK” AKAN TETAPI HARUS DENGAN REDAKSIONAL “MEMERINTAHKAN AGAR TERDAKWA DITAHAN”, SESUAI KETENTUAN PASAL 193 AYAT (2) HURUF a DAN PASAL 197 AYAT (1) HURUF KUHAP.</font></div><div><font face="arial" size="2">DALAM HAL TERDAKWA TIDAK DAPAT DIHADIRKAN DISIDANG, AMAR PUTUSAN ADALAH “MENYATAKAN TUNTUTAN PENUNTUT UMUM TIDAK DAPAT DITERIMA”</font></div><div><font face="arial" size="2">SESUAI DENGAN PASAL 197 AYAT 1 KUHAP AMAR PUTUSAN MENGENAI BARANG BUKTI ADALAH “MENETAPKAN BARANG BUKTI BERUPA……DST”</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">PENGERTIAN UPAYA HUKUM (PSL 1 AYAT 12)</font></div><div><font face="arial" size="2">UPAYA HUKUM ADALAH HAK TERDAKWA ATAU PENUNTUT UMUM UNTUK TIDAK MENERIMA PUTUSAN PENGADILAN YANG BERUPA PERLAWANAN ATAU BANDING ATAU KASASI ATAU HAK TERPIDANA UNTUK MENGAJUKAN PERMOHONAN PK DALAM HAL SERTA MENURUT CARA YANG DIATUR DALAM UU INI.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">UPAYA HUKUM BIASA</font></div><div><font face="arial" size="2">(BAB XVI BAGIAN KETIGA DAN BAB XVII)</font></div><div><font face="arial" size="2">“UPAYA HUKUM YANG DAPAT DIAJUKAN TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN YANG BELUM BERKEKUATAN HUKUM TETAP, YANG DALAM BENTUK PERLAWANAN, BANDING DAN KASASI”</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">UPAYA HUKUM LUAR BIASA</font></div><div><font face="arial" size="2">(BAB XVIII)</font></div><div><font face="arial" size="2">“UPAYA HUKUM YANG DAPAT DIAJUKAN TERHADAP SEMUA PUTUSAN PENGADILAN YANG TELAH BERKEKUATAN HUKUM TETAP, DALAM BENTUK KASASI DEMI KEPENTINGAN HUKUM DAN PK PUTUSAN YANG BHT”</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">PENGERTIAN KEBERATAN/EKSEPSI</font></div><div><font face="arial" size="2">PENGERTIAN EKSEPSI ATAU EXCEPTION ADALAH:</font></div><div><font face="arial" size="2">TANGKISAN (PLEAD) ATAU PEMBELAAN YANG TIDAK MENGENAI ATAU TIDAK DITUJUKAN TERHADAP “MATERI POKOK” SURAT DAKWAAN</font></div><div><font face="arial" size="2">TETAPI KEBERATAN ATAU PEMBELAAN DITUJUKAN TERHADAP CACAT “FORMIL” YANG MELEKAT PADA SURAT DAKWAAN</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">PRINSIP PENGAJUAN KEBERATAN/EKSEPSI</font></div><div><font face="arial" size="2">JIKA DIPERHATIKAN PSL. 156 (1) PENGAJUAN KEBERATAN YANG MENYANGKUT PEMBELAAN ATAS ALASAN “FORMIL” OLEH TERDAKWA ATAU PENASEHAT HUKUM ADALAH “HAK” DENGAN KETENTUAN:</font></div><div><font face="arial" size="2">PRINSIP HARUS DIAJUKAN PADA “SIDANG PERTAMA”</font></div><div><font face="arial" size="2">YAKNI “SESAAT” ATAU “SETELAH” PENUNTUT UMUM MEMBACA SURAT DAKWAAN</font></div><div><font face="arial" size="2">BILA PENGAJUAN DILAKUKAN DILUAR TENGGANG YANG DISEBUTKAN, EKSEPSI TIDAK PERLU DITANGGAPI PENUNTUT UMUM DAN PN, KECUALI MENGENAI EKSEPSI KEWENANGAN MENGADILI YANG DISEBUT DALAM PSL 156 (7)</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">KEBERATAN/EKSEPSI EX. PASAL 156 (1) KUHAP</font></div><div><font face="arial" size="2">PENGADILAN TIDAK BERWENANG MENGADILI PERKARANYA</font></div><div><font face="arial" size="2">DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA</font></div><div><font face="arial" size="2">DAKWAAN HARUS DIBATALKAN</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">KEBERATAN/EKSEPSI DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA</font></div><div><font face="arial" size="2">EKSEPSI SUBJUDICE</font></div><div><font face="arial" size="2">EXCEPTION IN PERSONAM</font></div><div><font face="arial" size="2">EKSEPSI KELIRU SISTEMATIKA DAKWAAN SUBSIDAIRIATAS</font></div><div><font face="arial" size="2">KELIRU BENTUK DAKWAAN YANG DIAJUKAN</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">KEBERATAN/EKSEPSI DAKWAAN “BATAL” ATAU BATAL DEMI HUKUM TIDAK MEMENUHI PASAL 143 (2) KUHAP YAITU:</font></div><div><font face="arial" size="2">TIDAK MEMUAT TANGGAL DAN TANDA TANGAN</font></div><div><font face="arial" size="2">TIDAK SECARA LENGKAP MENYEBUT IDENTITAS TERDAKWA</font></div><div><font face="arial" size="2">TIDAK MENYEBUT LOCUS DELICTI DAN TEMPUS DELICTI</font></div><div><font face="arial" size="2">TIDAK CERMAT, JELAS, LENGKAP URAIAN TENTANG TINDAK PIDANA YANG DIDAKWAKAN</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">PUTUSAN TERHADAP EKSEPSI</font></div><div><font face="arial" size="2">PUTUSAN SELA</font></div><div><font face="arial" size="2"> EKSEPSI KEWENGAN MENGADILI, DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA.</font></div><div><font face="arial" size="2"> SURAT DAKWAAN HARUS DIBATALKAN PASAL 156 (1) KUHAP</font></div><div><font face="arial" size="2">PUTUSAN AKHIR UNTUK EKSEPSI</font></div><div><font face="arial" size="2"> TUNTUTAN PENUNTUT UMUM TIDAK DAPAT DITERIMA</font></div><div><font face="arial" size="2"> KEWENANGAN ATAU HAK UNTUK MENUNTUT HAPUS ATAU GUGUR</font></div><div><font face="arial" size="2"> LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><span style="font-family: arial; font-size: small;">PENGERTIAN PERLAWANAN</span></div><div><font face="arial" size="2">Perlawanan adalah “Upaya hukum” yang dapat dilakukan atau yang dapat dibenarkan terhadap putusan sela yang dijatuhkan Hakim (pengadilan Negeri) mengenai Eksepsi, khususnya eksepsi kewenangan mengadili</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">INSTANSI YANG BERWENANG</font></div><div><font face="arial" size="2">Yang berwenang memeriksa dan memutus perlawanan terhadap putusan eksepsi adalah Pengadilan Tinggi</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">PROSES PENYELESAIAN PENGADILAN TINGGI</font></div><div><font face="arial" size="2">Pengadilan Tinggi harus segera memeriksa dan memutus perlawanan</font></div><div><font face="arial" size="2">ú Paling lambat 14 hari dari tanggal penerimaan (registrasi)</font></div><div><font face="arial" size="2">ú Dan langsung segera menyampaikan putusan ke Pengadilan Negeri</font></div><div><font face="arial" size="2">Perlawanan diterima Pengadilan Tinggi</font></div><div><font face="arial" size="2"> Kalau pengadilan Tinggi “menerima” (mengabulkan) perlawanan, berarti:</font></div><div><font face="arial" size="2">ú Pengadilan Tinggi membatalkan putusan sela</font></div><div><font face="arial" size="2">ú Menyatakan Pengadilan Negeri “tidak berwenang” mengadili</font></div><div><font face="arial" size="2">ú Menunjuk Pengadilan (Pengadilan Negeri) yang berwenang untuk itu, dan memerintahkan untuk segera melakukan pemeriksaan</font></div><div><font face="arial" size="2">ú Putusan Pengadilan Tinggi atas pengabulan, langsung “final” tidak bisa dibanding atau dikasasi</font></div><div><font face="arial" size="2">ú Pengadilan Negeri segera mengembalikan berkas perkara kepada Penuntut Umum untuk dilimpahkan kepada pengadilan yang ditunjuk dalam putusan pengadilan Tinggi</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">MASALAH PENGIRIMAN BERKAS KE PENGADILAN TINGGI</font></div><div><b><font face="arial" size="2"><br /></font></b></div><div><b><font face="arial" size="2">EKSEPSI DITERIMA (DIKABULKAN)</font></b></div><div><font face="arial" size="2"> Apabila Hakim mengabulkan eksepsi tentang tidak berwenang mengadili, dan atas pengabulan itu, Penuntut Umum, mengajukan perlawanan ke Pengadilan Tinggi, maka menurut Pasal 156 (2):</font></div><div><font face="arial" size="2"> dengan pengabulan itu, Pengadilan Negeri “menghentikan” atau “tidak melanjutkan” pemeriksaan perkara</font></div><div><font face="arial" size="2"> oleh karena pemeriksaan perkara tidak dilanjutkan:</font></div><div><font face="arial" size="2">– Tidak ada halangan untuk mengirimkan seluruh berkas perkara ke Pengadilan Tinggi dalam rangka penyelesaian perlawanan yang diajukan Penuntut Umum</font></div><div><font face="arial" size="2">– Namun demikian, dengan menyampaikan salinan putusan sela sajapun dianggap memadai bagi Pengadilan Tinggi untuk mengambil putusan</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><b><font face="arial" size="2">EKSEPSI DITOLAK (tidak diterima)</font></b></div><div><font face="arial" size="2"> Sesuai dengan ketentuan Pasal 156 (2) apabila Hakim “menolak” (tidak menerima) eksepsi tentang kewenangan mengadili yang diajukan terdakwa/penasehat hukumnya</font></div><div><font face="arial" size="2">Pemeriksaan perkara terus dilanjutkan meskipun terdakwa/penasehat hukumnya mengajukan perlawanan ke Pengadilan Tinggi, pemeriksaan perkara tetap dilanjutkan, tidak boleh dihentikan</font></div><div><font face="arial" size="2"> Sehubungan dengan itu, agar proses pemeriksaan yang diperintahkan Ps. 156 (2) tidak terhalang:</font></div><div><font face="arial" size="2">– Pengadilan Negeri “tidak dibenarkan” mengirimkan berkas ke Pengadilan Tinggi</font></div><div><font face="arial" size="2">– Yang disampaikan hanya salinan putusan sela saja</font></div>Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.75673329999995-3.1024163000000002 104.62971129999995 -2.8798003 104.88375529999995tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-56677293445682451782011-09-16T07:48:00.013-07:002021-04-06T06:00:07.546-07:00SAMENLOOP AAN STRAFBAAR FEIT (CONCURSUS)<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Concursus adalah gabungan tindak pidana.</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Terjadi Samenloop, yaitu apabila orang / seseorang yang melakukan tindak pidana lebih dari satu kali dan diantara tindak pidana itu belum ada yang diputus oleh pengadilan dan semua diajukan sekaligus.</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Pentingnya mempelajari Samenloop</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">adalah untuk menentukan berapa hukuman bagi seseorang / beberapa orang yang telah melakukan tindak pidana lebih dari satu kali.</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">JENIS-JENIS SAMENLOOP :</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">. Een Daadse Samenloop (Concursus Idealis)</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">. Voor Gezette Handeling (Perbuatan Berlanjut)</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">. Meer Daadse Samenloop (Concurcus Realis)</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Een Daadse Samenloop (Concursus Idealis)</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Adalah suatu tindakan / perbuatan terlanggar lebih dari satu pasal KUHP / pasal lain.</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Contohnya : Orang yang membunuh tembak seseorang yang terhalangi kaca dan menyebabkan kaca tersebut pacah / hancur, maka pecahnya kaca tersebut melanggar pasal 406 KUHP dengan ancaman hukuman 2,8 tahun penjara, sedangkan terbunuhnya orang itu melanggar pasal 338 KUHP dengan ancaman pidana setinggi-tingginya 15 tahun penjara.</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Jadi dari beberapa tindak pidana tersebut hanya dikenakan hukuman yang terberatnya saja.</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Voor Gezette Handeling (Perbuatan Berlanjut)</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Ialah perbuatan / tindakan pidana pertama, kedua, ketiga, dst…, mempunyai hubungan yang erat. Hanya dikenakan satu pasal saja.</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Contoh: seorang montir bekerja di sebuah toko onderdil besar, tapi dia tidak mempunyai motor, lalu ia mengambil satu persatu onderdil motor dari yang terkecil sampai menjadi sebuah rakitan motor</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">(Pasal 362).</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Meer Daadse Samenloop (Concurcus Realis)</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Ialah beberapa tindak pidana melanggar beberapa pasal</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Contoh pada tanggal:</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">1-5-2011 ”Mencuri” (362 KUHP)</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">10-5-2011 ”Mencuri” (362 KUHP)</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">20-05-2011 ”Menipu” (378 KUHP)</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">22-05-2011 ”Membunuh” (338 KUHP)</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">27-05-2011 ”Memperkosa” (385 KUHP)</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Jadi hukuman bagi si pelaku ialah diambil yang hukuman yang terberat + 1/3.</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">STELSEL PEMIDANAAN DALAM SAMENLOOP :</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Stelsel pemidanaan dalam Samenloop ada 4 stelsel sistem pemidanaan :</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">A. Stelsel Pokok</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;"> Absorptie Stelsel</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;"> Commulatie Stelsel</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">B. Stelsel Tambahan</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;"> Absorptie yang di pertajam</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;"> Commulatie sedang</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Absorptie Stelsel</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Apabila seseorang melakukan beberapa delik yang masing-masing diancam dengan pidana yang berlain-lainan, maka menurut sistem ini hanya dijatuhi satu hukuman saja, yaitu pidana yang terberat walaupun orang tersebut melakukan beberapa delik.</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Contoh: si A melakukan Tindak Pidana 3 kali, yang ancaman pidananya berbeda-beda yaitu 5 th, 7 th, dan 15 th.</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Menurut sistem ini hanya diberikan satu ancaman saja yang terberat yaitu 15 th.</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Commulatie Stelsel</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Apabila seseorang melakukan beberapa kali perbuatan pidana yang merupakan beberapa delik yang diancam dengan pidana sendiri-sendiri.</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Maka menurut sistem ini, tiap-tiap pidana yang diancamkan kepada tiap-tiap delik yang dilakukan oleh orang itu dijumlahkan.</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Contoh : 5 th + 7 th + 15 th = 27 th.</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Absorptie yang di pertajam</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Apabila seseorang malakukan perbuatan yang merupakan beberapa jenis delik yang diancam dengan pidana yang berlain-lainan.</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Menurut stelsel ini, pada hakikatnya hanya dijatuhi satu pidana yaitu pidana terberat akan tetapi ditambah 1/3 nya.</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Contoh: si A diancam hukuman 7 th, 5 th, dan 15 th, maka si A diancam hukuman (15 + (1/3 X 5) = 20 th.</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Commulatie sedang</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Apabila seseorang melakukan beberapa jenis delik yang masing-masing diancam dengan pidana sendiri-sendiri,</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">maka menurut sistem ini, semua pidana yang diancamkan oleh masing-masing delik dijatuhkan semuanya ;</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">akan tetapi, jumlah dari pidana itu harus dikurangi, yaitu jumlahnya tidak boleh melebihi dari pidana yang terberat ditambah 1/3.</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">Contoh: 5 th + 6 th + 15 th = 21 th</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: arial;">15 + ( 1/3 x 5) = 20 th.</span></div></div>Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.75673329999995-3.1024163000000002 104.62971129999995 -2.8798003 104.88375529999995tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-90968622590487737202011-09-15T09:12:00.005-07:002020-06-05T22:20:36.687-07:00TEMPUS DELICTI<div style="text-align: left;"><font face="arial" size="4"><b>WAKTU YANG DIANGGAP TERJADINYA SUATU TINDAK PIDANA</b></font></div><div style="text-align: left;"><font face="arial" size="4"><b>( Tempus Delicti )</b></font></div><div><font face="arial"><br /></font></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="font-family: arial; font-size: small;"><font face="arial">Perbuatan yang menimbulkan akibat yang dilarang oleh aturan hukum akan menimbulkan kesulitan apabila perbuatan dan akibat yang terjadi pada dua saat yang berbeda, sehingga kapan perbuataan pidana itu dilakukan, ditentukan (Tempus Delicti)<span><a name='more'></a></span></font></span></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-HurROMSD90o/XsLi1A6MAoI/AAAAAAAAAhk/MxFGAVeV5Gk7m3RGBSa4wu87cJZMDnm3gCK4BGAsYHg/Picture21.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><font face="arial"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="431" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-HurROMSD90o/XsLi1A6MAoI/AAAAAAAAAhk/MxFGAVeV5Gk7m3RGBSa4wu87cJZMDnm3gCK4BGAsYHg/w432-h640/Picture21.jpg" width="432" /></font></a></div></div><div><font face="arial"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4"><b>Manfaat diketahuinya tempus delicti :</b></font></div><div><font face="arial" size="2">1. Untuk mengetahui usia pelaku (Pasal 47 KUHP) dan usia korban untuk delik susila (Pasal 287 ayat 2, pasal 290 dan 291) pada saat peristiwa pidana itu terjadi.</font></div><div><font face="arial" size="2">2. Untuk mengetahui keadaan jiwa pelaku (Pasal 44 KUHP)</font></div><div><font face="arial" size="2">3. Kadaluarsa dalam penuntutan dan menjalani hukuman (Pasal 78-85 KUHP)</font></div><div><font face="arial" size="2">4. Asas legalitas (Pasal 1 ayat 1 KUHP)</font></div><div><font face="arial" size="2">5. Perubahan suatu undang-undang pidana (Pasal 1 ayat 2 KUHP)</font></div><div><font face="arial" size="2">6. Sebagai syarat mutlak sahnya surat dakwaan.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4"><b>Tempus Delicti ditimbulkan karena :</b></font></div><div><font face="arial" size="2">1. Berlakunya Pasal 1 ayat 1 KUHP.</font></div><div><font face="arial" size="2">2. Hukum transitur (Trantitoir Recht) yaitu Pasal 1 ayat 2 KUHP.</font></div><div><font face="arial" size="2">3. Adanya ketentuan lewat waktu (Verjaring) yaitu pasal 78 dan 79 KUHP.</font></div><div><font face="arial" size="2">4. Pasal 45 KUHP.</font></div><div><font face="arial" size="2">(Sumber: Buku “Hukum Pidana Materiil” karangan Soeharto RM, S.H)</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4"><b>Membicarakan Tentang Waktu Yang Berhubungan Dengan:</b></font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="4">a. Hukum Pidana tidak berlaku surut.</font></div><div><font face="arial" size="2">Adalah Apabila ada perbuatan suatu undang-undang, maka terhadap pelaku akan dikenakan undang-undang yang menguntungkan bagi terdakwa.</font></div><div><font face="arial" size="2">Suatu perbuatan pidana dapat dapat dihukum apabila pada waktu perbuatan itu dilakukan sudah terdapat peraturan yang melarang perbuatan tersebut serta mengancamnya dengan hukuman. Dengan demikian berarti harus lebih dahulu ada undang-undang yang mengaturnya sebelum perbuatan itu dilakukan.</font></div><div><font face="arial" size="2">Berdasarkan pada asas legalitas hukum pidana yang terdapat pada Pasal 1 ayat 1 KUHP yang berbunyi :</font></div><div><font face="arial" size="2">“Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan ketentuan pidana dalam undang-undang yang ada terdahulu sebelum perbuataan itu dilakukan. Jikalau undang-undang diubah setelah perbuatan itu dilakukan, maka kepada tersangka dikenakan ketentuan yang menguntungkan baginya”.</font></div><div><font face="arial" size="2">Contoh :</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="4">b. Kadaluwarsa (<i>Veryaring</i>)</font></div><div><font face="arial" size="2">Yaitu Untuk menentukan saat berlakunya kadaluwarsa, maka perlu diketahui saat/waktu yang mana dianggap terjadinya suatu kejahatan, jadi disini waktu kejadian harus benar-benar diketahui, karena perhitungan kadaluwarsa mulai keesokan harinya setelah hari kejadiannya (Pasal 79 KUHP).</font></div><div><font face="arial" size="2">Kadaluarsa yang dimaksud baik kadaluwarsa mengenai memalsukan pengaduan baik tindak pidana aduan,kadaluwarsa menjalankan hukuman maupun kadaluwarsa melakukan penuntutan terhadap si pelaku tindak pidana tersebut.</font></div><div><font face="arial" size="2">Contoh :</font></div><div><font face="arial" size="2">Eddy Tansil atau Tan Tjoe Hong atau Tan Tju Fuan divonis 20 tahun penjara, denda Rp.30 juta, membayar uang pengganti Rp.500 miliar, dan membayar kerugian negara Rp.1,3 triliun.</font></div><div><font face="arial" size="2">Namun ia melarikan diri dari LP Cipinang, Jakarta, karena terbukti menggelapkan uang sebesar 565 juta dolar Amerika (atau sekitar 1,5 triliun Rupiah dengan kurs saat itu) yang didapatnya melalui kredit Bank Bapindo melalui grup perusahaan Golden Key Group.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="4">c. Pasal 45 KUHP</font></div><div><font face="arial" size="2">Yaitu Pentingnya mengetahui waktu kejadian suatu peristiwa pidana berhubungan dengan seorang hakim memutuskan suatu peristiwa.</font></div><div><font face="arial" size="2">Terhadap anak yang belum mencapai umur 16 tahun,maka menurut pasal 45 KUHP seorang hakim dapat menjatuhkan salah satu dari 3 macam putusan yaitu :</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Hakim dapat memutuskan/memvonis pelaku tersebut dengan mengembalikannya kepada orang tua atau walinya.</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2">Contoh :</font></div><div><font face="arial" size="2">Seorang anak usia 12 tahun terbukti secara sah dan meyakinkan telah mencuri sebatang rokok disebuah warung.</font></div><div><font face="arial" size="2">Berdasarkan Doktrin dari Van Hammel yang berbunyi :</font></div><div><font face="arial" size="2">“Peristiwa pidana adalah perbuatan salah dan melanggar hukum, yang diancam pidana dan dilakukan oleh seorang yang mampu bertanggungjawab serta harus pula patut untuk dihukum”.</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Hakim dapat memerintahkan supaya si tersalah diserahkan kepada pemerintah tanpa dipidana.</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2">Contoh :</font></div><div><font face="arial" size="2">Tersangka kasus penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, yang lebih pantas untuk dimasukkan dalam panti rehabilitasi ketimbang ditahan di penjara.</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">Menjatuhkan hukuman yang diancamkan terhadap kejahatan yang dilakukan oleh terdakwa.</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2">Contoh :</font></div><div><font face="arial" size="2">Vonis 15 tahun penjara atas kasus terorisme yang dilakukan oleh tersangka Ustad Abu Bakar Ba’asyir.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="4">d. Berhubungan dengan Undang-undang No 3 Tahun 1997 tentang peradilan anak</font></div><div><font face="arial" size="2">Yaitu Pentingnya mengetahui waktu peristiwa pidana sehubungan dengan peradilan yang akan mengadilan si pelaku tersebut,karena apabila saat kejadian terdakwa sekurang-kurangnya berumur 8 tahun,tetapi belum berumur 18 tahun dan belum kawin,maka si terdakwa tersebut diadili dengan peradilan anak.</font></div><div><font face="arial" size="2">Apabila saat melakukan tindak pidana umur pelaku belum sampai 18 tahun dan belum kawin,tetapi pada saat diajukan kepersidangan umurnya lebih dari 18 tahun dan belum mencapai 21 tahun,maka pelaku tersebut tetap diadili di peradilan anak (Pasal 4 UU No.3 tahun 1997). Dalam hal ini si pelaku belum mencapai umur 8 tahun, maka terhadap anak itu dapat dibina oleh orang tua, walinya atau orang tua asuhnya, penyidik menyerahkan anak tersebut kepada orang tuanya atau pengasuhnya tersebut.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="1">DAFTAR PUSTAKA</font></div><div><font face="arial" size="1">Rohman Hasyim, S.H, M.H, Diktat Hukum Pidana, Palembang, 2006</font></div><div><font face="arial" size="1">Soeharto RM, S.H, Hukum Pidana Materiil, Sinar Grafika , Jakarta, 1993</font></div><div><font face="arial" size="1">Bambang Waluyo, S.H, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2008</font></div><div><font face="arial" size="1">R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Politeia, Bogor, 1991</font></div>Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.75673329999995-3.1024163000000002 104.62971129999995 -2.8798003 104.88375529999995tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-16500100390666025262011-09-15T09:10:00.004-07:002020-06-05T22:20:29.947-07:00LOCUS DELICTI<div><font face="arial" size="4"><b>Tempat yang Dianggap Terjadinya Suatu Tindak Pidana</b></font></div><div><font face="arial" size="4"><b>( LOCUS DELICTI )</b></font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><b style="color: #b51200; font-family: arial; font-size: large;">Tempat terjadinya peristiwa pidana antara lain :<span><a name='more'></a></span></b></div></div></div><div><font face="arial" size="2">1. Berhubungan dengan berlakunya hukum pidana</font></div><div><font face="arial" size="2">2. Berhubungan dengan Competentie Relatif</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4"><b>Manfaat diketahuinya locus delicti adalah :<span><!--more--></span></b></font></div><div><font face="arial" size="2">1. Menentukan berlakunya undang-undang pidana Nasional dalam hal konkret.</font></div><div><font face="arial" size="2">2. untuk mengetahui berwewenang atau tidaknya suatu pengadilan mengadili suatu perkara (kompetensi relative)</font></div><div><font face="arial" size="2">3. untuk mengetahui dapat tidaknya suatu hukum pidana diberlakukan terhadap suatu perkara.</font></div><div><font face="arial" size="2">4. sebagai salah satu syarat mutlak sahnya surat dakwaan.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-D-HpHCyJqWk/XrlKiuvtIZI/AAAAAAAAAfY/HWufgFlfm_452tCKFoMP0RN13OnBpYq-QCK4BGAsYHg/Picture21.jpg" style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="431" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-D-HpHCyJqWk/XrlKiuvtIZI/AAAAAAAAAfY/HWufgFlfm_452tCKFoMP0RN13OnBpYq-QCK4BGAsYHg/w432-h640/Picture21.jpg" width="432" /></a></div><div><br /></div><div><font face="arial" size="2">Jika kita memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku sekarang ini maka kita belum menemukan undang-undang yang mengatur secara khusus mengenai cara menentukan tempat terjadinya suatu peristiwa pidana (Locus Delicti), dengan demikian sulit bagi kita untuk menentukan hukum pidana mana yang berlaku terhadap orang yang melakukan tindak pidana ditempat diluar asal negaranya, untuk memecakan permasalahan tersebut.</font></div><div><font face="arial" size="2">Untuk menetapkan Locus Delicti tidak diatur dalam KUHP, melainkan diserahkan kepada ilmu dan praktek peradilan.</font></div><div><font face="arial" size="2">Menurut Satochid Kartanegara seperti yang telah dijelaskan sebelumnya ada 4 azas dalam memperlakukan KUHP, diantaranya azas territorial atau azas wilayah dapat dilihat dalam Pasal 2,3 KUHP.</font></div><div><font face="arial" size="2">Menurut azas ini bahwa berlakunya undang-undang hukum pidana suatu negara didasarkan pada tempat dimana perbuatan itu dilakukan,tempat tersebut harus terletak dalam wilayah dimana hukum pidana tersebut berlaku.</font></div><div><font face="arial" size="2">Contoh kasus :</font></div><div><font face="arial" size="2">Kasus pembunuhan berencana dengan pemberatan yang diduga dilakukan oleh pilot pesawat Garuda Indonesia, Pollycarpus Budihari Priyanto terhadap penumpang pesawatnya yang juga aktivis HAM, Munir Said Thalib dengan cara diracun saat berada didalam pesawat Garuda Indonesia yang tengah terbang menuju Amsterdam, Belanda dan saat itu telah memasuki wilayah Negara Belanda.</font></div><div><font face="arial" size="2">Maka untuk tersangka kasus pembunuhan Munir ini memakai asas hukum dan peradilan Indonesia karena tempat yang dianggap sebagai tempat terjadinya suatu perkara tindak pidana pembunuhan tsb berada didalam pesawat Garuda Indonesia.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Berdasarkan pada pasal 3 KUHPidana yang mengatakan :</font></div><div><font face="arial" size="2">”Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang yang diluar Wilayah Indonesia melakukan tindak pidana didalam kendaraan air atau pesawat udara Indonesia”.</font></div><div><font face="arial" size="2">Dalam membicarakan tempat atau locus delicti suatu perbuatan pidana azas wilayah dapat membantu memecahkannya, dimana apabila terjadi suatu peristiwa pidana didalam suatu negara dapat diperlakukan hukum pidana ditempat dimana kejadian tersebut atau tempat terjadinya peristiwa pidana.</font></div><div><font face="arial" size="2">Agar dapat menyelesaikan persoalan tentang Locus Delicti itu maka oleh Ilmu Hukum pidana bersama dengan Yurisprudensi Hukum Pidana telah dibuat 3 macam teori, yaitu :</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">A. TEORI ALAT ( DELEER VAN HET INSTRUMEN )</font></div><div><font face="arial" size="2">Yaitu Suatu tempat yang dianggap tempat terjadinya peristiwa pidana adalah tempat dimana alat bekerja atau tempat dimana alat yang dipergunakan untuk menyelesaikannya suatu tindak pidana tsb, dengan kata lain tempat dimana ada “uitwaking” (alat yang dipergunakan). Ajaran ini dikenal dengan ajaran “Teori Alat”.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Contoh kasus:</font></div><div><font face="arial" size="2">Terjadi perkelahian antara A dan B di pinggir di pinggir jalan raya, Lampung. B terkapar karena luka-luka ditikam A. oleh warga, B dilarikan ke Puskesmas setempat. Karena terlalu parah akhirnya pihak Puskesmas mengirim B ke RSUD dr.Moehammad Hoesin Palembang. Kurang lebih 2 jam dirawat B meninggal. Karena luka yang dideritanya.</font></div><div><font face="arial" size="2">alat berupa senjata tajam yang digunakan A dalam perkelahiannya dengan B bereaksi / berfungsi / bekerja di tempat perkelahian yaitu di pinggir jalan raya, Lampung, dengan demikian maka yang berwewenang mengadili kasus ini adalah Pengadilan Negeri Lampung, karena temnpat terjadinya perkelahian yang berujung penusukan itu masuk dalam wilayah hukum kotamadya Lampung.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">B. TEORI AKIBAT (DELEER VAN HET DEMEER VOUDIGE PLAT )</font></div><div><font face="arial" size="2">Yaitu Suatu tempat yang dianggap tempat terjadinya peristiwa pidana adalah tempat dimana kejadian menimbulkan akibat “ajaran ini dikenal dengan ajaran teori akibat”.</font></div><div><font face="arial" size="2">Contoh kasus :</font></div><div><font face="arial" size="2">Seorang Warga Negara Malaysia yang berdomisili di Kuala Lumpur, Malaysia melakukan tindak pidana penipuan (Pasal 378 KUHP) berkedok undian berhadiah terhadap korban WNI yang berada di Indonesia, karena terbuai akan bujuk rayu serta iming-iming mendapat hadiah besar korban memenuhi permintaan si penipu untuk mentransfer sejumlah uang, akibat kejadian tsb korban mengalami kerugian jutaan Rupiah.</font></div><div><font face="arial" size="2">Menurut ajaran Deleer van het demeer voudige Peradilan Indonesia yang berwenang mengadili kasus ini karena akibat yang ditimbulkan atas kejadian tindak pidana penipuan tsb berada di Wilayah Negara Indonesia.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="4">C. TEORI PERBUATAN MATERIIL ( DELEER VAN DELICHAMELYKE DAAD)</font></div><div><font face="arial" size="2">Yaitu suatu tempat yang dimana dianggap tempat dilakukannya kejahatan adalah tempat dimana perbuatan itu dilakukan (tempat kejadian).</font></div><div><font face="arial" size="2">Contoh :</font></div><div><font face="arial" size="2">Seorang teroris bernama A berniat membunuh B seorang warga Negara Jepang. Untuk melaksanakan niatnya, secara diam-diam A memasang bom di pesawat terbang yang akan ditumpang A dari Bandara Soekarno Hatta menuju Bandara Narita, Jepang. saat pesawat tersebut berada di wilayah udara Singapura bom yang dipasang B meledak. Hanya sebagian kecil penumpang pesawat termasuk B yang masih hidup, meskipun dalam kondisi kritis. Oleh keluarganya B dibawa ke Tokyo Jepang, Akan tetapi sesampai di depan rumah sakit Tokyo, Jepang B menghembuskan nafas terakhirnya akibat pendarahan yang cukup parah.</font></div><div><font face="arial" size="2">menurut ajaran deleer van delichamelijke daad bahwa perbuatan secara fisik yakni memasang bom dilakukan oleh A di pesawat yang sedang parkir di Bandara Soekarno-Hatta,dimana pesawat tersebutlah yang akan digunakan B ke Jepang. Dengan demikian, maka hukum pidana yang diberlakukan untuk mengadili perkara ini adalah Hukum Pidana Indonesia. Demikian pula pengadilan yang berwewenang mengadili perkara ini. Adalah Pengadilan Negeri Tanggerang, karena Bandara Soekarno-Hatta berada di wilayah Tanggerang.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">A.2 Competentie Relatief (Tempat Wilayah)</font></div><div><font face="arial" size="2">Competentie Relatief adalah wilayah hukum suatu Pengadilan Negara untuk mengadilan suatu perkara pidana, dengan kata lain pengadilan negara mana yang berwenang mengadili suatu peristiwa pidana.</font></div><div><font face="arial" size="2">Dalam undang-undang No 8 Tahun 1981 tentang KUHAP tidak secara experessisverbis mengenai tempus dan locus delicti, tetapi menentukan competentie relative pengadilan negeri. Contoh dalam pasal 84 ayat (1) dan (2).</font></div><div><font face="arial" size="2">Suatu ketentuan baru yang diatur dalam pasal 85 KUHAP ialah dalam hal keadaan daerah tidak mengizinkan suatu Pengadilan Negeri untuk mengadili suatu perkara, maka atas usul Ketua Pengadilan Negeri atau Kepala Kejaksaan Negeri ybs, Mahkamah Agung mengusulkan kepada Menteri Kehakiman untuk menetapkan Pengadilan Negeri lain daripada yang tsb pada pasal 84 untuk mengadili perkara tsb. Dalam penjelasan pasal 85 itu dikemukakan bahwa aygn dimaksud dengan “keadaan daerah yang tidak mengizinkan” ialah antara lain tidak amannya daerah atau adanya bencana alam, dsb.</font></div><div><font face="arial" size="2">Ketentuan yang baru pula terdapat pada pasal 86 KUHAP yang menyatakan bahwa KUHP menganut asas personalitas aktif dan asas personalitas pasif, yang membuka kemungkinan apabila seseorang melakukan tindak pidana diluar negeri yang dapat diadili menurut hukum di Republik Indonesia, dengan maksud perkara pidana tsb dapat dengan mudah dan lancer maka ditunjuk Pengadian Negeri Jakarta Pusat yang berwenang mengadilinya.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="1">DAFTAR PUSTAKA</font></div><div><font face="arial" size="1">Rohman Hasyim, S.H, M.H, Diktat Hukum Pidana, Palembang, 2006</font></div><div><font face="arial" size="1">Soeharto RM, S.H, Hukum Pidana Materiil, Sinar Grafika , Jakarta, 1993</font></div><div><font face="arial" size="1">Bambang Waluyo, S.H, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2008</font></div><div><font face="arial" size="1">R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Politeia, Bogor, 1991</font></div>Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.75673329999995-3.1024163000000002 104.62971129999995 -2.8798003 104.88375529999995tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-68672954545787724792011-09-15T08:54:00.011-07:002020-12-15T13:47:21.171-08:00DEELNEMING<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times;"><i>Delneming </i><span>adalah tindak pidana yang dilakukan oleh lebih dari satu orang, artinya ada orang lain dalam jumlah</span><font><span><span></span></span></font></span></p><a name='more'></a><span style="font-family: Times;">tertentu yang turut serta, turut campur, turut berbuat membantu melakukan agar suatu tindak pidana itu terjadi, atau dalam kata lain, orang yang lebih dari satu orang secara bersama-sama melakukan tindak pidana, sehingga harus cari pertanggungjawaban dan peranan masing-masing peserta dalam persitiwa pidana tersebut.<br /><span>Tujuan deelneming adalah untuk minta pertanggungjawaban terhadap orang-orang yang ikut ambil bagian sehingga terjadinya suatu tindak pidana.</span><font><br /></font><font><br /></font></span><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-OrChQWCBF24/XrlJfhlPHFI/AAAAAAAAAes/yZw9U8HR3DwYpXaDEbshAt5IU-0dVTLdwCK4BGAsYHg/Picture17.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><font face="Times"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="429" height="400" src="https://1.bp.blogspot.com/-OrChQWCBF24/XrlJfhlPHFI/AAAAAAAAAes/yZw9U8HR3DwYpXaDEbshAt5IU-0dVTLdwCK4BGAsYHg/w268-h400/Picture17.jpg" width="268" /></font></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: left;"><font face="Times"><br /><br /></font></td></tr></tbody></table><span style="font-family: Times;"><b><font>Hubungan antar peserta dalam menyelesaikan tindak pidana tersebut, adalah :<br /></font></b><font>1. Bersama-sama melakukan kejahatan.<br /></font><font>2. Seorang mempunyai kehendak dan merencanakan suatu kejahatan sedangkan ia mempergunakan orang lain untuk melaksanakan tindak pidana tersebut.<br /></font><font>3. Seorang saja yang melaksanakan tindak pidana, sedangkan orang lain membantu melaksanakan tindak pidana tersebut.<br /></font><font><b>Penyertaan dapat dibagi menurut sifatnya :<br /></b></font><font>1. Bentuk penyertaan berdiri sendiri: mereka yang melakukan dan yang turut serta melakukan tindak pidana. Pertanggung jawaban masing2 peserta dinilai senidiri-sendiri atas segala perbuatan yang dilakukan.<br /></font><font>2. Bentuk penyertaan yang tidak berdiri sendiri: pembujuk, pembantu, dan yang menyuruh untuk melakukan tindak pidana. Pertanggungjawaban dari peserta yang satu digantungkan pada perbuatan peserta lain. Apabila peserta satu dihukum yang lain juga.<br /></font><font><b>Di dalam KUHP terdapat 2 bentuk penyertaan:<br /></b></font><font>1. Para Pembuat (mededader) pasal 55 KUHP, yaitu:<br /></font><font><span> </span>a. yang melakukan (plegen)<br /></font><font><span> </span>b. yang menyuruh melakukan (doen plegen)<br /></font><font><span> </span>c. yang turut serta melakukan (mede plegen)<br /></font><font><span> </span>d. yang sengaja menganjurkan (uitlokken)<br /></font><font>2. Pembuat Pembantu (madeplichtigheid) 56 KUHP<br /></font><font>Pasal 56 KUHP menyebutkan pembantu kejahatan:<br /></font><font>a. Mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu/saat kejahatan dilakukan.<br /></font><font>b. Mereka yang memberi kesempatan sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan (sebelum kejahatan dilakukan)<br /></font><font>Dengan demikian dapat diketahui siapa saja orang yang dapat membuat tindak pidana dan siapa pula yang terlibat dalam terwujudnya tindak pidana :<br /></font><font>1. Pembuat tunggal (dader), kriterianya: (a) dalam mewujudkan tindak pidana tidak ada keterlibatan orang lain baik secara fisik maupun psikis; (b) dia melakukan perbuatan yang telah memenuhi seluruh unsur tindak pidana dalam undang-undang.<br /></font><font>2. Para pembuat, ada 4 bentuk<br /></font><font>3. Pembuat Pembantu.<br /></font><font>Perbedaan antara para pembuat dengan pembuat pembantu adalah: para pembuat (mededader) secara langsung turut serta dalam pelaksanaan tindak pidana, sedangkan pembuat pembantu hanya memberi bantuan yang sedikit atau banyak bermanfaat dalam melaksanakan tindak pidana.<br /></font><font>Pembuat yang dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) adalah ia tidak melakukan tindap pidana secara pribadi, melainkan secara bersama-sama dengan orang lain dalam mewujudkan tindak pidana. Apabila dilihat dari perbuatan masing2 peserta berdiri sendiri, tetapi hanya memenuhi sebagian unsur tindak pidana. Dengan demikian semua unsur tindak pidana terpenuhi tidak oleh perbuatan satu peserta, tetapi oleh rangkaian perbuatan semua peserta.<br /></font><font>Apabila dalam suatu tindak pidana tersangkut beberapa orang, maka pertanggungjawaban masing-masing orang yang melakukannya adalah tidak sama, tergantung pada hubungan peserta tsb terhadap perbuatan yang dilakukannya dalam suatu tindak pidana tsb.<br /></font><font><b>Berdasarkan pendapat dari para ahli, <i>deelneming </i>terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :<br /></b></font><font>1. <i>Zelfstandige deelneming</i> (<i>Deelneming </i>yang berdiri sendiri)<br /></font><font>Artinya orang yang turut melakukan tindak pidana pidana tsb diminta pertanggungjawabannya secara sendiri.<br /></font><font>2. <i>On Zelfstanddige deelneming</i> (<i>Deelneming </i>yang tidak berdiri sendiri)<br /></font><font>Artinya pertangungjawaban orang yang turut melakukan tindak pidana pidana tsb digantungkan kepada orang lain yang turut melakukannya juga.<br /></font><font color="#b51200"><b>Orang-orang yang melakukannya dapat dibagi atas 4 macam, yaitu :<br /></b></font><font>1. <i>Pleger </i>(Orang yang melakukan).<br /></font><font>Mereka yang termasuk golongan ini adalah pelaku tindak pidana yang melakukan perbuatannya sendiri, baik dengan memakai alat maupun tidak memakai alat. Dengan kata lain, pleger adalah mereka yang memenuhi seluruh unsur yang ada dalam suatu perumusan karakteristik delik pidana dalam setiap pasal.<br /></font><font>2. <span><i>Doen Plege</i></span><span><i>r</i> (Orang yang menyuruh untuk melakukan)<br /></span></font><font>Untuk dapat dikategorikan sebagai doen pleger sedikitnya harus ada dua orang, yaitu ada yang menyuruh (<i>Doen Pleger</i>) dan yang disuruh (<i>Pleger</i>).<br /></font><font>Sebab Doen Pleger adalah seseorang yang ingin melakukan tindak pidana, tetapi dia tidak melakukannya sendiri melainkan menggunakan atau menyuruh orang lain, dengan catatan yang dipakai atau disuruh tidak bisa menolak atau menentang kehendak orang yang menyuruh melakukan. Dalam posisi yang demikian, Orang yang disuruh melakukan itu harus pula hanya sekedar menjadi alat (instrumen) belaka, dan perbutan itu sepenuhnya dikendalikan oleh orang yang menyuruh melakukan. Sesungguhnya yang benar-benar melakukan tindak pidana langsung adalah orang yang disuruh melakukan, tetapi yang bertanggung jawab adalah orang lain, yaitu orang yang menyuruh melakukan. Hal ini disebabkan orang yang disuruh melakukan secara hukum tidak bisa dipersalahkan atau tidak dapat dipertanggungjawabkan. Orang yang disuruh mempunyai "dasar-dasar yang menghilangkan sifat pidana. Sebagaimana diatur dalam Pasal 44, 48, 49, 50 dan 51 KUH Pidana.<br /></font><font>Contoh kasus :<br /></font><font>Seorang Perwira Polisi bernama A ingin membalas dendam kepada seorang musuhnya bernama B, untuk melakukan keinginannya tsb ia memerintahkan bawahannya, seorang Bintara Polisi bernama C untuk menangkap B atas tuduhan telah melakukan suatu tindak pidana pencurian.<br /></font><font>Dalam hal ini C tidak dapat dihukum atas perampasan kemerdekaan seseorang karena ia berada dibawah perintah dan ia menyangka perintah itu ialah perintah syah. Sedangkan yang dapat dihukum atas tuduhan perampasan kemerdekaan ialah sang Perwira Polisi bernama A.<br /></font><font>3. <i>Medepleger </i>(Orang yang turut melakukan).<br /></font><font>Turut melakukan berarti bersama-sama melakukan suatu tindak pidana. Sedikitnya harus ada 2 orang, ialah yang melakukan (<i>Pleger</i>) dan orang yang turut melakukan (<i>Medepleger</i>) tindak pidana tsb. Kedua orang ini kesemuanya melakukan perbuatan pelaksanaan suatu tindak pidana tsb.<br /></font><font>Ada 2 syarat bagi adanya turut melakukan tindak pidana :<br /></font><font>1. Kerjasama yang disadari antara para pelaku atau dalam kata lain suatu kehendak bersama antara mereka.<br /></font><font>2. Mereka harus bersama-sama melaksanakan kehendak itu (kerjasama secara fisik).<br /></font><font>Contoh kasus :<br /></font><font>A dan B berniat mencuri dirumah C. A masuk dari atap rumah lalu membuka pintu untuk B dapat masuk, Kedua-duanya masuk kedalam rumah dan mengambil barang milik C.<br /></font><font>Disini C dihukum sebagai “Medepleger” karena melakukan perbuatan pelaksanaan pencurian tsb.<br /></font><font>4. <i>Uitlokker </i>(orang yang membujuk untuk melakukan)<br /></font><font>Secara sederhana pengertian uitlokker adalah setiap orang yang menggerakkan atau membujuk orang lain untuk melakukan suatu tindak pidana. Istilah "menggerakkan" atau "membujuk" ruang lingkup pengertiannya sudah dibatasi oleh Pasal 55 ayat (1) bagian 1 KUH Pidana yaitu dengan cara memberikan atau menjanjikan sesuatu, menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, memberi kesempatan, sarana dan keterangan. Berbeda dengan "orang yang disuruh melakukan", "orang yang dibujuk tetap" dapat dihukum, karena dia masih tetap mempunyai kesempatan untuk menghindari perbuatan yang dibujukkan kepadanya. Tanggung jawab orang yang membujuk (uitlokker) hanya terbatas pada tindakan dan akibat-akibat dari perbuatan yang dibujuknya, selebih tanggung jawab yang dibujuk sendiri.<br /></font><font>Semua golongan yang disebut Pasal 55 KUH Pidana tergolong kepada pelaku tindak pidana, sehingga hukuman buat mereka juga disamakan. Sebaliknya, Pasal 56 KUH Pidana mengatur mengenai orang digolongkan sebagai "orang yang membantu" melakukan tindak pidana (medeplichtig) atau "pembantu". Orang dikatakan termasuk sebagai "yang membantu" tindak pidana jika ia memberikan bantuan kepada pelaku pada saat atau sebelum tindak pidana tersebut dilakukan. Apabilan bantuan diberikan sesudah tindakan, tidak lagi termasuk "orang yang membantu" tetapi termasuk sebagai penadah atau persekongkolan. Sifat bantuan bisa berbentuk apa saja, baik materil maupun moral. Tetapi antara bantuan yang diberikan dengan hasil bantuannya harus ada sebab akibat yang jelas dan berhubungan. Begitupula sifat bantuan harus benar-benar dalam taraf membantu dan bukan merupakan suatu tindakan yang berdiri sendiri. Perbuatan yang sudah berdiri sendiri tidak lagi termasuk "turut membantu" tetapi sudh menjadi "turut melakukan". Inisiatif atau niat harus pula datang dari pihak yang diberi bantuan, sebab jika inisiatif atau niat itu berasal dari orang yang memberi bantuan, sudah termasuk dalam golongan "membujuk melakukan" (uitlokker).<br /></font><font>Seseorang dengan sengaja membujuk seseorang untuk melakukan suatu tindak pidana dengan memakai bujuk rayu, pemberian, salah memakai kekuasaan, dsb. Sedikitnya harus ada 2 orang, yaitu yang membujuk dan yang dibujuk.<br /></font><span><font>Contoh kasus :<br /></font></span><font>Kasus Antasari Azhar.<br /></font><font>Antasari diduga meminta Kombes Pol Williardi Wizard untuk membantu mancari orang untuk dapat membantu melakukan suatu tindak pidana pembunuhan. Williardi menyuruh Jerry Hermawan Lo dan Edo untuk membunuh Nasruddin Zulkarnaen seorang, Direktur PT. Putra Rajawali Banjaran (PRB).<br /></font><font>Dalam kasus ini Antasari Azhar dan Williardi Wizard dapat sebagai Uitlokker, karena telah membujuk seseorang untuk melakukan suatu tindak pidana pembunuhan terhadap Nasruddin Zulkarnain.<br /></font><font color="#b51200"><b>Orang yang sengaja menganjurkan (pembuat penganjur: uitlokker/aktor intelektualis), unsur-unsurnya adalah:<br /></b></font><font>1. Unsur obyektif:<br /></font><font><span> </span>a. Unsur perbuatan, adalah menganjurkan orang lain melakukan perbuatan<br /></font><font><span> </span>b. Caranya ialah:<br /></font><font><span> <span> </span></span>1) Memberikan sesuatu<br /></font><font><span> <span> </span> </span>2) Menjanjikan sesuatu<br /></font><font><span> <span> </span> </span>3) Menyalahgunakan kekuasaan<br /></font><font><span> <span> </span> </span>4) Menyalahgunakan martabat/jabatan<br /></font><font><span> <span> </span> </span>5) Kekerasan<br /></font><font><span><span> </span> </span>6) Ancaman<br /></font><font><span> <span> </span> </span>7) Penyesatan<br /></font><font><span> <span> <span> </span> </span></span>8) Memberi kesempatan<br /></font><font><span> <span> </span> </span>9) Memberi sarana<br /></font><font><span> <span> </span> </span>10) Memberi keterangan.<br /></font><font>2. Unsur subyektif: dengan sengaja.<br /></font><font>Ada 5 syarat dari seorang pembuat penganjur / pembujuk :<br /></font><font>1. Kesengajaan si pembuat penganjur yang harus ditujukan pada 4 hal :<br /></font><font>a. Ditujukan pada digunakannya upaya-upaya penganjuran.<br /></font><font>b. Ditujukan pada mewujudkan perbuatan menganjurkan beserta akibatnya<br /></font><font>c. Ditujukan pada orang lain untuk melakukan perbuatan. Kesengajaan itu harus ditujukan agar orang lain itu melakukan tindak pidana.<br /></font><font>Contoh:<br /></font><font>A dengan menjanjikan upah sebesar 20 juta kepada B untuk membunuh C. perbuatan yang dimaksud adalah tindak pidana pembunuhan. Di sini kesengajaan A ditujukan pada B untuk melakukan pembunuhan.<br /></font><font>Dalam hal ini tidak ditujukan pada orang satu-satunya (B) karena bisa saja yang melaksanakan pembunuhan itu orang lain.<br /></font><font>d. Ditujukan pada orang lain yang mampu bertanggung jawab atau dapat dipidana. Hal ini penting untuk membedakan dengan pembuat penyuruh (Doen Pleger)<br /></font><font>2. Dalam melakukan perbuatan meganjurkan harus menggunakan cara-cara menganjurkan sebagaimana Pasal 55 ayat (1) dan 2.<br /></font><font>Tidaklah boleh dengan menggunakan upaya lain, misalnya menghimbau. Hal ini yang membedakan antara pembuat penganjur dengan pembuat penyuruh. Pada pembuat penyuruh dapat menggunakan segala cara, asalkan pembuat materiilnya tidak dapat dipertanggungjawabkan.<br /></font><font>a. Memberikan sesuatu.<br /></font><font>Sesuatu di sini hrs berharga, sebab kalau tidak tidak berarti apa-apa/tidak dapat mempengaruhi orang yang dianjurkan. Misalnya uang, mobil, pekerjaan dsb. A memberikan uang 10 jt kepada B untuk membunuh C.<br /></font><font>b. Menjanjikan sesuatu<br /></font><font>Janji adalah upaya yang dapat menimbulkan kepercayaan bagi orang lain, janji itu belum diwujudkan, tetapi janji itu telah menimbulkan kepercayaan untuk dipenuhi. A berjanji kepada B akan memberikan uang jika berhasil membunuh C<br /></font><font>c. Menyalahgunakan kekuasaan.<br /></font><font>Adalah menggunakan kekuasaan yang dimiliki secara salah. Kekuasaan ini adalah kekuasaan dalam hubungannya dengan jabatan atau pekerjaan. Oleh karena itu upaya menyalahgunakan kekuasaan di sini diperlukan 2 syarat:<br /></font><font>1. Upaya ini digunakan dalam hal yang berhubungan atau dalam ruang lingkup tugas pekerjaan dari pemegang kekuasaan dan orang yang ada di bawah pengaruh kekuasaan (orang yang dianjurkan)<br /></font><font>2. Hubungan kekuasaan itu harus ada pada saat dilakukannya upaya penganjuran dan pada saat pelaksanaan tindak pidana sesuai dengan apa yang dianjurkan. Apabila hubungan kekuasaan itu telah putus, maka tidak terdapat penganjuran, karenanya pelaku mempertanggungjawabkan sendiri perbuatannya.<br /></font><font>d. Menyalahgunakan martabat<br /></font><font>Martabat di sini misalnya orang yang mempunyai kedudukan terhormat, misalnya tokoh politik, pejabat publik, sperti camat, todat, toga, tomas. Kedudukan seperti itu mempunyai kewibawaan yang dapat memberikan pengaruh pada masyarakat atau orang2, pengaruh tsb dapat disalahgunakan. (menyalahgunakan martabat)<br /></font><font>e. Menggunakan kekerasan<br /></font><font>Menggunakan kekuatan fisik pada orang lain sehingga menimbulkan akibat ketidak berdayaan orang yang menerima kekerasan itu. Tetepi syaratnya adalah berupa ketidakberdayaan yang sifatnya sedemikian rupa sehingga dia masih memiliki kesempatan dan kemungkinan cukup untuk melawan kekerasan itu tanpa resiko yang terlalu besar (menolak segala apa yang dianjurkan)<br /></font><font>f. Menggunakan ancaman<br /></font><font>Ancaman adalah suatu paksaan yang bersifat psikis yang menekan kehendak orang sedemikian rupa sehingga dia memutuskan kehendak untuk menuruti apa yang dikehendaki oleh orang yang mengancam. Ancaman juga menimbulkan ketidakberdayaan, tetapi tidak bersifat fisik, melainkan psikis, misalnya menimbulkan rasa ketakutan, rasa curiga, was-was. Misalnya akan dilaporkan akan dibuka rahasianya. Ancaman di sini juga hrs dapt menimbulkan kepercayaan bhw yang diancamkan itu akan diwujudkan oleh pengancam. Sebab kalau tidak ada kepercayaan, misalnya hanya bercanda saja, maka hanya pembuat materiilnya saja yang dipidana.<br /></font><font>g. Menggunakan penyesatan (kebohongan)<br /></font><font>Berupa perbuatan yang sengaja dilakukan untuk mengelabui atau mengkelirukan anggapan atau pendirian orang dengan segala sesuatu yang isinya tidak benar atau bersifat palsu, sehingga orang itu menjadi salah atau keliru dalam pendirian.<br /></font><font color="#b51200"><b>Perbedaan penyesatan dalam pembuat penyuruh dan pembuat penganjur adalah:<br /></b></font><font>1. Penyesatan pada bentuk pembuat pembuat penyuruh adalah penyesatan yang ditujukan pada unsur tindak pidana, misal penjahat yang menyuruh kuli untuk menurunkan sebuah kopor milik orang lain. Tetapi penyesatan pada pembuat pengajur tidaklah ditujukan pada unsur tindak pidana tetapi ditujukan pada unsur motif tindak pidana.<br /></font><font>Contoh :<br /></font><font>A sakit hati pada C dan karenanya A mengehendaki agar C mengalami penderitaan. Untuk itu A menyampaikan berita bohong yang menyesatkan B bahwa C telah berslingkuh dengan isterinya B dengan membuat alibi (pernyataan) palsu, dan dengan sangat meyakinkan A menganjurkan kepada B agar membunuh atau dianiaya saja C. penyesatan di sini adalah ditujukan pada motif agar B sakit hati dan membenci C, atau memberikan dorongan agar timbul sakit hati, benci dan dendam pada B, sehingga mendorong B untuk melakukan sesuai dengan kehendak A. apabila B tersesat dalam pendirian dan kemudian membunuh atau menganiaya C maka terjadi bentuk pembuat penganjur.<br /></font><font>2. Berbuat karena tersesat dalam hal unsur tindak pidana, pembuatnya tidak dapat dipidana. Di sini terjadi bentuk pembuat penyuruh yang dipidana adalah pembuat penyuruhnya. Pembuat materiilnya tidak dapat dipidana. Tetapi berbuat karena tersesat dalam hal unsur motif, yang terjadi adalah bentuk pembuat penganjur, dimana keduanya sama2 dapat dipidana.<br /></font><font>h. Memberikan kesempatan<br /></font><font>Adalah memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi orang lain untuk melakukan tindak pidana. Ex: A penjaga gudang yang menganjurkan kepada B untuk mencuri di gudang dengan kespakatan pembagian hasilnya, sengaja memberi kesempatan kepada B untuk mencuri dengan berpura-pura sakit sehingga pada malam itu dia absen dari tugasnya.<br /></font><font>i. Memberikan sarana<br /></font><font>Berupa memberikan alat atau bahan untuk digunakan dalam melakukan tindak pidana. Misalnya A penjaga gudang sengaja menganjurkan pada B untuk mencuri di gudang dengan kesepakatan bagi hasil dengan cara memberikan kunci duplikat.<br /></font><font>j. Memberikan keterangan<br /></font><font>Memberikan informasi, berita-berita yang berupa kalimat yang dapat menarik kehendak orang lain sehingga orang yang menerima informasi itu timbul kehendaknya untuk melakukan suatu tindak pidana, yang kemudian tindak pidana itu benar dilaksanakan.<br /></font><font>3. Terbentuknya kehendak orang yang dianjurkan (pembuat peklaksananya) untuk meakukan tindak pidana sesuai dengan apa yang dianjurkan adalah disebabkan langsung oleh digunakannya upaya2 penganjuran oleh si pembuat penganjur. Di sini terjadi hubungan sebab akibat. Sebab adalah digunakan upaya penganjuran, dan akibat adalah terbentuknya kehendak orang yang dianjurkan. Jadi jelaslah inisiatif dalam hal penganjuran selalu dan pasti berasal dari pembuat penganjur. Hal ini pula yang membedakan dengan bentuk pembantuan. Pada pembantuan (pasal 56) inisiatif untuk mewujudkan tindak pidana selalu berasal dari pembuat pelaksananya, dan bukan dari pembuat pembantu.<br /></font><font>4. Orang yang dianjurkan (pembuat pelaksanaanya) telah melaksanakan tindak pidana sesuai dengan yang dianjurkan<br /></font><font>5. Orang yang dianjurkan adalah orang yang memiliki kemampuan bertanggungjawab.<br /></font><font><br /></font></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="font-family: Times;"><font><u>DAFTAR PUSTAKA :</u><br /></font><font>Rohman Hasyim, S.H, M.H, Diktat Hukum Pidana, Palembang, 2006<br /></font><font>Soeharto RM, S.H, Hukum Pidana Materiil, Sinar Grafika , Jakarta, 1993<br /></font><font>Bambang Waluyo, S.H, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2008<br /></font><font>R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Politeia, Bogor, 1991</font></span><p></p></div></div>Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.75673329999995-3.1024163000000002 104.62971129999995 -2.8798003 104.88375529999995tag:blogger.com,1999:blog-329925669810284795.post-13832478434384381352011-09-15T08:49:00.004-07:002020-06-05T22:20:42.736-07:00HUKUM PIDANA<div><font face="arial" size="4">• Prof. Simons</font></div><div><font face="arial" size="2">Hukum pidana adalah semuanya perintah-perintah dan larangan-larangan yang diadakan oleh Negara dan yang <span><a name='more'></a></span>diancam dengan suatu pidana bagi siapa yang tidak menaatinya.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="4">• Prof.Moeljatno</font></div><div><font face="arial" size="2">Hukum pidana adalah bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu Negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk :<span><!--more--></span></font></div><div><font face="arial" size="2">- Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak dilakukan yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sangsi yang berupa pidana tertentu bagi siapa yang melanggar larangan itu.</font></div><div><font face="arial" size="2">- Menentukan kapan dan daalm hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.</font></div><div><font face="arial" size="2">- Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang telah melanggar larangan tsb.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="4">• Prof. Sidarto</font></div><div><font face="arial" size="2">Hukum pidana adalah suatu penderitaan yang sengaja dilakukan kepada orang yang melakukan suatu perbuatan pidana yang memenuhi syarat tertentu.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="4">• Ruslan Saleh, S.H</font></div><div><font face="arial" size="2">Pidana adalah reaksi delic/tindak pidana/peristiwa pidana/perbuatan pidana/berwujud suatu nistapa yang dengan sengaja ditimpahkan oleh Negara kepada pembuat delic itu.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="4">• Ted Hendrich, S.H</font></div><div><font face="arial" size="2">Pidana adalah hukuman yang dijatuhkan oleh penguasa yang dapat berupa kerugian atau penderitaan kepada pelaku tindak pidana.</font></div><div><font face="arial" size="2"><b><br /></b></font></div><div><font face="arial" size="4">• Hla Hart</font></div><div><font face="arial" size="2">Pidana itu mengandung unsur-unsur :</font></div><div><ul style="text-align: left;"><li><font face="arial" size="2">- Unsur penderitaan / konsekuensi</font></li><li><font face="arial" size="2">- Dikenakan kepada seseorang yang benar-benar telah melakukan kejahatan</font></li><li><font face="arial" size="2">- Dikenakan yang berhubungan dengan suatu tindak pidana</font></li><li><font face="arial" size="2">- Dilaksanakan dengan sengaja oleh orang lain selain pelaku tindak pidana</font></li><li><font face="arial" size="2">- Dijatuhkan dan dilaksanakan oleh penguasa sesuai dengan ketentuan suatu system hukum yang dilanggar oleh pelaku tindak pidana</font></li></ul></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><u>Jika diambil kesimpulan secara umum,</u></font></div><div><font face="arial" size="2">Hukum adalah sejumlah peraturan yang berisikan larangan-larangan atau keharusan-keharusan dimana terhadap pelanggarannya diancam dengan hukuman.</font></div><div><font face="arial" size="2">Hukum pidana dapat didefinisikan sebagai keseluruhan peraturan yang isinya menunjukkan peristiwa pidana yang disertai dengan ancaman hukuman pada penyelenggaranya.</font></div><div><font face="arial" size="2">Hukum Pidana bertujuan untuk melindungi kepentingan umum atau kepentingan masyarakat.</font></div><div><font face="arial" size="2">Hukum pidana mempunyai keistimewaan yang sering dikatakan sebagai “Pedang Bermata Dua” artinya disatu sisi ia berusaha melindungi kepentingan orang lain (umum), namun di sisi lain ia menyerang kepentingan orang lain, yaitu dengan adanya hukuman yang dijatuhkan pada seseorang yang melakukan perbuatan pidana.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font color="#b51200" face="arial" size="6">Unsur-unsur Hukum Pidana :</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="4"><u><b>a. Unsur Subyektif</b></u></font></div><div><font face="arial" size="2">Harus ada orang atau pelaku, dimana pelaku tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :</font></div><div><font face="arial" size="4">1. Bertanggung jawab</font></div><div><font face="arial" size="2">Sebab ada orang-orang yang hanya “bertanggungjawab sebagian” karena penyakit yang dideritanya, sehingga orang-orang tersebut dapat digolongkan menjadi orang-orang yang bertanggung jawab sebagian, misalnya:</font></div><div><span style="font-family: arial; font-size: small;"><font face="arial"><br /></font></span></div><div><span style="font-family: arial;"><font face="arial" size="2">a. Kliptomani adalah seseorang yang menderita penyakit suka mencuri.</font></span></div><div><font face="arial" size="2">Maksudnya ia tidak pernah menyadari bahwa sesungguhnya perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang dilarang oleh UU. Namun tindakan ini dilakukan semata-mata karena penyakitnya. Seorang Kliptoman tidak bertanggung jawab atas “pencurian” yang dilakukan, tetapi ia akan dimintai pertangungjawaban apabila melakukan tindak pidana lainya seperti membunuh, memperkosa dsb.</font></div><div><font face="arial" size="2">b. Pyromani adalah seseorang yang menderita penyakit kejiwaan suka membakar.</font></div><div><font face="arial" size="2">Seorang pyromani tidak pernah menyadari bahwa perbuatan “membakar benda/ barang miliki orang lain” adalah suatu perbuatan pidana. Sehingga seorang pyromani tidak bertanggung jawab atas perbuatannya melakukan “pembakaran” , namun ia tetap bertangung jawab atas tindak pidana yang lainnya, misalnya mencuri, membunuh dsb.</font></div><div><font face="arial" size="2">c. Nympomani adalah seseorang yang menderita sakit kejiwaan suka berbuat tidak senonoh pada seorang wanita.</font></div><div><font face="arial" size="2">Seorang nympomani tidak bertanggungjawab atas perbuatan “tidak senonoh” yang dilakukan, karena ia tidak menyadari bahwa perbuatan tersebut sesungguhnya dilarang oleh UU. Namun seorang nympomani tetap bertanggungjawab atas perbuatan pidana yang lain, seperti merusak barang milik orang lain, membunuh, mencuri, dsb.</font></div><div><font face="arial" size="2">d. Claustrophobi adalah seseorang yang menderita penyakit kejiwaan dimana dia merasa ketakutan yang hebat apabila berada di ruang yang sempit.</font></div><div><font face="arial" size="2">Seorang claustrphopie tidak bertanggungjawab apabila dia melakukan sutau perbuatan pidana, seperti merusak pintu untuk berusaha keluar di tempat yang sempit.</font></div><div><span style="font-family: arial; font-size: small;"><font face="arial">Catatan : Untuk menyakatan seseorang tidak bertangung jawab atas perbuatan pidana yang dilakukan tersebut di atas, maka tentunya harus ada surat keterangan ahli (Psykolog) yang menyatakan bahwa yang bersangkutan benar-benar menderita penyakit tersebut.</font></span></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="4">2. Tidak ada alasan pemaaf</font></div><div><font face="arial" size="2">Artinya bahwa seseorang yang melakukan suatu perbuatan pidana namun karena suatu alasan tertentu, maka perbuatannya tersebut bisa dimaafkan.</font></div><div><font face="arial" size="2">Alasan-alasan tersebut diantaranya adalah:</font></div><div><font face="arial" size="2">a. Gila</font></div><div><font face="arial" size="2">b. Belum dewasa/ belum cukup umur</font></div><div><font face="arial" size="2">c. Di bawah pengampuan.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Jadi apabila seseorang yang melakukan perbuatan pidana tersebut memenuhi salah satu alasan di atas, maka perbuatan tersebut bisa dimaafkan.</font></div><div><font face="arial" size="2">Menurut UU, anak yang belum dewasa melakukan suatu perbuatan pidana, ada “Tindakan Tata Tertib” yang akan dilakukan oleh negara antara lain:</font></div><div><font face="arial" size="2">a. Tetap menjalani pidana dengan ketentuan pidananya adalah maximal 1/3 dari pidana pokok yang diancamkan kepadanya. Misalnya: seorang anak usia 9 tahun melakukan pembunuhan (ps. 238 KUHP) yang ancaman hukumannya 20 tahun, maka ia akan dikenai pidana maximal 1/3 x 18 th = 6 tahun.</font></div><div><font face="arial" size="2">b. Dimasukan kedalam “Lembaga Pemasyarakatan Anak” untuk di bina.</font></div><div><font face="arial" size="2">c. Dikembalikan kepada orang tuanya, untuk dididik.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="4"><u><b>b. Unsur Obyektif</b></u></font></div><div><font face="arial" size="2">Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh pelaku tersebut haruslah perbuatan yang memenuhi syarat-syarat sebagaio berikut :</font></div><div><font face="arial" size="2">1. Memenuhi unsur-unsur dalam UU artinya bahwa perbuatan tersebut merupaka suatu perbuatan yang dilarang oleh UU. Jika perbuatan yang dilakukan oleh pelaku tidak memenhui rumusan UU atau belum di atur dalam suatu UU maka perbuatan tersebut bukanlah perbuatan yang bisa dikenai ancaman pidana.</font></div><div><font face="arial" size="2">2. Perbuatan tersebut adalah perbuatan yang melawan hukum.</font></div><div><font face="arial" size="2">3. Tidak ada alasan pembenar; artinya bahwa meskipun suatu perbuatan yang dilakukan oleh pelaku memenuhi unsur dalam UU dan perbuatan tersebut melawan hukum, namun jika terdapat “alasan pembenar”, maka perbuatan tersebut bukan merupakan “perbuatan pidana”.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">Yang termasuk alasan pembenar adalah:</font></div><div><font face="arial" size="2">a. Perintah UU / Jabatan</font></div><div><font face="arial" size="2">Contoh : Seorang Polisi yang menembak kaki penjahat yang melarikan diri. Meskipun tindakan Polisi menembak tersebut perbuatan yang dilarang, namun karena hal ini dilakukan perintah jabatan, maka tindakan tersebut bisa dibenarkan.</font></div><div><font face="arial" size="2">b. Overmacht</font></div><div><font face="arial" size="2">Contoh : seorang bangunan yang roboh karena bencana alam sehingga menimbulkan banyak korban. Meskipun pemilik bangunan adalh pihak yang bertangungjawab atas robohnya bangunan, namun karena robohnya adalah akibat bencana alam, maka hal ini bisa dibenarkan.</font></div><div><font face="arial" size="2">c. keadaan Darurat/ Daya Paksa</font></div><div><font face="arial" size="2">Contoh : seorang yang membela diri karena terpaksa dengan melukai seorang yang telah menodongkan pistol untuk membunuhnya, akan dibenarkan oleh UU.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2">KESIMPULAN:</font></div><div><font face="arial" size="2">Peristiwa pidana adalah peristiwa yang harus memenuhi dua unsur di atas yaitu unsur subyektif dan unsur obyektif.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="4">KEMAMPUAN BERTANGGUNGJAWAB (<i>TOEREKENINGSVATBAARHEID</i>)</font></div><div><font face="arial" size="2">Seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatan kriminalnya adalah orang yang berkemampuan bertanggungjawab.</font></div><div><font face="arial" size="2">Kriteria mampu bertanggung jawab :</font></div><div><font face="arial" size="2">1. Orang itu mampu mengetahui atau menyadari bahwa perbuatannya itu bertentangan dengan hukum.</font></div><div><font face="arial" size="2">2. Oang itu dapat menentukan kehendaknya sesuai dengan kesadaran yang dimilikinya.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="4">Tidak mampu bertanggung jawab,</font></div><div><font face="arial" size="2">Memenuhi Pasal 44 KUHP, yaitu :</font></div><div><font face="arial" size="2">1. Jiwanya cacat dalam pertumbuhannya (gila)</font></div><div><font face="arial" size="2">2. Terganggu jiwanya karena penyakit.</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="4">Kurang mampu bertanggungjawab.</font></div><div><font face="arial" size="2">Pelakunya tetap dianggap mampu bertanggungjawab, akan tetapi kekurangan itu dipandang sebagai faktor yang meringankan. Contoh, orang yang jiwanya kurang sempurna. Keterangan ini dikeluarkan oleh dokter jiwa.</font></div><div><font face="arial" size="2">Mabok (intoxication / dronkenschap)</font></div><div><font face="arial" size="2">1. Mabok yang disebabkan oleh bukan kemauan sendiri maka tidak dipidana.</font></div><div><font face="arial" size="2">Contoh : Keracunan, dsb.</font></div><div><font face="arial" size="2">2. Mabok yang memang dikehendaki oleh si pelaku, maka dapat dipidana</font></div><div><font face="arial" size="2">Contoh : Minum minuman keras, dsb</font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="2"><br /></font></div><div><font face="arial" size="1">DAFTAR PUSTAKA</font></div><div><font face="arial" size="1">Rohman Hasyim, S.H, M.H, Diktat Hukum Pidana, Palembang, 2006</font></div><div><font face="arial" size="1">Soeharto RM, S.H, Hukum Pidana Materiil, Sinar Grafika , Jakarta, 1993</font></div><div><font face="arial" size="1">Bambang Waluyo, S.H, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2008</font></div><div><font face="arial" size="1">R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Politeia, Bogor, 1991</font></div><div><font face="arial" size="1">http://budi399.wordpress.com/, diakses tanggal 22 Juni 2011</font></div><div><font face="arial" size="1">http://belajar-hukum-indonesia.blogspot.com, diakses tanggal 23 Juni 2011</font></div>Unknownnoreply@blogger.comPalembang, Indonesia-2.9911083 104.75673329999995-3.1024163000000002 104.62971129999995 -2.8798003 104.88375529999995